Kisah Nabi Zakaria A.S

Kisah Nabi Zakaria A.S



Nabi Zakaria adalah ayah dari Nabi Yahya putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna, ibu saudaranya Maryam, Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah agar dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya memimpin Bani Israil. Ia khuatir bahawa bila ia mati tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sekehendak hati mereka. Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari generasi sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.


Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan sembahyang serta menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nazarnya sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima bayi Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara isterinya sendiri yang hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh Tuhan.

Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi pada suatu hari ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu sudut mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan musim panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Ia tidak sabar menanti anak saudaranya selesai sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya kepadanya: "Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua?"

Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan aku minta. Di waktu pagi dikala matahari terbit aku mendapatkan rezeki ku ini sudah berada di depan mataku, demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?"

Maryam binti Imran

Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra'il. Ibunya saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.

Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernazar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikabulkan, akan menyerahkan dan menghebahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahawa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imaran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.

Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang, Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan , tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin mesra. Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan.

Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernazar untuk dihebahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: "Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernazar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.

Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi di antara mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.

Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar di atas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga. Zakaria merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.

Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.

Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: "Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini."

Maryam menjawab: "Inilah pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?"

Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Almasih a.s.

Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

Kredit/Sumber: jaipk.perak.gov.my

Ummu Mahjan Disayangi Rasululllah


Ummu Mahjan Disayangi Rasululllah

Beliau seorang wanita yang berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan. Telah disebutkan di dalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, bahwa beliau tinggal di Madinah [Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat (VIII/414)].


Beliau Radhiyallahu ‘anha seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sang pemimpin, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka, maka tidakkah anda tahu akan hal ini wahai para pemimpin rakyat?

Beliau Radhiyallahu ‘anha menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat Islam. Lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan putus asa adalah jalan yang tidak dikenal di hati orang-orang yang beriman.

Begitulah, keimanan beliau telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka beliau senantiasa membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dengan menyapu dan membuangnya ke tempat sampah. Beliau senantiasa menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran yang sangat urgen di dalam Islam. Di sanalah berkumpulnya para pahlawan dan para ulama’. Masjid, ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat.

Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafa‘ur rasyidin dan begitu pula seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.

Untuk itulah Ummu Mahjan Radhiyallahu ‘anha tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itu merupakan target yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak pernah meremehkan pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang nyaman bagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin.

Ummu Mahjan Radhiyallahu ‘anha terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga beliau wafat pada zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika ia wafat, para shahabat Ridhwanullahi ‘Alaihim membawa jenazahnya setelah malam menjelang dan mereka mendapati Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam masih tertidur. Mereka pun tidak ingin membangunkan beliau, sehingga mereka langsung menshalatkan dan menguburkannya di Baqi‘ul Gharqad.

Pagi harinya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, “Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.” Maka beliau bersabda, “Marilah kita pergi!” Lantas bersama para shahabat, Rasulullah pergi menuju kubur Ummu Mahjan. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berdiri, sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf di belakang beliau, lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menshalatkannya dan bertakbir empat kali [lihat al-Ishabah dalam Tamyizish Shahabah (VIII/187)]

Sebuah riwayat dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam merasa kehilangan dia, lantas beliau bertanya tentangnya. Mereka telah berkata, “Dia telah wafat.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?” Abu Hurairah berkata, “Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tunjukkan kepadaku di mana kuburnya!” Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau menyalatkannya, lalu bersabda:

Ø¥ِÙ†َّ Ù‡ٰØ°ِÙ‡ِ الْÙ‚ُبُورَ Ù…َÙ…ْÙ„ُوءَØ©ٌ ظُÙ„ْÙ…َØ©ٌ عَÙ„َÙ‰ Ø£َÙ‡ْÙ„ِÙ‡َا، ÙˆَØ¥ِÙ†َّ اللّٰÙ‡َ ÙŠُÙ†َÙˆِّرُÙ‡َا Ù„َÙ‡ُÙ…ْ بِصَلاَتِÙŠ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ

“Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyalatkannya.” [Lihat al-Ishabah (VIII/187), al-Muwatha’ (I/227), an-Nasa’i (I/9) hadits tersebut mursal, akan tetapi maknanya sesuai dengan hadits yang setelahnya yang bersambung dengan riwayat al-Bukhari dan Muslim.]

Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan Radhiyallahu ‘anha yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berperanan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.

Oleh karena itu ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para shahabat beliau Ridhwanullahi ‘Alaihim yang tidak memberitahukan kepada beliau perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan ke tempat tinggalnya yang terakhir di dunia. Bahkan tidak cukup hanya demikian namun beliau bersegera menuju kuburnya untuk menshalatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan shalat beliau. 

