DIALOG RASULULLAH DAN IBLIS

DIALOG RASULULLAH DAN IBLIS

Suatu ketika Allah SWT memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis agar menghadap Baginda Rasul saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disuka maupun yang dibencinya. Hal ini dimaksudkan untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad saw dan juga sebagai peringatan dan perisai umat manusia.

Kemudian Malaikat itupun mendatangi Iblis dan berkata : “Hai Iblis! Engkau diperintah Allah untuk menghadap Rasulullah saw. Bukalah semua rahasiamu dan jawablah setiap pertanyaan Rasulullah dengan jujur. Jika engkau berdusta walau satu perkataanpun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu serta disiksa dengan azab yang amat pedih”.

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan, maka segera ia menghadap Rasulullah saw dengan menyamar sebagai orang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai yang panjangnya seperti ekor lembu.

Iblis pun memberi salam sampai 3 (tiga) kali salam, Rasulullah saw tidak juga menjawabnya, maka Iblis berkata : “Ya Rasullullah! Mengapa engkau tidak menjawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?” Maka jawab Nabi dengan marah : “Hai musuh Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Jangan kau coba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam as sehingga beliau keluar dari syurga, kau hasut Qabil sehingga ia tega membunuh Habil yang masih saudaranya sendiri, ketika sedang sujud dalam sembahyang kau tiup Nabi Ayub as dengan asap beracun sehingga beliau sengsara untuk beberapa lama, kisah Nabi Daud as dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.

Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wa jalla, tapi aku diharamkan Allah menjawab salammu. Aku mengenalmu dengan baik wahai Iblis, Raja segala Iblis. Apa tujuanmu menemuiku?”.

Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Engkau dapat mengenaliku karena engkau adalah Khatamul Anbiya. Aku datang atas perintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam as hingga akhir zaman nanti. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, aku tidak berani menyembunyikannya”.

Kemudian Iblispun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata : “Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatahpun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu”.

Ketika mendengar sumpah Iblis itu, Nabipun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah kesempatanku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar seluruh sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai seluruh umatku.

Pertanyaan Nabi (1) :

“Hai Iblis! Siapakah musuh besarmu?”

Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara musuh-musuhku di muka bumi ini”.

Kemudian Nabipun memandang muka Iblis dan Iblispun gemetar karena ketakutan. Sambung Iblis : “Ya Khatamul Anbiya! Aku dapat merubah diriku seperti manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suarapun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. Andaikan aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu.

Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu juga aku berusaha menarik mereka kepada kekafiran, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan yang benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku”.

Pertanyaan Nabi (2) :

“Hai Iblis! Apa yang kau perbuat terhadap makhluk Allah?”

Jawab Iblis : “Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, berbuai dengan makanan dan minuman, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda, emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan yang haram.

Demikian juga ketika pesta di mana lelaki dan perempuan bercampur. Di sana aku lepaskan godaan yang besar supaya mereka lupa peraturan dan akhirnya minum arak. Apabila terminum arak itu, maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga perbuatan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri.

Apabila mereka sadar akan kesalahan mereka lalu hendak bertaubat dan berbuat amal ibadah, akan aku rayu supaya mereka membatalkannya. Semakin keras aku goda supaya mereka berbuat maksiat dan mengambil isteri orang. Jika hatinya terkena godaanku, datanglah rasa ria’, takabur, iri, sombong dan melengahkan amalnya. Jika lidahnya yang tergoda, maka mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat”.

Pertanyaan Nabi (3) :

“Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambah laknat yang besar dan siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?

Jawab Iblis : “Semuanya itu adalah anugerah dari Allah Yang Maha Besar. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa diriku telah beribu-ribu tahun menjadi Ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke langit yang lebih tinggi. Kemudian aku tinggal di dunia ini beribadah bersama para Malaikat beberapa waktu lamanya.

Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan manusia yang pertama (Nabi Adam as) dan seluruh Malaikat diperintah supaya memberi hormat sujud kepada lelaki itu, hanya aku saja yang ingkar. Oleh karena itu, Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu berubah menjadi keji dan menakutkan. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikaruniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka.

Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itupun aku masih belum puas dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga hari kiamat kelak.

Sebelum engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia, tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadah dan balasan pahala serta syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia dan memberitahu manusia yang lain tentang apa yang sebenarnya aku dapatkan dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid’ah dan kehancuran.

Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak diijinkan oleh Allah untuk naik ke langit dan mencuri rahasia karena banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku memaksa untuk naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tentaraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu, maka semakin beratlah pekerjaanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut manusia”.

Pertanyaan Nabi (4) :

Rasullullah bertanya “Hai Iblis! Apa yang pertama kali kau tipu dari manusia?”

Jawab Iblis : “Pertama kali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir dan juga dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, akan aku tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikuti kemauanku”.

Pertanyaan Nabi (5) :

“Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, apa yang terjadi padamu?”

Jawab Iblis : “Sungguh penderitaan yang sangat besar. Gemetarlah badanku dan lemah tulang sendiku, maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda manusia pada setiap anggota badannya.

Beberapa iblis datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, lupa bilangan raka’atnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, merasa terburu-buru supaya cepat selesai sholatnya, hilang khusyuknya, matanya senantiasa melirik ke kanan dan ke kiri, telinganya senantiasa mendengar percakapan orang dan bunyi-bunyi yang lain.

Beberapa iblis yang lain duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya tidak kuat sujud berlama-lama, penat waktu duduk tahiyat dan dalam hatinya selalu merasa terburu-buru supaya cepat selesai sholatnya, itu semua membuat berkurangnya pahala. Jika para iblis tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan hukuman yang berat”.

Pertanyaan Nabi (6) :

“Jika umatku membaca Al-Qur’an karena Allah, apa yang terjadi padamu?”

Jawab Iblis : “Jika mereka membaca Al-Qur’an karena Allah, maka terbakarlah tubuhku, putuslah seluruh uratku lalu aku lari dan menjauh darinya”.

Pertanyaan Nabi (7) :

“Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?”

Jawab Iblis : “Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya”.

Pertanyaan Nabi (8) :

“Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?”

Jawab Iblis : “Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya buatku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatat dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam memohonkan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemudian orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya dan dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa, barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasanya”.

Pertanyaan Nabi (9) :

“Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?”

Jawab Iblis : “Seluruh sahabatmu termasuk musuh besarku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satupun tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata : “Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk”.

Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a’zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Lagipula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Sayyidatina Aisyah yang juga banyak menghafal Hadits-haditsmu.

Adapun Sayyidina Umar bin Khatab, aku tidak berani memandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah seluruh tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan : “Jikalau ada Nabi sesudah aku, maka Umar boleh menggantikan aku”, karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar ‘Al-Faruq’.

Sayyidina Usman bin Affan, aku tidak bisa bertemu karena lidahnya senantiasa membaca Al-Qur’an. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak 2 (dua) kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang menghampiri dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan : “Barangsiapa menulis Bismillaahirrahmaanirrahiim pada kitab atau kertas-kertas dengan tinta merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid”.

Sayyidina Ali bin Abi Thalibpun aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadah dan beliau adalah golongan orang pertama yang memeluk agama Islam serta tidak pernak menundukkan kepalanya kepada berhala. Bergelar ‘Ali Karamullahu Wajhahu” dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga ‘Harimau Allah’ dan engkau sendiri berkata : “Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya”. Lagipula dia menjadi menantumu, aku semakin ngeri kepadanya”.

Pertanyaan Nabi (10) :

“Bagaimana tipu dayamu kepada umatku?”

