TANDA-TANDA KEDATANGAN AL-MAHDI

TANDA-TANDA KEDATANGAN AL-MAHDI

Sebagai umat muslim yang beriman kita wajib yakin terhadap rukun iman, rukun islam, dan fungsi agama. Termasuk di dalamnya percaya akan datangnya hari akhir. Yakni hari dimana dunia menjadi hancur dan musnah, serta semua makhluk hidup dimatikan oleh Allah Ta’ala. Kiamat menurut islam tidak terjadi secara serta-merta. Namun diawali dengan berbagai macam tanda. Salah satu tanda-tanda kiamat besar adalah datangnya Imam Mahdi.

Imam Mahdi bukanlah sebuah nama, melainkan gelar. Yang mana “Imam” berarti pemimpin dan “Mahdi” berarti orang yang memperoleh petunjuk. Dalam arti beliau adalah seseorang yang baik agamanya dan menjadi pemimpin bagi umat muslim di akhir zaman.

Berikut ini tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi berdasarkan dalil-dalil agama:

Muncul di akhir zaman, saat tampak kerusakan di bumi

Imam Mahdi tidak akan muncul hingga menjelang kiamat. Kiamat sendiri adalah rahasia Allah Ta’ala. Tidak ada seorangpun yang tahu kapan datangnya kiamat. Tapi dijelaskan dalam dalil bahwa mendekati kiamat bumi mengalami kerusakan. Ini bisa berarti bencana alam yang terjadi terus-menerus, seperti longsor, banjir, gempa bumi, gunung meletus dan sebagainya. Selain itu umat manusia juga melakukan perselisihan dan peperangan tanpa henti. Nah, disaat demikianlah Imam Mahdi akan muncul.

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan penuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR. Ahmad)

Kondisi Umat Islam Terasing

Pada akhir zaman kondisi umat islam menjadi terasing kembali, sama seperti saat pertama kali muncul.Pada saat islam mulai pudar inilah Imam Mahdi akan datang menyelematkan umat manusia menuju jalan kebenaran.

Kemunculan Bintang Berekor

Salah satu tanda-tanda kiamat sudah dekat adalah kemunculan bintang berekor. Dan apabila ini sudah terjadi dengan diikuti tanda lainnya, maka kemungkinan Imam Mahdi juga akan segera datang.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abdullah bin Abu Malikah, ia berkata: “Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibnu Abbas. Maka ia berkata: “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi.” aku bertanya: Apa sebabnya.” Beliau menjawab: “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit, maka saya cemas akan kedatangan asap (dukhan) yang sudah mengetuk pintu, sehingga saya tidak dapat tidur sampai pagi”.

Kondisi Sungai Eufrat Mengering

Dalam suatu riwayat Muslim dijelaskan bahwa tanda menjelang kiamat menurut Islam adalah kondisi sungai eufrat mengering dan peperangan terjadi dimana-mana.

“Sudah dekat suatu masa di mana sungai Eufrat akan menjadi surut airnya lalu ternampak perbendaharaan daripada emas, maka barang siapa yang hadir di situ janganlah ia mengambil sesuatu pun daripada harta itu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam Mahdi Memiliki Nama Seperti Rasulullah

Seperti yang dijelaskan dalam hadist shahih bahwa salah satu ciri Imam Mahdi adalah beliau memiliki nama seperti nama Rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam.

“Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku (Muhammad bin Abdullah) . Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan.” (HR. Abu Dawud)

Imam Mahdi adalah orang Arab

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadist bahwa Imam Mahdi datang dari Negara Arab, dan beliau adalah keturunan anak cucu Nabi Muhammad shalla llahu ‘alaihi wa sallam.

“Al-Mahdi berasal dari umatku, dari keturunan anak cucuku.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim).

Fisik Imam Mahdi berkening lebar dan hidung mancung

“Al-Mahdi berasal dari umatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kekhalifahan) berumur tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim) ”
Imam Mahdi keturunan Rasul

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Imam Mahdi bernama Muhammad bin Abdullah Al Alawi Al Fatimi Al Hasani.” (Al Fitan wa Malahim: 29). Yang mana disimpulkan oleh As Samhudi bahwa Imam Mahdi adalah keturunan Fatimah.

Dalam hadist disebutkan: “Imam Mahdi dari keluargaku dari putra fatimah.” (HR.Abu Dawud). Ini berarti Imam Mahdi bisa berasal dari keturunan Hasan bin Ali bin Abu Thalib yang merupakan putra Fatimah Az-Zahra dengan Ali bin Abi Thalib.
Imam Mahdi muncul di Madinah setelah kematian seorang pemimpin

Dijelaskan dalam suatu riwayat bahwa Imam Mahdi akan muncul di Madinah setelah perselisihan yang terjadi akibat kematian seorang pemimpin.

Dari Ummu Salamah R.A menceritakan: “Akan terjadi suatu perselisihan ketika wafatnya seorang khalifah. Kemudian, seseorang dari penduduk Madinah akan melarikan diri ke Mekkah. Orang-orang Makkah pun mendatanginya dan membawanya keluar, sedangkan ia tidak menyukainya, lalu membaiatnya di antara rukn dan maqām”.

Imam Mahdi muncul membawa harta kekayaan berlimpah

“Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari umatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya. Dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Berjuang membangkitkan agama Islam

Tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi selanjutnya adalah hadirnya sosok yang menegakan agama islam. Menurut Rasulullah shalla llahu ‘alaihi wa sallam, Imam Mahdi datang dengan membawa petunjuk yang lurus. Beliau memerangi kemungkaran dan berusaha membawa umat muslim dari kegelapan menuju cahaya.
Dibai’at oleh penduduk Mekkah secara paksa di depan Ka’bah

“Akan terjadi perselisihan setelah wafatnya seorang pemimpin, maka keluarlah seorang lelaki dari penduduk Madinah mencari perlindungan ke Mekkah, lalu datanglah kepada lelaki ini beberapa orang dari penduduk Mekkah, lalu mereka membai’at Imam Mahdi secara paksa, maka ia dibai’at di antara Rukun dengan Maqam Ibrahim (di depan Ka’bah). Kemudian diutuslah sepasukan manusia dari penduduk Syam, maka mereka dibenamkan di sebuah daerah bernama Al-Baida yang berada di antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud).