Kredit/Sumber: Kisahmuslim.com

Asy-Syaima Saudara Susuan Rasulullah

 Asy-Syaima Saudara Susuan Rasulullah
Gambar Hiasan

ASY-SYAIMA atau nama sebenarnya Khadzzamah atau Hadzafah ialah anak perempuan Halimatus as-Sadiah. Halimatus as-Sadiah ialah ibu susuan Nabi Muhammad.

Asy Syaima turut menjaga dan mengasuh Nabi Muhammad semasa kecil. Dia dan Nabi Muhammad adalah saudara susuan. Dia selalu membantu ibunya menjaga Nabi Muhammad.

Semasa umur Nabi Muhammad dua tahun, Halimah dikehendaki menghantar Nabi Muhammad kepada ibunya, Aminah. Namun selepas mendapat persetujuan Aminah, Halimah dapat membawa pulang Nabi Muhammad dan terus menjaganya sehingga berusia lima tahun.

Nabi Muhammad suka bermain bersama-sama anak-anak Halimah. Halimah mempunyai tiga orang anak iaitu Abdullah, Anisah dan Asy-Syaima. Halimah ada menggembala kambing. Sejak Nabi Muhammad tinggal dengannya kambing-kambingnya mengeluarkan hasil yang banyak.

Semasa Halimah mengawal kambing-kambingnya, Nabi Muhammad akan diawasi dan dijaga oleh Asy-Syaima.

"Mari ke sini Muhammad. Kakak akan bawa awak bermain di sana," kata Asy-Syaima sambil mendukung Muhammad yang masih kecil.

Asy-Syaima sering membantu ibunya menjaga Nabi Muhammad. Dia akan memastikan Nabi Muhammad berada dalam keadaan baik. Dia selalu bermain-main dengan Nabi Muhammad. Jika Nabi Muhammad berlari, dia akan mengejarnya. Jika Nabi Muhammad nampak keletihan, dia akan mendukung Nabi Muhammad.

"Jangan main panas," ujar Halimah menasihat Asy-Syaima dan Nabi Muhammad.

"Baik, saya akan jaga Muhammad elok-elok," kata Asy-Syaima kepada ibunya.

"Muhammad mari kita main di bawah pokok sana," ajak Asy-Syaima.

Nabi Muhammad segera menuruti pelawaan Asy-Syaima. Mereka bermain di bawah pokok. Sedang asyik mereka bermain, Asy-Syaima pun menyanyikan satu lagu untuk Nabi Muhammad.

Lagu itu berbunyi, "Wahai tuhan kami, biarkan Muhammad bersama kami sehingga saya dapat melihat Muhammad meningkat remaja dan menjadi seorang pemuda. Seterusnya saya dapat melihat dia menjadi pemimpin yang terhormat dan disegani. Binasakan musuh-musuh dan orang yang selalu dengki kepadanya. Berilah dia kekuatan dan kemuliaan yang abadi".

Ungkapan-ungkapan Asy-Syaima itu akhirnya menjadi kenyataan. Pada suatu hari, Halimah sibuk membuat kerjanya. Dia terlupa melihat tempat Nabi Muhammad bermain.

Pada hari itu cuaca sangat panas. Jenuh Halimah mencari Nabi Muhammad disekeliling rumahnya tetapi tidak jumpa.

"Ke manakah agaknya Muhammad ini?" bisik Halimah sendirian.

Kemudian Halimah teringat Asy-Syaima sering bermain dengan Nabi Muhammad. Dia segera mendapatkan anak-anaknya itu. Dia pergi ke tempat permainan yang biasa mereka main.

"Di sinikah kamu berdua. Hari ini panas terik. Mengapakah kamu biarkan Muhammad bermain di tengah panas?" tanya Halimah kepada anak perempuannya itu.

Asy-Syaima lantas menjawab, "Muhammad tidak pernah terkena panas matahari. Saya selalu mengikutinya dan lihat ada sekelompok awan yang melindunginya. Apabila Muhammad berlari, awan itu juga turut bergerak pantas. Apabila Muhammad berhenti, awan itu juga berhenti".

Halimah terkejut mendengar cerita anak perempuannya itu. Dia seperti tidak percaya dengan cerita anaknya itu.

Lalu Halimah pun bertanya, "Benarkah? Atau kamu sengaja membuat cerita supaya kamu tidak dimarahi oleh ibu".

"Benar ibu. Saya berkata benar," jawab Asy-Syaima.

Halimah menjadi hairan. Dia melihat wajah Nabi Muhammad. Kejadian itu adalah satu peristiwa aneh yang berlaku ke atas Nabi Muhammad. Dia dapat merasakan bahawa Nabi Muhammad adalah seorang anak yang baik.

Kemudian Halimah berkata sendirian, "Dahulu semasa mula-mula saya bawa Muhammad ke perkampungan ini, semua kambing peliharaan saya menjadi gemuk dan mengeluarkan susu yang banyak.