Jawab Iblis : “Umatmu itu ada 3 (tiga) macam. Yang pertama, seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril as : “Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat”. Yang kedua, umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal saleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga, umatmu seperti Fir’aun, terlampau tamak dengan harta dunia dan dihilangkan amal akhirat, maka akupun bersuka cita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku ajak kemana saja mengikuti kemauanku. Jadi dia selalu bimbang kepada dunia dan tidak mau menuntut ilmu, tidak pernah beramal saleh, tidak mau mengeluarkan zakat dan malas beribadah.

Lalu aku goda agar manusia minta kekayaan lebih dulu dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka aku rayu supaya lupa beramal, tidak membayar zakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia selalu bimbang akan hartanya dan berangan-angan hendak merebut kemewahan dunia, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk kemaksiatan”.

Pertanyaan Nabi (11) :

“Siapa yang serupa denganmu?”

Jawab Iblis : “Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang yang belajar agama Islam”.

Pertanyaan Nabi (12) :

“Siapa yang membuat mukamu bercahaya?”

Jawab Iblis : “Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu dan suka ingkar janji”.

Pertanyaan Nabi (13) :

“Apa yang kau rahsiakan dari umatku?”

Jawab Iblis : “Jika seorang Muslim buang air besar dan tidak membaca do’a terlebih dahulu, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari”.

Pertanyaan Nabi (14) :

“Jika umatku bersatu dengan isterinya, apa yang kau lakukan?”

Jawab Iblis : “Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya dan membaca do’a pelindung syaitan, maka aku lari dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak, maka anak itu akan gemar berbuat maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku santap makanannya lebih dulu daripadanya. Walaupun mereka makan, tidaklah mereka merasa kenyang”.

Pertanyaan Nabi (15) :

“Apa yang dapat menolak tipu dayamu?”

Jawab Iblis : “Jika berbuat dosa, maka cepat-cepatlah bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah, segeralah mengambil air wudhu’, maka padamlah marahnya”.

Pertanyaan Nabi (16) :

“Siapakah orang yang paling engkau sukai?”

Jawab Iblis : “Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu”.

Pertanyaan Nabi (17) :

“Hai Iblis! Siapakah saudaramu?”

Jawab Iblis : “Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka di waktu Subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian juga pada waktu Dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya’, aku beratkan hatinya untuk sholat”.

Pertanyaan Nabi (18) :

“Apa yang dapat membinasakan dirimu?”

Jawab Iblis : “Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Qur’an dan sholat tengah malam”.

Pertanyaan Nabi (19) :

“Hai Iblis! ?” Apa yang dapat memecahkan matamu?”

Jawab Iblis : “Orang yang duduk di dalam masjid dan beri’tikaf di dalamnya”.

Pertanyaan Nabi (20) :

“Apa lagi yang dapat memecahkan matamu?”

Jawab Iblis : “Orang yang taat kepada kedua ibu bapaknya, mendengar kata mereka, membantu makan, pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda : Syurga itu di bawah tapak kaki ibu”.

Mukjizat Nabi Muhammad

Mukjizat Nabi Muhammad

- Muhammad dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Di antara kemuliaan yang diberikan Allah S.W.T kepadaku adalah, aku dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan, kerana itu tidak ada orang yang melihat aurat/kemaluanku". (Hadits riwayat al- Thabrani, Abu Nuaym, al Khatib dan ibn Asakir - diriwayatkan dari Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Abu Hurairah. menurut Diya al Maqdisi, hadits ini shahih. Al Hakim selain menilai shahih, juga mengatakan mutawatir. Lihat al Khasa is al kubra, Jlid.1, hal. 90-91)

- Lahir dengan tali pusat sudah terputus

Dari Ibn Adiy dan Ibn Asakir dari Ibn Abbas, al Diya al Maqdisi dari Abbas Ibn Abdul Muthalib dan Ibn Asakir dari Ibn Umar bahawa Rasulullah S.A.W lahir dalam keadaan tali pusat sudah putus. (Hadist ini tidak sekuat hadits yang menceritakan tentang nabi lahir dalam keadaan sudah dikhitan)

- Pada usia 5 bulan dia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan dia sudah mampu berbicara dan pada usia 2 tahun dia sudah boleh dilepaskan bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing.


- Halimah binti Abi-Dhua’ib, ibu susu Muhammad dapat menyusui kembali setelah sebelumnya dia dinyatakan telah kering susunya. Halimah dan suaminya pada awalnya menolak Muhammad kerana yatim. Namun, kerana alasan dia tidak ingin dicemuh oleh Bani Sa’d, dia menerima Muhammad. Selama dengan Halimah, Muhammad hidup secara nomad bersama Bani Sa’d di gurun Arab selama empat tahun.

- Abdul Muthalib, datuk kepada Muhammad menceritakan bahawa berhala yang ada di Ka’bah tiba-tiba terjatuh dalam keadaan bersujud ketika kelahiran Muhammad. Dia juga menceritakan bahawa dia mendengar dinding Ka’bah berbicara, “Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan dariku dari beberapa patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuknya kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam Ini.”

- Dikisahkan ketika Muhammad berusia empat tahun, dia pernah dibedah perutnya oleh dua orang berbaju putih yang terakhir diketahui sebagai malaikat. Peristiwa itu terjadi ketika Muhammad sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa’d dari suku Badwi. Setelah kejadian itu, Muhammad dikembalikan oleh Halimah kepada Aminah. Sirah Nabawiyyah, memberikan gambaran lengkap bahawa kedua orang itu, “membelah dadanya, mengambil jantungnya, dan membukanya untuk mengeluarkan darah kotor darinya. Lalu mereka mencuci jantung dan dadanya dengan salju.” Peristiwa seperti itu juga berulang 50 tahun kemudian sewaktu Nabi Muhammad diisra’kan dari Mekah ke Jerusalem lalu dimikrajkan ke Sidratul Muntaha.

- Dikisahkan pula pada masa kecil Muhammad, dia telah dibimbing oleh Allah. Ianya mulai nampak setelah ibu dan datuknya meninggal. Dikisahkan bahawa Muhammad pernah diajak untuk menghadiri pesta dalam tradisi Jahiliyah, namun dalam perjalanan ke pesta dia merasa mengantuk yang teramat dan tidur di jalan sehingga dia tidak mengikuti pesta tersebut, kerana dia dipelihara oleh Allah dari berpesta mengikut umat jahiliyyah.

- Pendeta Bahira menceritakan bahawa dia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Muhammad ketika itu berusia 12 tahun sedang beristirehat di wilayah Bushra dari perjalanannya untuk berdagang bersama Abu Thalib ke Syria. Pendeta Bahira menceritakan bahawa kedatangan Muhammad ketika itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Dia juga sempat berdialog dengan Muhammad dan menyaksikan adanya sebuah Khatamun Nubuwah / 'cop kenabian' (tanda kenabian) di kulit lambungnya.

- Mukjizat lain adalah Muhammad pernah memendekkan perjalanan. Kisah ini terjadi ketika pulang dari Syria. Muhammad diperintahkan Maisarah membawakan suratnya kepada Khadijah ketika perjalanan masih 7 hari dari Mekah. Namun, Muhammad sudah sampai di rumah Khadijah tidak sampai satu hari. Dalam kitab as-Sab’iyyatun fi Mawadhil Bariyyat, Allah memerintahkan pada malaikat Jibril, Mikail, dan awan untuk membantu Muhammad. Jibril diperintahkan untuk melipat tanah yang dilalui unta Muhammad dan menjaga sisi kanannya sedangkan Mikail diperintahkan menjaga di sisi kirinya dan awan diperintahkan menaungi Muhammad.