Imam Mahdi muncul selama 7 tahun, 8 tahun atau 9 tahun

“Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezhaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah SWT akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setetes pun dari tetesan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun.” (HR. Thabrani).
Datang Setelah kemunculan Dajjal

Dalam beberapa riwayat menceritakan bahwa Imam Mahdi muncul setelah bumi kedatangan Dajjal. Dajjal adalah manusia dari turunan Adam A.S. yang memiliki kekuatan luar biasa. Ia berjalan ke seluruh penjuru bumi untuk menebarkan fitnah, kecuali kota Mekkah dan Madinan yang tidak bisa ia masuki. Sebuah hadist menjelaskan bahwa Dajjal keluar dari kawasan Iran Timur.
Diikuti turunnya Nabi Isa A.S

Kemunculan Imam Mahdi di bumi nantinya akan diikuti oleh turunnya Nabi Isa As dari langit. Keduanya akan berperang menghancurkan kedzaliman dan melawan Dajjal. Lalu Allah Ta’ala menjajinkan kemenangan terhadap mereka.

“Kalian perangi jazirah Arab dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian Persia (Iran), dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Rum, dan Allah beri kalian kemenangan. Kemudian kalian perangi Dajjal,dan Allah beri kalian kemenangan.” (HR Muslim).

Setelah wafatnya Dajjal, umat islam menjadi semakin kuat. Mereka membunuh orang-orang musyrik dan para Yahudi. Namun setelah itu, muncullah tentara Ya’juj dan Ma’juj yang jumlahnya sangat banyak dan tidak terkalahkan. Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Isa A.S untuk bersembunyi membawa umat muslim menuju gunung At-Thur di Palestina. Sementara Ya’juj dan Ma’juj terus membuat kerusakan hingga akhirnya dimatikan oleh Allah lewat penyebaran penyakit dari hama serangga.

Bilakah Nabi menikahi Aisyah?

Sebahagian besar riwayat yang menceritakan hal ini terdapat dalam hadis di mana keseluruhannya hanya diriwayatkan oleh Hisham bin Urwah.

Asal periwayatan ini adalah daripada orang Iraq, di mana Hisham tinggal di sana dan pindah dari Madinah ke Iraq pada usia tua iaitu 71 tahun.

Menurut Ya’qub bin Syaibah: “Hisham seorang perawi yang dipercayai, riwayatnya dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah dia berpindah ke Iraq”.

Dalam pernyataan yang lebih lanjut dinyatakan bahawa Malik bin Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat daripada orang Iraq: “Saya pernah diberitahu bahawa Malik menolak riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq”. (Tahzib al-Tahzib, Ibn Hajar Al-Asqalani, Dar Ihya al-Turath al-Islami jil.2 hlm. 50).

“Ketika mencapai usia tua, ingatan Hisham semakin berkurangan”. (Mizan al-I’tidal, Al-Zahabi, Al-Maktabah al-Athriyyah, Pakistan, Jil. 4, hlm. 301).

Justeru, berdasarkan pernyataan dan sumber di atas, Hisyam mengalami masalah ingatan atau ingatannya kurang baik setelah dia berpindah ke Iraq dan periwayatannya diragui.

Sehingga riwayatnya mengenai umur pernikahan Aisyah adalah tidak tepat. Adapun pandangan mengatakan umur itu terlalu muda dan ia sebenarnya dijadikan bahan oleh golongan kuffar sebagai propaganda menjauhkan umat Islam kepada Rasulullah SAW.

Pertanyaan seperti ini akan mudah menipu bagi orang-orang yang awam mempercayainya. Sehingga, orang yang lemah imannya akan mudah goyah keimanannya dan kecintaannya kepada Rasulullah SAW.

Dalam sejarah hidup Rasulullah disebutkan bahawa Aisyah dan Hafsah adalah puteri-puteri dua orang pembantu karibnya, Abu Bakar dan Umar.

Faktor inilah yang membuat Rasulullah memeterai ikatan dengan kedua-dua puteri Abu Bakar dan Umar.

Rasulullah meminang Aisyah melalui Abu Bakar tatkala Aisyah berusia sembilan tahun dan dibiarkannya selama dua tahun sebelum perkahwinan dilangsungkan (11 tahun).

Hal ini diperkuat lagi melalui perkahwinan Rasulullah dengan Hafsah binti Umar yang juga bukan kerana dorongan nafsu, dengan ayahnya sendiri sebagai saksi.

Peristiwa ini jelas menunjukkan kepada kita bahawa Rasulullah mengahwini Aisyah atau mengahwini Hafsah bukan kerana cintanya atau kerana dorongan berahi, tetapi bertujuan memperkukuhkan tali persaudaraan Islam yang baru terbina dalam diri dua orang pembantu dekatnya (Abu Bakar dan Umar).

Justeru pendapat yang mengatakan bahawa Rasulullah mengahwini Aisyah pada umur enam tahun adalah pendapat yang tidak benar dan tidak tepat.

Menurut Tabari (juga menurut riwayat Hisham bin ‘Urwah, Ibn Hanbal and Ibn Saad), Aisyah dipinang pada usia tujuh tahun dan mulai berumah tangga pada usia sembilan tahun. Tetapi, di bahagian lain, Al-Tabari mengatakan: “Semua anak Abu Bakar (empat orang) dilahirkan pada zaman Jahiliah daripada dua isterinya”. (Tarikh al-Umam wa al-Mamluk, Al-Tabari jil. 4 hlm. 50, Dar al-fikr, Beirut, 1979).