"Pada hal waktu itu tempat ini mengalami musim kemarau yang panjang. Pada hari ini pula satu lagi kejadian aneh berlaku kepada Muhammad. Muhammad memang anak yang baik dan teristimewa".

Selama lima tahun Nabi Muhammad diasuh dan dijaga oleh Halimah dan dibantu oleh Asy-Syaima. Mereka hidup dengan aman dan bahagia. Asy-Syaima dan keluarganya sangat dihormati dan dicintai oleh Nabi Muhammad.

Kredit/Sumber: Utusan Online

Cara Elak Gangguan Ummu Sibyan

Cara Elak Gangguan Ummu Sibyan
Gambar Hiasan

Bukan tetamu, tapi inilah wanita yang suka datang ke rumah kita pada waktu Maghrib. Memang siapa yang hendak bertamu ke rumah orang pada waktu maghrib? Maghrib adalah saat dimana matahari sudah tenggelam namun masih muncul dengan sinar yang terkadang berwarna jingga atau merah menyala, pada waktu itulah, seluruh umat Islam diperingatkan untuk segera menutup pintu dan jendela sambil mengucapkan bismillah agar wanita ini tidak datang ke rumah kita.

Siapakah wanita itu, apa yang dia lakukan di dalam rumah kita? Ketahui bahawa dia bukanlah wanita baik, namun mampu membahayakan anak dan wanita yang sedang hamil. Mungkin ada yang pernah dengar nama (Ummu Sibyan) atau pun tidak sebelum ini , (Ummu Sibyan) ini adalah jin dari kaum perempuan yang suka mengganggu bayi dan anak yang berusia kurang dari 2 tahun serta wanita hamil , sebab itulah anak-anak yang baru lahir harus diazankan terlebih dahulu agar bayi itu tidak di ikuti oleh jin ini .

Apa Kerja Jin Ummu Sibyan ?

Kerja dia tak lain tak bukan adalah mengganggu bayi yang baru lahir dan anak-anak (biasanya kurang dari 2 tahun) serta wanita yang hamil, jin Ummu Sibyan memiliki wajah yang mengerikan dengan mata 1 yang besar dan berjalan di dinding seperti cicak, Ummu Sibyan juga dapat mengikat rahim wanita serta membunuh bayi yang masih dalam kandungan. Seperti yang di ceritakan dalam kisah jin Ummu Sibyan dengan Nabi Sulaiman, jin ini mampu masuk ke dalam rahim orang perempuan dan mengikat rahimnya serta menyumbat dengan tujuan agar kaum wanita itu tidak mengandung .

Diceritakan juga jin ini masuk ke dalam perut orang perempuan yang hamil , di waktu janin di dalam kandungannya sedang tumbuh jin ini akan menendangnya , maka berlakulah keguguran dan jadilah rahimnya kosong semua. Sungguh mengerikan bukan? Bagaimana tandanya jika seorang bayi terkena gangguan jin Ummu Sibyan, diantaranya adalah;

1. Bayi menangis melalak (matanya terbeliak memandang keatas/sudut tertentu)
2. Anak-anak jatuh seakan-akan didorong
3. Mengigau sambil menggemerutukkan gigi berulang kali
4. Demam panas hanya setelah Asar sampai sebelum Subuh . 

Akibat gangguan di atas akan mengakibatkan hal seperti ini ; 

1. Sawan tangis 
2. Autisme (over hiperaktif) 
3. Nakal dan keras kepala 
4. Malas 

Tanda-tanda Wanita Hamil Terkena Gangguan Jin Ummu Sibyan ; 

1) Rasa sesak dada terutama setelah waktu asar , yang mungkin berlangsung sampai tengah malam 
2) Kusut fikiran 
3) Sakit di bahagian tulang-tulang belakang 
4) Mengigau ketika tidur 
5) Bermimpi dengan mimpi yang menakutkan 

Cara Mengelak dari Gangguan Ummu Sibyan; 

1) Tutup pintu dan jendela rumah waktu Maghrib 
2) Jangan angkat atau masukkan baju yang sudah dijemur diluar rumah pada waktu Maghrib (jemuran tak kering) 

Cara mengatasi gangguan pada bayi/anak; 

1) Meniarapkan bayi/anak jangan matanya melihat ke arah itu, baca ayat Qursi dan Surah 3 Qul kemudian tiup ke ubun-ubunnya sampai berhenti menangis 2) Halau dengan bahasa sendiri seperti “wahai Ummu Sibyan pergilah kau keluar dari rumahku dan jangan ganggu anak anakku” 

InsyaAllah dengan izin Allah, 

Ummu Sibyan akan pergi …

Wallahualam..
Please Subscribe my youtube channel. Tq.

Translate

CLOSE