Peristiwa-peristiwa di dalam Ghuzwah- Air keluar dari jari-jemari Rasulullah S.a.w.
Dari Tsabit r.a bahawa Rasulullah S.a.w berdoa untuk mendapatkan air. Lalu baginda datang dengan membawa sebuah bejana yang cukup besar yang di dalamnya ada sedikit air. Baginda S.a.w meletakkan jari-jari tangannya di dalam bejana itu. Ku lihat air memancar dari sela-sela jarinya. Semua orang mengambil wudhu’ dari air itu padahal aku memperkirakan mereka yang wudhu’ ada seramai tujuh puluh hingga ke lapan puluh orang. Riwayat Bukhari dan Muslim

Dan banyak lagi hadith-hadith berkenaan air keluar dari jari-jemari Rasulullah …….


- Perigi yang kering kembali berair.
Muslim meriwayatkan dari Salamah bin Al Aqwa ia berkata , “Kami yang berjumlah seribu empat ratus orang tiba di Hudaibiyyah bersama nabi S.a.w. Kami semua dan empat puluh ekor kambing yang dibawa tidak mendapatkan air. Selanjutnya nabi S.a.w berjongkok di bibir sebuah perigi (yang kering). Entah baginda berdoa atau meludah ke sana, namun yang jelas tiba-tiba memancar air yang sangat deras. Akhirnya kami dapat minum sepuas-puasnya, begitu pula dengan kambing-kambing kami”.

- Turunnya hujan dengan serta-merta selepas Rasulullah S.a.w berdoa
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahawa ada sekelompok orang datang kepada Rasulullah S.a.w. Mereka memohon agar beliau berdoa kepada Allah S.w.t supaya menurunkan hujan kepada mereka. Maka beliau bersabda, “Ya Allah, siramilah kami dengan air hujan yang merata, menyenangkan, dapat menyuburkan tanah , yang melimpah, mencukupi, bermanfaat dan tidak menimbulkan bahaya, segera turun dan tidak terlambat”.

Maka hujan turun kepada mereka selama tujuh hari berturut-turut.

- Pokok sujud dan bersaksi di atas kerasulan Muhammad S.a.w
Ianya diriwayatkan oleh Ad Darimy, Abu Ya’la, At Thabrani, Al Bazzar, Ibnu Hibban Al Baihaqi dan Abu Nu’aim …….

- Pokok memberi salam kepada Rasulullah S.a.w
Ianya diriwayatkan oleh Ahmad, At Thabrani, Al Baihaqi …..

Binatang, tumbuhan, alam dan benda mati
- Seekor serigala berbicara kepada Muhammad.
- Berbicara dengan unta yang lari dari pemiliknya yang menyebabkan masyarakatnya meninggalkan solat Isya’.
- Berbicara dengan unta pembawa hadiah raja Habib bin Malik untuk membuktikan bahawa hadiah tersebut bukan untuk Abu Jahal melainkan untuk Muhammad.
- Mengusap kantung susu seekor kambing untuk mengeluarkan susunya yang telah habis.
- Dua Sahabat Nabi S.a.w dibimbing oleh cahaya di waktu malam yang gelap gelita.
- Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah.
- Pohon kurma dapat berbuah dengan seketika.
- Batang pohon kurma meratap kepada Muhammad.
- Berhala-berhala runtuh dengan hanya ditunjuk oleh Muhammad.
- Berbicara dengan gunung untuk mengeluarkan air bagi Uqa’il bin Abi Thalib yang kehausan.
- Berbicara dengan batu gilingan tepung Fatimah yang takut dijadikan batu-batu neraka.
- Mengubah emas hadiah raja Habib bin Malik menjadi pasir di gunung Abi Qubaisy.
- Memerintahkan gilingan tepung untuk berputar dengan sendirinya.
- Tubuh Muhammad memancarkan petir ketika hendak di bunuh oleh Syaibah bin ‘Utsman pada Perang Hunain.

Ghaib dan menidurkan musuh
- Menghilang / ghaib ketika akan dibunuh oleh utusan Amr bin at-Thufail dan Ibad bin Qays utusan dari Bani Amr pada tahun 9 Hijriah atau Tahun Utusan
- Menghilang ketika akan dilempari batu oleh Ummu Jamil, ketika dia duduk di sekitar Ka’bah dengan Abu Bakar.
- Menghilang ketika akan dibunuh oleh Abu Jahal dimana ketika itu dia sedang solat.
- Menidurkan 10 pemuda Mekah yang merancang untuk membunuhnya dengan taburan pasir.

Hal ghaib dan ramalan
- Mengetahui siksa kubur dua orang dalam makam yang dilewatinya kerana dua orang tersebut selalu shalat dalam keadaan kotor kerana kencingnya selalu mengenai pakaian solat.
- Mengetahui ada seorang Yahudi yang sedang disiksa dalam kuburnya.
- Meramalkan seorang isterinya ada yang akan menunggangi unta merah, dan di sekitarnya ada banyak anjing yang menggonggong dan orang tewas. Hal itu terbukti pada Aisyah pada ketika Perang Jamal di wilayah Hawwab yang mengalami kejadian yang diramalkan Muhammad.
- Meramalkan isterinya yang paling rajin bersedekah akan meninggal tidak lama setelahnya dan terbukti dengan meninggalnya Zainab yang dikenal rajin bersedekah tidak lama setelah kematian Muhammad.
- Meramalkan Abdullah bin Abbas akan menjadi “bapa para khalifah” yang terbukti pada keturunan Abdullah bin Abbas yang menjadi raja-raja kekhalifahan Abbasiyah selama 500 tahun.
- Meramalkan umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan.
- Meramalkan Kenapa Dunia Islam Menjadi Sasaran Pemusnahan, dan ramalan-ramalan seperti di bawah
- Seluruh Dunia Datang Mengerumuni Dunia Islam
- Ilmu Agama Akan Beransur-ansur Hilang
- Umat Islam Mengikuti Langkah-Langkah Yahudi dan Nasrani
- Akan wujudnya Golongan Anti Hadith dari kalangan umat Islam sendiri
- Islam Kembali asing sebagaimana datangnya dulu
- Memperingatkan tentang Bahaya Kemewahan
- Umat Islam Memusnahkan Orang-orang Yahudi
- Sifat Amanah Akan Hilang Sedikit Demi Sedikit
- Orang Yang Baik Berkurangan Sedang Yang Jahat Bertambah Banyak
- Zaman Dimana Orang Tak Pedulikan Dari Mana Mendapat kan Harta
- Harta Riba Wujud Di Merata Tempat
- Orang Meminum Khamar dan Menamakannya Bukan Khamar. Terbukti sekarang ramai yang menghisap DADAH, PIL-PIL KHAYAL dan seumpamanya.
- Sedikit Lelaki dan Banyak Perempuan
- Hamba Menjadi Tuan dan Terbinanya Banyak Bangunan Yang Mencakar Langit
- Ahli Ibadat Yang Jahil dan Ulama Yang Fasiq
- Orang Yang Berpegang Dengan Agamanya Seperti Memegang Bara Api
- Golongan Ruwaibidhah
- Peperangan Demi Peperangan
- Masa Akan Menjadi Singkat
- Munculnya Galian-galian Bumi
- Tanah Arab Yang Tandus Menjadi Lembah Yang Subur
- Ujian Dahsyat Terhadap Iman
- Peperangan Di Kawasan Sungai Furat (Iraq) Kerana Merebut Kekayaan. Terbukti bahawa Amerika Syarikat telah menakluki Iraq tidak lama dulu.
- Ulama Tidak Dipedulikan
- Islam pada Nama Sahaja
- Al Quran Akan Hilang dan Ilmu Akan Diangkat
- Lima belas Maksiat Yang Akan Menurunkan Bala
- Umat Islam Bermegah-megah Dengan Masjid
- Menggadaikan Agama Kerana Dunia
Dan untuk bacaan hadith-hadithnya sila baca di Hadith tentang peristiwa akhir zaman

Mukjizat terbesar
- Membelah bulan dua kali untuk membuktikan kenabiannya pada penduduk Mekah.
Bukhari meriwayatkan dari Ibnu mas’ud r.a. berkata, “Pada zaman Rasulullah s.a.w, bulan pernah terbelah menjadi dua. Sebelah berada di atas gunung dan satunya lagi di tempat lain, lalu baginda bersabda , “Saksikanlah”.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas r.a. bahawa penduduk Mekkah meminta kepada Rasulullah S.a.w untuk memperlihatkan tanda kerasulannya kepada mereka. Maka baginda S.a.w memperlihatkan bulan yang terbelah menjadi dua , sehingga mereka pun melihat jarak antara keduanya.
Dan beberapa hadith lagi …….