Jika Aisyah dipinang 620M (Aisyah berumur tujuh tahun) dan berumah tangga tahun 623/624 M pada usia sembilan tahun, ini menunjukkan bahawa Aisyah dilahirkan pada tahun 613 M.

Berdasarkan tulisan Al-Tabari, Aisyah seharusnya dilahirkan pada 613M, iaitu tiga tahun sesudah zaman jahiliah (610M).

Al-Tabari juga menyatakan, Aisyah dilahirkan pada zaman jahiliah. Jika Aisyah dilahirkan pada zaman jahiliah, sewajarnya Aisyah berumur sekurang-kurangnya 14 tahun sewaktu dinikahkan. Tetapi al-Tabari turut mengalami pertentangan dalam riwayatannya.

Menurut Ibn Hajar: “Fatimah dilahirkan ketika Kaabah dibangunkan semula, ketika Nabi SAW berusia 35 tahun. Usia Fatimah lima tahun lebih tua daripada Aisyah”. (Al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, jil.4,hlm. 377, Maktabat al-Riyadh al-Haditha: 1978).

Jika pendapat Ibn Hajar adalah yang tepat, Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia 40 tahun. Jika Aisyah dinikahkan oleh bapanya pada saat usia baginda 52 tahun, usia Fatimah sekurang-kurangnya 17 tahun, maka usia Aisyah ketika berkahwin adalah 12 tahun.

Melalui pernyataan Ibn Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Hanbal menunjukkan riwayat mengatakan bahawa Aisyah berkahwin dengan Rasulullah ketika berusia enam tahun adalah tidak benar. Ia adalah fitnah dan tuduhan tidak berasas yang sengaja dilontarkan golongan yang hendak mengganggu-gugat kredibiliti Rasulullah sebagai insan terbaik pilihan Allah di dunia ini.

Menurut Abdul Rahman bin Abu al-Zinad: “Asma lebih tua 10 tahun berbanding Aisyah”. (Siyar A’lam al-Nubala, Al-Zahabi, Jil. 2, hlm. 289, Mu’assasat al-Risalah, Beirut, 1992).

Menurut Ibn Kathir: “Asma lebih tua 10 tahun daripada adiknya Aisyah”. (Al-Bidayah wa al-Nihayah, Ibn Kathir, Jil.8, hlm. 371,Dar al-Fikr al-Arabi, 1933).

Menurut Ibn Hajar Al-Asqalani: “Asma hidup sehingga usia 100 tahun dan meninggal pada 73 atau 74 H”. (Taqrib al-Tahzib, Ibn Hajar Al-Asqalani, hlm. 654, Bab Fi al-Nisa’, al-Harf al-Alif, Lucknow) Menurut sebahagian besar ahli sejarah, Asma, saudara tertua daripada Aisyah berbeza usia sebanyak 10 tahun. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun pada tahun 73 H, Asma seharusnya berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (622M).

Jika Asma berusia 27 atau 28 tahun ketika hijrah (ketika Aisyah berumah tangga), Aisyah seharusnya berusia 17 atau 18 tahun. Jadi, Aisyah, berusia 17 atau 18 tahun ketika hijrah pada tahun di mana Aisyah berkahwin. Berdasarkan pendapat Ibn Hajar, Ibn Katir, dan Abdul Rahman bin Abu al-Zinad, usia Aisyah ketika berkahwin dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun.

Justeru, melalui pendapat ini juga menolak pendapat yang mengatakan bahawa Aisyah bernikah dengan Rasulullah ketika berusia enam tahun.

Kesimpulannya, riwayat (Hisham bin Urwah) yang mengatakan bahawa Aisyah berkahwin dengan Rasulullah ketika berusia enam tahun tidak benar dan bertentangan dengan riwayat-riwayat lain.

Selain itu, tiada alasan kuat untuk menerima riwayat Hisham bin Urwah sebagai riwayat yang boleh dipercayai kerana Hisyam mengalami masalah ingatan atau ingatannya kurang baik setelah dia berpindah ke Iraq dan periwayatannya diragui.

Seterusnya bertentangan dengan pernyataan-pernyataan ulama lain seperti yang telah dikemukakan. Golongan kuffar dan seumpama mereka sentiasa mencari ruang-ruang kosong dalam agama Islam sebagai bahan fitnah dan propaganda mereka.

Sebagai umat Islam yang sentiasa memandang dan mempertahankan baginda sebagai ikon dan insan teladan, kita perlu bangkit menepis fitnah daripada golongan kuffar dan terpengaruh dengan tipu helah mereka.

Sesungguhnya perkahwinan Rasulullah bersama-sama para isterinya merupakan sebuah perkahwinan yang suci yang tidak berasaskan hawa nafsu dan perkara duniawi.

Malah perkahwinan baginda terbina di atas landasan iman dan Islam sebagai suri tauladan buat umat Islam sejagat.

Wallahu a’lam.

Rintihan Roh

Rintihan Roh

Diriwayatkan: “Jika roh telah keluar dari tubuh manusia dan telah lewat tiga hari, maka roh itu berkata: “Wahai Tuhanku, perkenankanlah aku sehingga aku berjalan dan melihat tubuhku yang dahulu aku berada di dalamnya.” Maka Allah memperkenankan kepadanya. Lalu ia datang ke kuburnya dan melihat kepadanya dari jauh. Kedua lubang hidungnya dan mulutnya mengalir darah. Maka ia menangis dengan suatu tangisan yang cukup lama. Lalu ia merintih, aduuuh hai tubuhku yang miskin, wahai kekasihku. Ingatlah akan hari kehidupanmu. Rumah ini adalah rumah serigala, bala bencana, rumah yang sempit, rumah kesusahan dan penyesalan.

Setelah lewat lima hari roh berkata: “Wahai Tuhanku, perkenankanlah aku untuk melihat tubuhku.” Maka Allah memperkenankannya. Lalu ia datang ke kuburnya dan melihat dari jauh. Dan mengalirlah kedua lubang hidung dan mulutnya berupa air nanah.

Firman Allah SWT bermaksud:
“Mereka tidak dapat berbicara pada hari roh (Jibril atau ruhul qudus) dan para malaikat berdiri dengan berbaris.”
( An-Naba’: 38)

Disebutkan dalam satu keterangan, bahawa yang dimaksud roh itu adalah rohnya anak Adam (manusia), dan keterangan yang lain mengatakan bahawa roh itu adalah rohnya malaikat Jibril as. Juga ada keterangan yang menyebutkan bahawa roh itu adalah rohnya Nabi Muhammad SAW yang berada di bawah Arasy, ia minta izin dari Allah di malam Lailatul Qadar untuk turun memberikan salam penghormatan kepada seluruh mukminin dan mukminat dan roh itu berjalan melalui mereka.

Ada pula yang menyebutkan bahawa roh itu adalah rohnya para kerabat yang sudah mati, mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, semoga Engkau memperkenankan kami untuk turun ke rumah-rumah kami, sehingga kami melihat anak-anak kami dan ahli-ahli kami. Maka roh-roh itu turun pada malam Lailatul Qadar.

Sebagaimana Ibnu Abbas ra mengatakan: “Jika datang Hari Raya, hari Asyura’, hari Jumaat yang pertama dari bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, Lailatul Qadar, dan malam Jumaat, roh-rohnya para mayat semua keluar dari kubur mereka dan mereka semua berdiri di pintu-pintu rumahnya seraya berkata: “Belas kasihanlah kamu semua kepada kami di malam yang berkah ini dengan sedekah satu suap, sebab kami memberikan sedekah. Jika kalian bakhil dengan sedekah, dan kamu sekalian tidak mahu memberikannya, maka hendaklah kalian mengingat kami dengan bacaan surah Al-Fatihah di malam yang penuh keberkahan ini.

Adakah seorang telah belas kasihan kepada kami, apakah dari salah seorang ada yang mengenangkan ratapan kami wahai orang yang menempati rumah-rumah kami, wahai orang yang menikmati wanita (isteri kami), wahai orang yang berdiri memperluas mahligai kami yang sekarang kami dalam kesempitan kubur kami, wahai orang yang membagi harta benda kami, wahai orang.yang menyiakan anak yatim kami. Adakah salah seorang dari kamu sekalian ada yang mengenang perantauan kami? Buku amal kami dilipat dan kitab amal kalian dibuka. Dan bukanlah bagi mayat yang berada dalam liang kubur melainkan pahalanya. Maka janganlah kalian melupakan kami dengan sebuku rotimu dan doamu, sebab kami orang-orang yang berhajat kepada kamu sekalian, selama-lamanya.

Jika mayat memperoleh sedekah dan doa dari mereka maka ia kembali dengan riang gembira, dan jika ia tidak memperoleh maka ia pulang dengan sedih dan duka serta terhalang, dan putus asa dari mereka.

Telah diterangkan, bahawasanya roh dalam perkumpulan haiwan tidak dalam seluruh tubuh, tapi ia dalam satu bahagian dari beberapa bahagian yang tidak dapat ditentukan dengan dalil. Bahawasanya seorang dilukai dengan luka-luka yang banyak maka ia tidak mati. Dan ia dilukai dengan luka-luka satu maka ia menjadi mati. Sebab luka itu jika menimpa pada tempat di mana roh bertempat di mana roh di dalamnya, dan bahawasanya roh bertempat pada seluruh tubuh dan bahawasanya mati itu dalam seluruh tubuh, maka Firman Allah SWT menunjukkan:

Katakanlah: “la akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama.”
(Yaa Siin: 79)


Jika dikatakan, apakah bedanya antara roh dengan rawan? Maka kita katakan hahwa keduanya adalah satu. Keduanya tidak ada perbedaan, sebagaimana tubuh serta tangan adalah menjadi satu. Cuma kalau tangan dapat bergerak kesana kemari tapi kalau tubuh sama sekali tidak bergerak. Demikian pula rawan kesana kemari tapi sama sekali tidak bergerak.

Kemudian mengenai tempatnya roh di dalam tubuh tidak dapat ditentukan. Adapun tempatnya rawan di antara kedua alis. Maka jika roh itu hilang seorang hamba menjadi mati, dan jika rawan hilang ia menjadi tidur. Sebagaimana air yang dituangkan qas’ah dan ditaruh di rumah ada matahari yang sinarnya melalui lubang atap dan qas’ah itu tidak bergerak dari tempatnya.

Maka demikian halnya roh bertempat di dalam tubuh dan pusatnya berada di Arasy. Adapun rawan melihat dikala bermimpi dan ia berada di alam malakut.

Adapun tempatnya roh setelah dicabut, ada diterangkan bahawa tempatnya disengkala yang didalamnya terdapat lubang sejumlah bilangan haiwan-haiwan yang dijadikan sampai hari kiamat. Jika ia mendapat kenikmatan berada di situ dan jika mendapat azab maka di situ pula.