- Isra ke Masjidil Aqsa, Palestine dari Masjidil Haram, Mekkah lalu Mi’raj ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh dari Baitul Maqdis tidak sampai satu malam pada tanggal 27 Rajab tahun 11 Hijriah.

- Menerima Al-Qur’an sebagai Firman Tuhan terakhir padahal baginda seorang yang 'ummi' iaitu tidak tahu membaca dan menulis.

Penyembuhan penyakitSetiap rasul dikurniakan mukjizat masing-masing bagi digunakan untuk menguatkan hujjah dan bukti bagi kebenaran yang diturunkan dari langit. Dan semua mukjizat itu adalah atas bantuan Allah S.w.t, bukannya kekuatan rasul itu sendiri. Ianya amat berbeza dengan sihir yang mana sihir menggunakan khidmat dari jin dan syaitan. Di sini saya tidak mahu menceritakan tentang sihir, tetapi hanya mahu menekan kan tentang antara mukjizat Nabi Muhammad S.a.w. Kali ini saya akan bentangkan tentang mukjizat yang berkaitan dengan penyembuhan penyakit.

-Menyembuhkan kaki patah sehingga pulih seperti sedia kala
Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra’ r.a bahawa setelah Abdullah bin Atik dapat membunuh Abu Rafi’, lalu turun dari tangga rumahnya , dia jatuh tersemban ke tanah sehingga betisnya patah. Beliau menceritakan hal ini kepada Rasulullah S.a.w. Baginda pun bersabda, “Luruskanlah kaki mu!” Maka beliau pun meluruskannya, lalu baginda mengusapnya . Selepas itu dia sudah tidak merasakan sakit lagi.

-Menyembuhkan sakit mata hanya dengan ludahan
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad , bahawa Rasulullah S.a.w bersabda pada waktu perang Khaibar, “besok aku akan memberikan bendera ini kepada seseorang yang akan diberikan kemenangan oleh Allah di tangannya.” Keesokan harinya baginda bersabda, “Mana Ali bin Abi Thalib?”
“Kedua matanya sedang sakit,” jawab sahabat-sahabat.

Maka baginda pergi menemui Ali lalu meludah pada kedua mata Ali sambil berdoa, sehingga langsung sembuh dan dia tidak merasakan sakit apa-apa lagi.

-Menyembuhkan penyakit luka dengan tiupan pada bahagian yang sakit
Bukhari juga meriwayatkan dari Yazid bin Abu Ubaid, dia berkata, “Aku melihat luka terhiris di betis Salamah bin Al Akwa”. Aku bertanya, “Luka apa ini ?”
“Aku terluka pada perang Khaibar, ” jawabnya.
Selanjutnya beliau pergi kepada Rasulullah S.a.w lalu baginda meniupkan luka itu 3 kali dan aku tidak merasakan sakit lagi.”

-Mengembalikan penglihatan orang yang buta
An Nasa’i, Tirmidzi, Al Hakim dan Al Baihaqi meriwayatkan dari Usma bin Hanif r.a, bahawa ada seorang buta berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah untukku agar membuka penglihatanku.”
Baginda bersabda, “Pergilah berwudhu’ . Dirikan solat dua raka’at dan ucapkanlah, “Ya Allah, aku memohon kepadaMu, mengadap kepadaMu dengan lantaran nabiMu Muhammad, nabi pembawa kasih. Wahai Muhammad, aku mengadap kepada Tuhanmu dengan lantaranmu, agar dia membuka penglihatanku . Ya Allah, berilah syafaat beliau untuk kepentinganku.”
Belum lagi orang ramai berganjak dari tempat mereka dan orang tersebut pergi, maka dia sudah dapat melihat.

-Mengembalikan mata yang terkeluar dan penglihatannya
Ibnu Saad meriwayatkan dari Zaid bin Aslam r.a, bahawa mata Qatadah bin An Nu’man terluka sehingga biji matanya terkeluar sampai ke pipi. Kemudian Rasulullah S.a.w mengembalikan hingga matanya menjadi sembuh kembali.
At Thabrani dan Abu Nu’aim meriwayatkan dari Qatadah , dia berkata, ” Pada waktu Perang Uhud, aku menjaga wajah Rasulullah dari serangan anak panah, yang akhirnya ada sebuah anak panah mengenai biji mataku. Aku mengambilnya dengan tangan dan berusaha mendatangi Rasulullah. Ketika baginda S.a.w melihat apa yang ada di telapak tangan ku, dua mata beliau berlinangan seraya bersabda, “Ya Allah , peliharalah mata Qatadah sebagaimana dia telah pelihara wajah nabinya dengan wajahnya (dari serangan anak panah). Jadikanlah kedua matanya yang lebih baik dan lebih elok serta tajam penglihatannya.” Akhirnya apa yang diharapkan rasul itu termakbul.

-Menyembuhkan penyakit kanak-kanak yang tidak boleh berdiri
Abu Ya’la, Al Baihaqi meriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a, ia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah Sa.w. untuk menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di rauha’, beliau melihat seorang perempuan di depannya. Setelah dekat perempuan itu berkata, “Wahai rasulullah, ini ialah anakku. Sejak lahir hingga saat ini, beliau tidak mampu berdiri sama sekali.” Baginda S.a.w pun mengambil anak itu, menggendongnya lalu meludah di mulut anak itu seraya bersabda, “Wahai musuh Allah, keluarlah! Sesungguhnya aku Rasulullah!” Setelah itu baginda menyerahkan kembali anak itu seraya bersabda, “Ambillah anakmu , dia sudah tiada apa-apa”.

-Menyembuhkan penyakit bisu
Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Al Baihaqi, At Thabrani dan Abu Nuaim meriwayatkan dari jalan Sulaiman bin Amru bin Al Ash, dan ibunya dia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah S.a.w pada waktu Jamrah Al Aqabah. Beliau melempar batu dan orang-orang pun melakukannya. Setelah selesai baginda kembali, tiba-tiba ada seorang perempuan sambil membawa anaknya yang bisu datang kepada baginda seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini anakku yang sedang mendapat bala. Dia tidak boleh berbicara.”

Baginda S.a.w meminta sebuah bejana yang diperbuat dari batu yang di dalamnya diisikan air. Setelah itu baginda memegangnya, meludahinya dan berdoa. Mengulanginya sekali lagi dan menyuruh agar meminumnya kepada anak perempuan itu. Akhirnya anak itu sembuh, malah menjadi lebih baik daripada yang lainnya.

-Mengubati penyakit gila
Ahmad , Ad Darami, At Thabrani, Al Baihaqi, Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahawa ada seorang perempuan datang menemui Rasulullah S.a.w sambil membawa anaknya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah anakku yang sedang menderita gila. Dia suka mengambil makanan yang harus kita makan di siang hari dan di malam hari. Dia juga suka mengamuk.”

Baginda S.a.w pun mengusap dada anak itu, menyemburkan ludah sambil berdoa. Dari dalam perut budak itu keluar sesuatu yang kecil menyerupai ulat hitam. Akhirnya budak itu pun sembuh.

Beberapa penyembuhan lain yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.a.w

- Menyembuhkan luka gigitan ular yang diderita Abu Bakar dengan ludahnya ketika bersembunyi di Gua Tsur dari pengejaran penduduk Mekah.

- Menyembuhkan tangan wanita yang lumpuh dengan tongkatnya.

- Menyambung tangan Badwi yang putus yang dipotongnya sendiri setelah menampar Muhammad.

- Dan sebagainya …….

Keberkatan makanan dan minuman
-Peristiwa Khandaq, keajaiban di rumah Jabir bin Abdullah r.a
Bukhari dan Muslim serta lain-lainnya meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a tentang kisah penggalian Khandaq. Dia berkata, “Aku melihat rasa lapar yang sangat pada diri Nabi S.a.w. Aku segera mengeluarkan kuali yang di dalamnya ada satu takar gandum dan kami punya juga seekor haiwan kecil sebangsa anak kambing kacung.”

Dalam riwayat lain, dari Jabir disebutkan bahawa beliau berkata, “Sebelum Perang Khandaq kami menggali parit. Dalam penggalian itu kami terhalang oleh batu yang sangat keras. Mereka datang menemui rasul dan berkata, “ini adalah batu yang sangat keras yang menghalangi penggalian.”

“Aku akan segera turun,” sabda baginda S.a.w. Dalam keadaan berdiri baginda menganjalkan perutnya dengan batu. Selama 3 hari kami tidak akan merasai apa-apa. Lalu tanah yang keras itu dipukul oleh nabi yang kemudian hancur berkeping-keping. Sesudah itu aku berkata kepada Rasulullah S.a.w, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku pulang ke rumah.”Baginda pun mengizinkan aku pulang. Sampainya di rumah aku berkata kepada isteriku, “Aku melihat sesuatu pada diri nabi, yang bila saja aku melihatnya tentu aku tidak akan sabar. Apakah kamu mempunyai sesuatu?

“Aku punya gandum dan anak kambing betina,” jawab isteriku. Anak kambing itu langsung aku sembelih dan gandumnya ku masak. Dagingnya ku letakkan dalam periuk lalu aku menemui Rasulullah S.a.w. Isteriku berkata, “Janganlah kau membuatkan aku malu di hadapan Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya kerana makanan yang dibawa hanya sedikit”.

Setelah bertemu aku berbisik pada rasul, Wahai Rasulullah S.a.w kami telah menyembelih haiwan kami dan memasak satu takar gandum kami. Kemarilah engkau bersama satu orang bersamamu, asal jangan lebih dari sepuluh orang.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Kami mempunyai sedikit makanan yang telah kami buat. Kemarilah engkau wahai Rasulullah bersama seorang atau dua orang sahaja.”

Sabda baginda S.a.w, “Katakanlah kepada isterimu agar periuknya jangan diangkat dulu dari tungku begitu adunan rotinya sampai aku datang. ” Sesudah itu baginda melaungkan, “Wahai semua penggali parit, sesungguhnya Jabir telah membuat makanan. Marilah semuanya segera ke mari!”

Setelah aku bertemu isteriku aku berkata kepadanya, Sungguh teruklah kamu, nabi datang bersama semua orang Ansar dan Muhajirin.”

“Apakah baginda bertanya berapa banyak makananmu?” tanya isteriku.

“Ya”, jawabku.

“Allah dan rasul lebih mengetahui. Kita membuat roti apa yang ada pada kita sahaja.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahawa Jabir berkata, “Aku pulang ke rumah. Rasulullah S.a.w pula datang bersama semua orang. Isteriku mengeluarkan adunan roti, lalu baginda meludahi adunan itu lalu memberkatinya. Kemudian rasulullah S.a.w menuju ke periuk kami, meludahinya dan berdoa agar diberkati. Sesudah itu, baginda bersabda kepada Jabir, “panggillah tukang pembuat roti agar dia membuatnya bersama isterimu.”

Baginda S.a.w juga bersabda kepada isteriku, “Ceduklah isi periuk ini, tetapi periuknya jangan engkau turunkan.”

Mereka datang bersama Rasulullah S.a.w seramai kira-kira seribu orang, didudukkan sepuluh-sepuluh, lalu mereka semuanya makan. Aku bersumpah demi Allah, mereka semua dapat makan. Aku bersumpah demi Allah, mereka semua dapat makan. Sampai akhirnya mereka meninggalkan makanan, maka periuk kami dan adunan roti kami masih seperti mula-mula tadi. Baginda S.a.w bersabda, “Makanlah dan hadiahkanlah.” Sehingga pada hari itu kami dapat memakannya dan memberikannya kepada jiran tetangga. Dan dalam riwayat lain disebutkan “Kami dapat makan dan memberikannya kepada tetangga. Dan setelah Rasulullah S.a.w keluar, maka makanan itu pun habis pula.” Di ambil dari hadith riwayat Bukhari dan Muslim

Dan peristiwa seakan-akan sama seperti di atas juga telah berlaku di rumah Thalhah r.a kemudiannya.

Bubur yang berkatAt Thabari meriwayatkan dalam Al Ausath dengan sanad yang Hasan, dari Abu Hurairah r.a ia berkata, “Rasulullah S.a.w memanggilku seraya bersabda, “Pergilah ke rumah dan katakan kepada seisi rumah, “kemarikan makanan yang ada padamu”. Lalu mereka memberiku talam yang berisi bubur bercampur kurma, lalu ku bawakan kepada Rasulullah S.a.w. Sesudah itu baginda bersabda lagi, panggillah semua orang yang ada di masjid.” Aku berkata dalam hati, “celakalah aku kerana ku lihat makanan ini terlalu sedikit. Benar-benar celakalah aku kerana bermaksiat dengan memanggil mereka, lalu mereka semua akan berkumpul.”

Nabi S.a.w meletakkan jari-jemarinya di atas makanan itu , meludahi setiap bahagiannya seraya bersabda, “Makanlah dengan nama Allah! ” Maka mereka pun makan sampai kenyang dan aku juga ikut makan hingga kenyang. Sesudah itu aku mengangkatnya. Ternyata keadaannya seperti keadaan asal. Hanya sahaja di sana ada bekas jari-jari rasulullah S.a.w.

Keberkatan dalam susu kambing
Abu Ya’la, At Thabrani, Hakim meriwayatkan dari Qais bin Abi Nu’man r.a berkata, “Ketika Rasulullah S.a.w dan Abu Bakar pergi secara diam-diam, mereka melewati seorang budak yang sedang mengembala kambing. Rasul dan Abu Bakar meminta agar diberi susu perahan.”

“Aku tidak mempunyai seekor kambing pun yang dapat diperah. Bahkan ada seekor anak kambing yang sudah tidak mendapatkan air susu lagi sejak awal pada musim kemarau ini, ” kata budak itu. Rasulullah bersabda, “Panggillah dombamu itu.” Lalu memegang kantung kelenjar susunya dan berdoa. Abu Bakar datang sambil membawa bejana. Rasul memerah susu, lalu diberikan kepada Abu Bakar, memerah lagi lalu diberikan kepada pengembala, lalu diperah lagi untuk meminumnya. Sang pengembala bertanya kehairanan, “Siapakah engkau ini? Demi Allah, aku belum pernah melihat orang sepertimu.”