Ada disebutkan bahawa roh-roh para mukminin berada dalam telur burung yang hijau di syurga iliyyin, adapun rohnya orang-orang kafir berada dalam telur burung yang hitam di neraka. Dan ada dikatakan bahawa rohnya para mukminin ketika dicabut, maka para malaikat rahmat sama mengangkat membawa naik roh ke langit yang tujuh dengan memuliakan dan mengagungkan. Kemudian dipanggil Zat pemanggil dari sisi Allah yang Rahman: “Hendaklah kamu semua menulis roh itu dalam Illiyyin lalu kembalikanlah ke bumi.”

Maka mereka mengembalikan roh seorang mukmin ke dalam tubuhnya dan ia dibukakan pintu syurga, ia melihat tempatnya di syurga sampai datangnya hari kiamat.

Dan bahawasanya rohnya orang-orang kafir sewaktu dicabut maka para malaikat azab sama membawa naik roh itu ke langit dunia. Maka ditutuplah pintu-pintu langit yang lain dan ia diperintah mengembalikan ke tempat berbaring tubuhnya, kuburnya disempitkan dan ia dibukakan pintu neraka. Oleh kerananya ia melihat tempat kediamannya kelak sampai datangnya hari kiamat. Dalam hal ini sebagaimana pernah disabdakan Nabi SAW, sehingga bahawasanya mereka mendengar suara sandal-sandal kalian, hanya saja mereka terhalang dari berkata.

Sebahagian Hukama’ ditanya tentang tempat roh-roh setelah mati, maka ia menerangkan sebagai berikut:

1. Bahawasanya roh-roh para Nabi berada dalam Syurga Adn, ia berada dalam liang yang menyenangkan tubuhnya. Adapun tubuh bersujud kepada Tuhannya.
2. Roh-roh para Syuhada berada di syurga Firdaus, pada tengahnya syurga itu berada dalam telih burung yang hijau yang terbang di syurga sekehendak hatinya. Kemudian datang keqanadil yang digantungkan di Arasy.
3. Adapun roh-rohnya anak-anak kecil yang Islam berada dalam telih burung pipitnya Syurga.
4. Roh-rohnya para anak-anak musyrik berputar-putar di syurga dan ia tidak punya tempat, sampai hari kiamat. Lalu mereka melayani para mukminin.
5. Roh-rohnya orang-orang mukmin yang mempunyai hutang dan aniaya digantung diangkasa. Ia tidak sampai ke syurga dan tidak pula ke langit sampai ia membayar hutangnya dan penganiayaannya.
6. Roh-rohnya orang-orang Islam yang berdosa diazab dalam kubur beserta tubuhnya.
7. Roh-rohnya orang-orang kafir dan munafik dalam penjara neraka Jahannam dipintakan diwaktu pagi dan petang.

Dan disebutkan, bahawasanya roh adalah merupakan jisim yang halus. Oleh kerana itu tidak dapat dikatakan jika Allah itu mempunyai roh. Sebab mustahil kalau Allah mempunyai tempat seperti jisim-jisim. Dan dikatakan bahawa roh adalah merupakan sifat dan dikatakan pula kalau ia pecah jadi angin, maka kedua perkataan ini adalah perkataannya orang yang mengingkari adanya seksa kubur.

Ada diceritakan, bahawasanya seorang Yahudi datang kepada Nabi SAW, maka mereka bertanya kepada baginda tentang roh dari Ashabi Raqim dan dari Raja Dzil Qarnain. Dengan perdebatan Yahudi itu maka turunlah surah Al-Kahfi.
Dan diturunkan tentang haknya roh adalah Firman Allah SWT.

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh, katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhanku.”
(Yaa Siin: 79)

Syidatina Fatimah, Penghulu Wanita Syurga

Syidatina Fatimah, Penghulu Wanita Syurga

Dia membesar dalam suasana kesusahan. Bondanya pergi ketika usianya terlalu muda dan masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Sejak itu, dialah yang mengambil alih tugas menguruskan rumahtangga seperti memasak, mencuci, mengemas rumah dan menguruskan keperluan ayahandanya.

Di sebalik kesibukan itu, dia juga adalah seorang yang paling kuat beribadah. Keletihan yang ditanggung akibat seharian bekerja menggantikan tugas ibunya yang telah pergi itu, tidak pula menghalang Sayidatina Fatimah daripada bermunajata dan beribadah kepada Allah SWT. Malam- malam yang dilalui, diisi dengan tahajud, zikir dan siangnya pula dengan sembahyang, puasa, membaca Al Quran dan lain-lain. Setiap hari, suara halusnya mengalunkan irama Al Quran.

Di waktu umurnya mencapai 18 tahun, dia dikahwinkan dengan pemuda yang sangat miskin hidupnya. Bahkan oleh kemiskinan itu, untuk membayar mas kahwin pun suaminya tidak mampu lalu dibantu oleh Rasulullah SAW. Setelah berkahwin kehidupannya berjalan dalam suasana yang amat sederhana, gigih dan penuh ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Digelar Singa Allah, suaminya Sayidina Ali merupakan orang kepercayaan Rasulullah SAW yang diamanahkan untuk berada di barisan hadapan dalam bala tentera Islam. Lalu, seringlah Sayidatina Fatimah ditinggalkan oleh suaminya yang pergi berperang untuk berbulan-bulan lamanya. Namun dia tetap redha dengan suaminya. Isteri mana yang tidak mengharapkan belaian mesra daripada seorang suami. Namun bagi Sayidatina Fatimah r.ha, saat-saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan berdampingan dengan Allah SWT untuk mencari kasih-Nya, melalui ibadah-ibadah yang dibangunkan.

Sepanjang pemergian Sayidina Ali itu, hanya anak-anak yang masih kecil menjadi temannya. Nafkah untuk dirinya dan anak-anaknya Hassan, Hussin, Muhsin, Zainab dan Umi Kalsum diusahakan sendiri. Untuk mendapatkan air, berjalanlah dia sejauh hampir dua batu dan mencedoknya dari perigi yang 40 hasta dalamnya, di tengah bahang mentari padang pasir yang terik. Kadangkala dia berlapar sepanjang hari. Sering pula dia berpuasa dan tubuhnya sangat kurus hingga menampakkan tulang di dadanya.