“Aku adalah Muhammad, Rasulullah,” jawab baginda S.a.w.

“Engkaukah yang dianggap Quraisy telah menimpakan mala petaka?”

“Memang itu lah yang mereka katakan”

“Aku bersaksi bahawa engkau adalah seorang nabi. Apa yang engkau bawa adalah benar. Tidak ada yang dapat berbuat seperti yang engkau perbuat kecuali adalah seorang nabi.”

Perigi yang kering kembali berairMuslim meriwayatkan dari Salamah bin Al Aqwa’, ia berkata, “Kami yang berjumlah seribu empat ratus orang tiba di Hudaibiyyah bersama nabi S.a.w. Kami semua dan empat puluh ekor kambing yang dibawa tidak mendapatkan air. Selanjutnya nabi S.a.w berjongkok di bibir bekas sebuah perigi. Entah baginda berdoa atau meludah ke sana, namun yang jelas tiba-tiba memancar air yang sangat deras. Akhirnya kami dapat minum sepuas-puasnya, begitu juga dengan kambing-kambing kami.”

Dan banyak lagi mukjizat yang dikurniakan oleh Allah s.w.t ke atas Nabi Terakhir yang membawa Perjanjian Terakhir ini.

Detik-Detik Rasulullah S.A.W Dijemput Sakaratul Maut


Detik-Detik Rasulullah S.A.W Dijemput Sakaratul Maut

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah;
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertaqwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur’an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Di saat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat Penghantar Wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat rasa maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan-akan hendak membisikkan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinganya, “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku” – “Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan, “Ummatii, ummatii, ummatiii” – “Umatku, umatku, umatku…” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma solli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi… Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kisah Rasulullah Sebagai Pengajaran




1) Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah... menampalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga mahupun untuk dijual.

2) Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyinsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Sayidatina 'Aisyah menceritakan 'Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga..

3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang.

4) Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda teramat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada kerana Sayidatina 'Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, 'Belum ada sarapan ya Khumaira?' (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina 'Aisyah yang bererti 'Wahai yang kemerah-merahan') Aisyah menjawab dengan agak serba salah, 'Belum ada apa-apa wahai Rasulullah. Rasulullah lantas berkata, 'Jika begitu aku puasa saja hari ini tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah baginda.

5) Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, 'Mengapa engkau memukul isterimu? Lantas soalan itu dijawab dengan agak gementar, 'Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap degil juga, jadi aku pukul lah dia. Aku tidak bertanyakan alasanmu,' sahut Nabi s. a. w. Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada anak-anakmu?

6) Pernah baginda bersabda, 'sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik,kasih dan lemah lembut terhadap isterinya.' Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun menjejaskan kedudukannya sebagai pemimpin umat.

7) Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh para sahabat,pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain. Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai bersembahyang, 'Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?' 'Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sihat dan segar.' 'Ya Rasulullah... mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergeselan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit...' desak Umar penuh cemas....

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat untuk menahan rasa lapar baginda. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.

Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?' Lalu baginda menjawab dengan lembut, 'Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?' 'Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.'

8) Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.

9) Hanya diam dan bersabar bila kain rida'nya direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya. Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yang dikencing si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembut perbuatan itu.

10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan yang sudah sebati dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ke tuanan.

11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan ramai mahupun dalam keseorangan.

12) Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hinggakan pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak.

13) Fizikalnya sudah tidak mampu menanggung kemahuan jiwanya yang tinggi.Bila ditanya oleh Sayidatina 'Aisyah, 'Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini? Jawab baginda dengan lunak, 'Ya 'Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.'

-: Uwais rindu bertemu Rasulullah

Tajuk/Title*:Uwais rindu bertemu Rasulullah
Cerita/Story*:TERDAPAT seorang pemuda tinggal di negeri Yaman. Pemuda itu bernama Uwais bin al-Qarni. Beliau berasal daripada keluarga yang miskin. Beliau bekerja sebagai pengembala unta. Unta-unta itu adalah milik abangnya yang terletak di sebuah tempat bernama Qarni.

Selain itu, Uwais juga membuat kerja-kerja sampingan seperti membersihkan kebun orang dan memetik buah kurma. Rezeki yang diperolehinya itu, hanya kais pagi makan pagi dan kais petang makan petang.

Ayahnya sudah meninggal dunia. Uwais bergantung kasih sayang kepada ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Beliau anak yang baik. Beliau sanggup menjaga ibunya yang lumpuh pada malam hari, sedangkan pada siang harinya, beliau sibuk mencari nafkah bagi menyara diri dan ibunya.

"Uwais adalah seorang anak yang taat dan patuh kepada ibunya. Beliau sanggup menjaga ibunya yang lumpuh dan buta. Beliau juga tidak pernah mengeluh atau menyesal mempunyai ibu seperti itu," kata seorang penduduk yang tinggal di kampung itu.

Sikap Uwais yang sangat baik menjadi sebutan orang ramai di kampung itu. Malah, ibunya yang tua itu menjadi semakin kasih dan sayang pada anaknya itu.

Pada suatu hari, Uwais mendapat berita, Nabi Muhammad SAW dan tentera Islam berperang di Bukit Uhud.

Peperangan itu dinamakan Perang Uhud. Uwais al-Qarni mendapat tahu Nabi Muhammad tercedera dalam perang itu. Malah, gigi Nabi Muhammad juga turut patah kerana diserang oleh musuh.

"Gigi Nabi Muhammad patah. Saya sepatutnya melawat Nabi Muhammad sekarang. Saya mahu merawat kesakitan beliau. Tetapi saya tidak dapat pergi ke sana," bisik Uwais seorang diri.

Uwais sedih sendirian apabila mengenangkan kecederaan yang berlaku pada Nabi Muhammad. Kemudian, beliau mengambil seketul batu.

"Saya mahu mengetuk batu ini pada gigi saya supaya saya dapat merasakan kesakitan seperti mana yang ditanggung oleh Nabi Muhammad pada masa ini," kata Uwais seorang diri.

Rasa cintanya kepada Nabi Muhammad tidak dapat diungkap dengan kata-kata lagi. Tanpa berfikir panjang, Uwais mengambil seketul batu dan mengetuk giginya sehingga patah. Darah mengalir keluar dan beliau merasai kesakitannya.

Uwais al-Qarni mahu berjumpa Nabi Muhammad di kota Madinah. Tetapi beliau tidak dapat pergi lama kerana dia mempunyai ibu yang sudah tua dan lumpuh. Tetapi, ibu Uwais mengizinkannya pergi berjumpa Nabi Muhammad.

"Saya Uwais al-Qarni. Saya datang mahu berjumpa Nabi Muhammad. Saya datang dari Yaman," kata Uwais kepada Aisyah binti Abu Bakar.

"Maafkan saya, Nabi Muhammad tiada di rumah. Beliau berada di medan Perang Uhud," jawab Aisyah.

Uwais tergamam seketika.

"Perlukah saya menunggu Nabi Muhammad pulang. Ibu saya sakit di rumah. Tiada sesiapa menjaganya," bisik Uwais.

Akhirnya, Uwais terpaksa pulang ke rumahnya segera. Ibunya sakit di rumah. Beliau berasa kecewa kerana tidak dapat berjumpa Nabi Muhammad.

"Sampaikan salam saya kepada Nabi Muhammad dengan lafaz assalamualaikum," kata Uwais dan beredar pergi.

Selepas berjaya melawan musuh dalam Perang Uhud, Nabi Muhammad pulang ke rumah. Seperti biasa, beliau bertanya kepada isterinya, "Adakah sesiapa mahu berjumpa saya selama saya tiada di rumah?"

"Ada. Seorang pemuda bernawa Uwais al-Qarni. Beliau datang mahu berjumpa tuan. Saya lihat beliau begitu kecewa selepas mengetahui tuan tiada di rumah," kata Aisyah kepada Nabi Muhammad.

"Beliau memberitahu saya, beliau tidak dapat menunggu tuan kerana ibunya sakit di rumah. Tambahan pula, tiada sesiapa menjaga ibunya," jelas Aisyah, isteri Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad tersenyum mendengar penjelasan itu.

Kemudian Nabi Muhammad berkata kepada kepada sahabat yang lain, "Sekiranya kamu mahu mengenali Uwais al-Qarni, kamu dapat lihat di tengah tapak tangannya ada tanda berwarna putih".

Kemudian Nabi Muhammad berkata kepada Ali dan Umar al-Khattab, "Apabila kamu berdua berjumpa Uwais al-Qarni nanti, kamu mintalah beliau berdoa dan memohon keampunan daripada Allah. Beliau adalah penghuni langit".

Begitulah kisah seorang sahabat yang sangat menyayangi dan mengasihi Nabi Muhammad. Seorang pemuda yang patuh dan taat kepada ibunya yang tua dan sakit lumpuh itu.


•Petikan buku Sayap dari Syurga terbitan PTS Islamika Sdn. Bhd.
Daripada/From*:Hamba Allah



Powered by EmailMeForm

Kematian Abu Jahal


Kematian Abu Jahal

ABU Jahal atau namanya yang sebenar adalah Abu Hakam bin Syams. Beliau adalah pemimpin Quraisy yang sangat kuat dalam menentang usaha Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam. Beliau mendapat gelaran Abu Jahal kerana sikapnya yang jahil dengan kebenaran.

Apabila beliau mendengar bahawa Rasulullah serta umat Islam di Madinah cuba menyekat kafilah Abu Sufian, beliaulah orang yang paling lantang mengapi-apikan permusuhan kaumnya dengan Rasulullah.

Abu Jahal selalu memaki dan memburuk-burukkan Rasulullah di hadapan kaumnya. Beliau sangat sombong dan selalu bercakap besar. Beliau pernah berkata bahawa, beliau dan pengikut-pengikutnya tidak akan kembali sebelum tiba di Badar.

Mereka akan tinggal di sana selama tiga hari tiga malam, berpesta dengan riang ria sambil memotong kambing dan meminum khamar (arak), serta dihiburkan dengan syair-syair merdu yang dinyanyikan oleh wanita-wanita yang dibawa oleh mereka.

Semasa dalam Perang Badar, beliau dikawal oleh tentera-tentera yang ditugaskan khas untuk mengawalnya. Abdul al-Rahman bin Auf menceritakan bahawa telah datang kepadanya dua orang pemuda iaitu Muaz bin Amru dan Muawiz bin Afra bertanyakan perihal Abu Jahal. Lalu ditunjukkan kepada mereka kedudukan Abu Jahal.

Berlakulah pertembungan yang sengit antara kedua-dua pemuda itu dengan Abu Jahal. Muaz terus memukul dan memenggal separuh daripada kaki Abu Jahal. Tiba-tiba anak Abu Jahal telah menetak sebelah tangannya sehingga terkulai, lalu Muaz mengheret tangannya yang tergantung itu dan ditanggalkan terus daripada badannya.

Muaz pun terus mengasak Abu Jahal dengan pedangnya sehingga terhumban jatuh dan hampir menemui ajal. Sementara Muawiz pula terus berperang sehingga gugur sebagai seorang syahid. Setelah selesai peperangan, Rasulullah memerintahkan orang-orang Islam supaya mencari Abu Jahal. Akhirnya Abdullah bin Mas'ud menjumpai Abu Jahal yang ketika itu masih dalam keadaan nyawa-nyawa ikan.

Abdullah meletakkan kakinya ke atas leher Abu Jahal dan memegang janggut beliau lalu memenggal kepala Abu Jahal dan dibawa ke hadapan Rasulullah. Lalu baginda pergi ke tempat jasad Abu Jahal yang tersadai itu dan berkata, "Inilah dia Firaun umat ini".

Melihat kepala Abu Jahal itu maka, Rasulullah SAW pun turun dari tunggangan baginda. Rasulullah mengadakan sujud syukur serta memuji kebesaran Allah SWT apabila musuh nombor satu Islam itu akhirnya mati di tangan tentera Islam.

Kematian Abu Jahal bermakna lumpuhnya kepimpinan kaum Musyrikin Quraisy Mekah. Sehingga kini nama Abu Jahal masih disebut-sebut sebagai orang yang menjadi musuh Rasulullah. Begitulah tragisnya kematian Abu Jahal di tangan tentera Muslimin.

Abdullah Bapa Nabi Muhammad SAW Nyaris Disembelih

Abdullah Bapa Nabi Muhammad SAW Nyaris Disembelih

JIKA ditakdirkan hidup seseorang itu menjadi yatim piatu, sebenarnya mereka sangat bertuah. Sekalipun keperitan begitu dirasai akibat kehilangan ibu dan bapa sehingga merasakan hidup ini seperti tiada maknanya lagi. Namun, bayangkan Nabi Muhammad SAW yang sedari kecil baginda juga telah kehilangan kedua-dua orang tua yang sangat dikasihi.

Pernahkah kita menemui kisah, Nabi SAW menghabiskan usianya dengan meratap hiba atas kehilangan kedua-dua manusia yang paling bermakna dalam hidupnya itu? Tentu sama sekali kita jarang menemui kisah sedih seperti itu.

Tetapi jika kita hayati seluruh kisah perjuangan Rasulullah, seolah-olah baginda ingin memberitahu bahawa sebagai anak yatim piatu, baginda terbukti sangat berjaya dalam hidup dan seharusnya semua anak-anak yatim juga begitu! Baginda sedia menjadi contoh atau suri teladan untuk golongan ini.

Jadi tidakkah bertuahnya mereka kerana mempunyai Rasulullah untuk mereka contohi bagi menjejak kejayaan dalam hidup? Justeru mereka ini sebenarnya merupakan yang paling mengenali Rasulullah kerana menjadikan baginda sebagai pengganti kepada ibu bapa yang telah tiada.

Dengan kata lain, jika baginda yang yatim dan piatu itu begitu berjaya mengukir nama dan sejarah, mengapa tidak bagi anak-anak yatim yang lain, mereka juga boleh berjaya sebagaimana yang dicapai oleh Rasulullah!

Disayangi ramai
Begitupun kita begitu mengenali Abdullah bin Abdul Mutalib dan Siti Aminah binti Wahab sebagai orang tua yang melahirkan baginda Rasulullah ke dunia ini! Tetapi mungkin sekadar mengenali nama dan mungkin tidak pelbagai kisah yang berlaku di sebalik riwayat hidup mereka.

Datuk Nabi Muhammad, Abdul Mutalib mempunyai 10 anak lelaki, iaitu Al Harith, Al Zubayr, Abu Talib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahab, Al Ghaydaq, Al Miqwam, Saffar dan Al Abbas. Malah dikatakan Abdul Mutalib mempunyai seorang lagi anak yang dikenali Qutham. Malah ada yang mengatakan beliau mempunyai 13 anak lelaki kesemua dengan dua lagi dikenali sebagai Abdul Kaabah dan Hajal. Namun dikatakan Abdul Kaabah merupakan nama gelaran untuk anaknya yang bernama Al Miqwam dan Hajal pula merupakan gelaran kepada Al Gaydaq.