Pernah suatu hari, sedang dia tekun bekerja di sisi batu pengisar gandum, Rasulullah datang berkunjung ke rumahnya. Sayidatina Fatimah yang amat keletihan ketika itu lalu meceritakan keperitan hidupnya itu kepada Rasulullah SAW. Betapa dirinya teruk bekerja, mengisar tepung, mengangkat air, memasak serta melayan anak-anak. Dia berharap agar Rasulullah dapat menyampaikan kepada Sayidina Ali, kalau mungkin boleh disediakan untuknya seorang pembantu rumah. Rasulullah saw merasa belas terhadap penanggungan anakandanya itu. Namun baginda amat tahu, sesungguhnya Allah memang menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya sewaktu di dunia untuk membeli kesenangan di akhirat. Mereka yang rela bersusah payah dengan ujian di dunia demi mengharapkan keredhaan-Nya, mereka inilah yang mendapat tempat di sisi-Nya.

Lalu dipujuknya Fatimah r.ha sambil memberikan harapan dengan janji-janji Allah. Baginda mengajarkan zikir, tahmid dan takbir yang apabila diamalkan, segala penanggungan dan bebanan hidup akan terasa ringan. Ketaatannya kepada Sayidina Ali menyebabkan Allah SWT mengangkat darjatnya. Sayidatina Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarga mereka. Tidak juga dia meminta-minta hingga menyusah-nyusahkan suaminya.

Dalam pada itu, kemiskinan tidak menghilang Sayidatina Fatimah untuk selalu bersedekah. Dia tidak sanggup untuk kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Dia tidak rela hidup senang dikala orang lain menderita. Bahkan dia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu rumahnya tanpa memberikan sesuatu meskipun dirinya sendiri sering kelaparan. Memang cocok sekali pasangan Sayidina Ali ini kerana Sayidina Ali sendiri lantaran kemurahan hatinya sehingga digelar sebagai 'Bapa kepada janda dan anak yatim' di Madinah.

Namun, pernah suatu hari, Sayidina Fatimah telah menyebabkan Sayidina Ali tersentuh hati dengan kata-katanya. Menyedari kesilapannya, Sayidatina Fatimah segera meminta maaf berulang-ulang kali. Apabila dilihatnya air muka suaminya tidak juga berubah, lalu dengan berlari-lari anak dia mengelilingi Sayidina Ali. Tujuh puluh kali dia 'tawaf' sambil merayu-rayu memohon dimaafkan. Melihatkan aksi Sayidatina Fatimah itu, tersenyumlah Sayidina Ali lantas memaafkan isterinya itu.

"Wahai Fatimah, kalaulah dikala itu engkau mati sedang Ali tidak memaafkanmu, nescaya aku tidak akan menyembahyangkan jenazahmu," Rasulullah SAW memberi amaran kepada puterinya itu apabila perkara itu sampai ke pengetahuan baginda. Begitu sekali kedudukan seorang suami yang ditetapkan Allah SWT sebagai pemimpin bagi seorang isteri. Betapa seorang isteri itu perlu berhati-hati dan sangat berhalus di saat berdepan dengan suami. Apa yang dilakukan Sayidina Fatimah itu bukanlah disengajakan. Apatah lagi, bukan juga dia merungut-rungut, marah-marah, meninggi suara, bermasam muka, merajuk atau lain-lain keranah yang menyusahkan Sayidina Ali k.w. Pun Rasulullah SAW berkata begitu terhadapnya.

Semasa perang Uhud, Sayidatina Fatimah telah turut sama merawat luka Rasulullah. Dia juga turut bersama Rasulullah semasa peristiwa penawanan Kota Makkah dan ketika ayahandanya mengerjakan 'Haji Wida' pada akhir tahun 11 Hijrah. Dalam perjalanan haji terakhir ini Rasulullah SAW telah jatuh sakit. Sayidatina Fatimah tetap di sisi ayahandanya. Ketika itu Rasulullah membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah r.ha yang membuatkannya menangis, kemudian Nabi SAW membisikkan sesuatu lagi yang membuatkannya tersenyum.

Dia menangis kerana ayahandanya telah membisikkan kepadanya berita kematian baginda. Namun, sewaktu ayahandanya menyatakan bahawa dialah orang pertama yang akan berkumpul dengan baginda di alam baqa', gembiralah hatinya. Sayidatina Fatimah meninggal dunia enam bulan setelah kewafatan Nabi SAW, dalam usia 28 tahun dan dimakamkan di Perkuburan Baqi', Madinah.

Begitu sekali wanita yang utama, agung dan namanya harum tercatat dalam al-Quran, disusah-susahkan hidupnya oleh Allah SWT. Sengaja dibuat begitu oleh Allah kerana Dia tahu bahawa dengan kesusahan itu, hamba-Nya akan lebih hampir kepada-Nya. Begitulah juga dengan kehidupan wanita-wanita agung yang lain. Mereka tidak sempat berlaku sombong serta membangga diri atau bersenang-senang. Sebaliknya, dengan kesusahan-kesusahan itulah mereka dididik oleh Allah untuk sentiasa merasa sabar, redha, takut dengan dosa, tawadhuk (merendah diri), tawakkal dan lain-lain. Ujian-ujian itulah yang sangat mendidik mereka agar bertaqwa kepada Allah SWT. Justeru, wanita yang berjaya di dunia dan di akhirat adalah wanita yang hatinya dekat dengan Allah, merasa terhibur dalam melakukan ketaatan terhadap-Nya, dan amat bersungguh-sungguh menjauhi larangan-Nya, biarpun diri mereka menderita.

Yakjuj, Makjuj Dikurung Dalam Tembok Ajaib

Di sebalik pembinaan kota besar hasil kemajuan pembangunan dan kemodenan yang melanda hampir seluruh pelusuk dunia hari ini, masih terdapat satu kawasan rahsia di muka bumi ini yang menyimpan ribuan makhluk misteri.

Sehingga kini, penerokaan demi penerokaan di seluruh kawasan bumi masih belum menemui wilayah asing itu sekali gus menyebabkan kewujudan makhluk terbabit tidak akan dikenal pasti pengkaji atau manusia umumnya.

Bagaimanapun, kewujudan makhluk itu adalah sahih dan suatu hari nanti, mereka akan muncul juga di hadapan manusia. Akan tetapi, ketika makhluk itu muncul, sudah terlambat untuk manusia berbuat apa-apa lagi.

Tiada lagi kajian mengenai sejarah kewujudan atau penyelidikan sains dilakukan terhadap makhluk itu seperti penemuan artifak atau spesies baru ketika ini kerana sewaktu munculnya makhluk dikenali Yakjuj dan Makjuj itu, dunia sudah terlalu hampir dengan kiamat!

Sejak dikurung ribuan tahun lalu, kewujudan dan lokasi ‘pusat tahanan’ Yakjuj dan Makjuj masih menjadi misteri kepada manusia.

Bagaimanapun, kewujudan dua makhluk itu adalah pasti lantaran ia dinyatakan dalam al-Quran serta tergolong dalam perkara ghaib yang wajib diimani manusia menerusi tanda besar berlakunya kiamat.

Pensyarah Jabatan Al-Quran dan Al-Hadith, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya (API-UM), Prof Madya Dr Fauzi Deraman, berkata Yakjuj dan Makjuj bukanlah berupa haiwan atau spesies lain sebaliknya ia adalah manusia yang berasal daripada keturunan Nabi Adam AS.

Katanya, mengikut hadis, bangsa Yakjuj dan Makjuj berasal daripada keturunan anak lelaki Nabi Nuh AS iaitu Yafis yang berkembang melewati masa sehinggalah Zulkarnain membina tembok bagi menghalang mereka keluar dari lokasi mereka.

“Cerita mengenai sejarah Yakjuj dan Makjuj tertera dalam al-Quran menerusi surah al-Kahfi, ayat ke-92 hingga 98 manakala kebangkitan mereka dinyatakan dalam surah an-Anbiyaa’, ayat ke-96 dan 97,” katanya.

Allah berfirman menerusi ayat surah al-Kahfi itu: “Kemudian dia (Zulkarnain) menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia sampai antara dua gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

“Mereka berkata: ‘Hai Zulkarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu orang yang membuat kerosakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara mereka?’.

“Zulkarnain berkata: ‘Apa yang dikuasakan Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan peralatan), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi’.

“Hingga apabila besi itu sudah sama rata dengan kedua-dua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: ‘Tiuplah (api itu)’. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.

“Maka mereka tidak dapat mendakinya dan mereka tidak dapat melubanginya. Zulkarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat daripada Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku (kiamat), Dia akan menjadikannya hancur luluh dan janji Tuhanku itu adalah benar’.”

Dalam ayat surah an-Anbiyaa’ pula, Allah berfirman: “Hingga apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj; dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan sudah dekatlah kedatangan janji yang benar (kaimat) maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang kafir. (Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’.”

Dr Fauzi berkata, selain dua surah al-Quran itu, terdapat banyak hadis kuat yang membicarakan mengenai Yakjuj dan Makjuj tetapi terdapat juga perbezaan pendapat di kalangan ulama mengenai ciri-ciri bangsa itu yang tidak diterangkan nas.

“Hadis riwayat Imam Ahmad pula menerangkan ciri fizikal Yakjuj dan Makjuj yang antara lain bermuka bulat dan kulit kekuningan seperti wajah kebanyakan penduduk Asia Tengah.

“Ulama juga cenderung mengatakan Yakjuj dan Makjuj berasal dan dikurung di benua Asia Tengah berdasarkan tafsiran ayat ke-90 dari surah al-Khafi yang menyebut Zulkarnain sampai ‘di tempat terbit matahari’ iaitu timur dunia,” katanya.

Pendapat lain menambah yang Yakjuj dan Makjuj berkemungkinan berasal daripada bangsa Tartar dan Mongul manakala lokasi tahanan mereka adalah kawasan pergunungan luas Caucasus.

Beliau berkata, kebanyakan ulama menyatakan yang bangsa itu terus wujud sehingga kini tetapi dipisahkan daripada dunia manusia oleh Allah SWT menerusi tembok dibina Zulkarnain itu.

Katanya, tugas bangsa itu setiap hari sejak ribuan tahun lalu adalah mengorek tembok itu untuk tembus ke dunia manusia tetapi Allah masih menghalang mereka dengan kembali meneguhkan benteng berkenaan sehinggalah hampirnya hari kiamat.

“Allah akan mengizinkan tembok itu runtuh dan Yakjuj dan Makjuj bebas ke dunia manusia apabila hampirnya kiamat dan peristiwa itu menjadi satu daripada 10 tanda besar kiamat,” katanya.

Yakjuj dan Makjuj juga muncul selepas kematian Dajal yang dibunuh Nabi Isa AS dan bangsa itu akan mendatangkan kerosakan besar di muka bumi. Kekuatan mereka dikatakan luar biasa dan terlalu hebat sehingga tiada sesiapa yang mampu menewaskan kumpulan itu.

“Nabi Isa AS memerintahkan manusia yang masih beriman berlindung di pergunungan bagi mengelak menjadi mangsa Yakjuj dan Makjuj; baginda kemudian berdoa kepada Allah SWT dan Allah membinasakan mereka dengan mengutuskan ulat yang menyerang belakang badan golongan itu sehingga mati.