Selain anak lelaki, Abdul Mutalib mempunyai enam anak perempuan, Ummu Hakim atau Al Bayda, Barrah, Atiqah, Safiyyah, Arwa dan Umaymah.

Begitulah kayanya datuk Rasulullah ini kerana mempunyai keturunan yang ramai. Di tambah, beliau seorang yang sangat dikenali di kalangan penduduk Arab atas kemuliaan tugasnya bagi meneruskan tradisi Bani Hasyim sebagai yang bertanggungjawab memberi makan dan minum kepada mereka yang datang ke Mekah untuk mengerjakan haji.

Ini menjadikan beliau seorang yang terhormat dan ditaati serta mempunyai kedudukan yang tinggi di kalangan masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam itu.

Bapa nabi, Abdullah dikatakan anak Abdul Mutalib yang terbaik. Ini kerana Abdullah adalah anak yang paling sopan, paling baik budi pekertinya sehingga begitu disayangi ramai.

Bercerita mengenai bapa Rasulullah ini, sejarah pasti sesuatu yang sangat berbeza jika peristiwa Abdullah hendak disembelih oleh bapanya sendiri akibat hendak membayar niat nazar benar-benar terjadi.

Begitupun sangat menarik untuk kita mengetahui kisah penyembelihan itu bagi menunjukkan betapa kuatnya elemen-elemen jahiliah, termasuk menggunakan anak panah sebagai menentukan nasib dalam aspek budaya dan sosial masyarakat Arab pra Islam itu.

Akibat peristiwa nazar itu, bapa Rasulullah ini turut dikenali dengan gelaran Al Dhabih (mangsa penyembelihan), iaitu akibat dari nazar yang dibuat oleh Abdul Mutalib kerana mempunyai anak-anak lelaki yang begitu beliau banggakan. Sehinggakan beliau sanggup menyembelih di sisi dinding Kaabah salah seorang anak lelakinya itu.

Sebagaimana tradisi Arab Jahiliah yang begitu berpegang kuat kepada ramalan dan tilik nasib, Abdul Mutalib juga tidak terkecuali. Beliau telah menulis nama kesemua anak lelakinya itu pada anak-anak panah dan diberikan kepada penjaga Hubal, sebuah patung berhala besar yang boleh didapati berhampiran Kaabah.

Si penjaga berhala itu juga seorang yang berfungsi sebagai yang mencabut anak-anak panah bagi menentukan nasib yang mesti dihadapi oleh mereka yang meramal menggunakan anak panah ini.

Lalu selepas menggoncang anak-anak panah itu, maka anak panah yang dipilih dan dicabut keluar mencatatkan nama Abdullah, anak yang paling disayangi oleh Abdul Mutalib.

Namun akibat niat bernazar yang kuat, Abdul Mutalib tidak ada pilihan kecuali terpaksa menyerahkan juga anak yang paling disayanginya itu untuk disembelih.

Lalu tanpa banyak berkata-kata lagi, Abdul Mutalib pun membawa Abdullah ke Kaabah dan sebilah pisau tajam yang hendak digunakan untuk menyembelih anaknya itu. Tindakan Abdul Mutalib itu benar-benar menimbulkan kegemparan di kalangan penduduk kota Mekah ketika itu.

100 ekor unta
Mereka berusaha sedaya upaya untuk menghalang Abdul Mutalib daripada meneruskan niatnya untuk menyembelih Abdullah itu. Bapa-bapa saudara Abdullah sebelah ibunya (Fatimah binti Amru bin Aidh bin Imran bin Makhzum bin Yaqzah bin Murrah) daripada kalangan Bani Makhzum dan terutamanya saudaranya Abu Talib begitu menghalang Abdul Mutalib daripada terus menyembelih Abdullah.

Tetapi Abdul Mutalib seorang yang berpegang kepada nazarnya, tetap akan meneruskan niatnya itu kecuali terdapat cadangan lain yang dapat menebus nazar tersebut.

Lalu mereka mencadangkan supaya Abdul Mutalib menemui seorang ahli tilik wanita untuk meminta nasihat daripadanya mengenai masalah nazar itu.

Wanita itu mencadangkan menuliskan nama Abdullah pada anak panah itu dengan tebusan 10 ekor unta. Jika nama yang keluar ialah nama Abdullah maka hendaklah ditambah 10 ekor unta lagi sehingga Tuhan merestuinya. Jika anak yang dicabut pula ialah unta maka hendaklah disembelih unta-unta itu.

Namun yang terjadi selepas itu, nama Abdullah yang sentiasa ‘naik’ pada cabutan sehinggalah 10 kali cabutan yang menyebabkan setiap satunya terpaksa ditambah dengan 10 ekor unta lagi. Ini menjadikan kesemuanya 100 ekor unta menjadi tebusan kepada nyawa Abdullah.

Maka terlepaslah nyawa Abdullah dengan dibayar 100 ekor unta yang kemudiannya diberi kepada orang lain tanpa halangan atau disembelih.

Sebelum ini bayaran diat di kalangan orang Arab hanya 10 ekor unta tetapi sejak peristiwa itu bayaran diat bagi nyawa manusia menjadi 100 ekor unta yang kemudiannya diterima dalam Islam.

Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda: “Aku adalah putera dua orang yang disembelih (iaitu Nabi Ismail dan bapa Baginda, Abdullah)”.

Abdul Mutalib tentu sahaja gembira dengan penebusan nyawa anaknya itu, beliau kini beroleh kembali anaknya itu daripada bakal disembelih oleh tangannya sendiri.

Sebagai meraikan anaknya itu dan kebetulan Abdullah didapati sudah sesuai untuk mendirikan rumah tangga, lalu Abdul Mutalib menjodohkan anaknya dengan Siti Aminah binti Wahb bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilab menjadi isteri. Ketika itu Aminah dianggap wanita bangsa arab Quraisy yang paling mulia dari segi keturunan dan kedudukan. Bapanya ialah ketua Bani Zuhrah dari segi hubungan nasab dan kemuliaan.

Lalu berkahwinlah Abdullah dan Siti Aminah lalu mereka menetap di Kota Mekah.

Tidak lama mereka berkahwin, Abdullah bersama rombongan kafilah dagangan menuju ke Madinah bagi menjalankan perniagaan di sana. Sesetengah meriwayatkan Abdullah sebenarnya hendak menuju ke Syam tetapi di pertengahan jalan, beliau kemudiannya jatuh sakit lalu meninggal dunia berhampiran Madinah.

Jenazahnya dikebumikan di Dar al Nabighah al Ja’di dikatakan dalam usia yang sangat muda iaitu 25 tahun.

Kematian Abdullah ini dikatakan pada dua bulan sebelum keputeraan anakandanya, Rasulullah menyebabkan si anak menjadi yatim sejak dalam kandungan ibunya lagi, Siti Aminah.

Kematian Abdullah benar-benar diratapi dengan penuh sedih oleh Siti Aminah, tentunya kerana mengenangkan nasib anaknya yang tidak sempat melihat wajah si bapa.

Sambil meratap hiba itu, Aminah sempat melagukan sebuah syair pilu seperti yang tersiar dalam keluaran lalu.

Pemergian Abdullah telah meninggalkan kepada isterinya itu iaitu lima ekor unta, beberapa ekor kambing dan seorang hamba perempuan berketurunan Habsyah bernama Barakah yang digelar Ummu Ayman yang kemudiannya pernah mengasuh Rasulullah semasa Baginda masih kecil!.
Please Subscribe my youtube channel. Tq.

Translate

CLOSE