“Selepas bangsa Yakjuj dan Makjuj mati serta menjadi busuk, Allah mengutuskan seekor burung besar untuk mengangkut dan membersihkan mayat itu dari bumi,” katanya.

Menyoroti dalil kewujudan Yakjuj dan Makjuj, manusia seharusnya yakin mempertahankan akidah Islam dan tidak bertangguh memohon keampunan dan keredaan Allah kerana mereka yang masih lalai adalah golongan yang diterangkan dalam surah an-Anbiyaa’ di atas seperti firman-Nya: “(Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’.”
credit to: dakwah2u

Dilema Abu Ubaidah bunuh bapa sendiri

DALAM perang Badar banyak peristiwa yang menjadi iktibar dan pengajaran kepada semua. Antaranya ia menyaksikan majikan dibunuh oleh hambanya sendiri, seperti yang berlaku terhadap Bilal yang membunuh bekas majikannya, Umayyah bin Khalaf.

Selain itu, terdapat beberapa peristiwa yang melibatkan pembunuhan antara anak beranak (anak membunuh bapa), adik beradik dan saudara mara,

Walaupun mereka mempunyai hubungan darah dan persaudaraan tetapi disebabkan mahu menegakkan Islam, masing-masing terpaksa menghadapi situasi yang tidak ubahnya seperti ditelan mati mak, diluah mati bapa.

Cinta terhadap Islam mengatasi segala-galanya hatta terpaksa membunuh bapa sendiri.

Antara peristiwa yang membabitkan pembunuhan bapa sendiri ialah bagaimana seorang sahabat baginda, Abu Ubaidah Al Jarrah yang terpaksa membunuh bapanya sendiri, Abdullah Al Jarrah.

Tetapi, ia bukan sesuatu yang disengajakan. Si anak tidak mempunyai pilihan setelah bapanya tetap menolak Islam walaupun puas dipujuk.

Dalam kes Abu Ubaidah, bapanya sendiri yang mencarinya sewaktu perang tersebut kerana Abdullah mahu membunuh anaknya itu.

Ia ekoran Abu Ubaidah dikatakan sanggup membuang keluarga semata-mata untuk memeluk Islam termasuk meninggalkan Mekah dan menjadi pengikut Nabi Muhammad.

Abu Ubaidah adalah anak yang paling disayangi oleh bapanya yang merupakan seorang saudagar.

Segala harta kekayaan Abdullah diturunkan kepada Abu Ubaidah termasuk memberi modal untuk berniaga.

Tetapi Abdullah sangat kecewa dan memutuskan hubungan dengan Abu Ubaidah apabila anaknya itu memeluk Islam. Malah, Abu Ubaidah turut di seksa selain kekayaannya dirampas.

Dalam keadaan sehelai sepinggan Abu Ubaidah mengadu nasib kepada Rasulullah SAW.

Abdullah bertambah sakit hati apabila anaknya itu turut berhijrah ke Madinah. Sejak itu, Abdullah sentiasa berazam untuk membunuh Abu Ubaidah.

Kemarahan Abdullah terhadap anaknya makin bertambah apabila Abu Jahal sentiasa mengapi-apikannya supaya meneruskan niatnya untuk membunuh Abu Ubaidah.

Jika Abdullah sanggup membunuh anaknya sendiri, maka sebagai ganjaran dia akan dilantik menjadi salah seorang pembesar yang paling terhormat seluruh Tanah Arab.

Abu Ubaidah sendiri menyedari niat bapanya itu. Semasa Perang Badar beliau sentiasa mengelak daripada terserempak atau bertembung dengan bapanya.

Namun atas maklumat tentera Quraisy yang ternampak kelibat Abu Ubaidah, mereka segera memberitahu kedudukan si anak itu kepada Abdullah.

Sebaik mengetahui kedudukan Abu Ubaidah, Abdullah pun segera meluru dan memburu anaknya.

Menyedari tindakan bapanya itu, Abu Ubaidah melarikan diri supaya seboleh-bolehnya beliau tidak mahu berdepan dengan bapanya sendiri.

Tetapi akhirnya Abu Ubaidah tidak boleh melarikan diri lagi. Beliau berjaya dipintas oleh bapanya dan mereka akhirnya berdepan antara satu sama lain.

Lalu dia merayu kepada bapa supaya antara mereka tidak saling berbunuh-bunuhan dan mengakui kebenaran mengenai Islam supaya masing-masing selamat.

Namun Abdullah dengan pedang yang terhunus tidak menghiraukan kata-kata anaknya itu.

"Aku tidak akan tunduk kepada tuhan Muhammad. Aku rela mati daripada menyembah tuhan kamu itu," balas Abdullah.

Abdullah yang hilang pertimbangan terus menghunus pedang untuk memenggal kepala anaknya. Abu Ubaidah tidak membalas dan hanya bertahan daripada serangan dari bapanya itu.

Tetapi tindakan tidak melawan itu membuakkan lagi kemarahan si bapa dan terus menyerang Abu Ubaidah bertubi-tubi.

Akhirnya perkara yang menyayat hati berlaku apabila Abu Ubaidah tanpa ada sebarang pilihan terpaksa membunuh bapa yang beliau sangat hormati dan sayangi.

Abdullah cedera parah apabila terkena libasan pedang anaknya. Sebaik bapanya cedera Abu Ubaidah terus membuang pedang lalu memangku dan mendakap ayahnya. Beliau menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf kerana terpaksa membunuh. Si ayah akhirnya mati di pangkuan anaknya sendiri dan Abu Ubaidah mengambil masa yang agak lama untuk menerima hakikat kematian yang sebegini.

Translate

CLOSE