Mukjizat Nabi Muhammad

Mukjizat Nabi Muhammad

- Muhammad dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Di antara kemuliaan yang diberikan Allah S.W.T kepadaku adalah, aku dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan, kerana itu tidak ada orang yang melihat aurat/kemaluanku". (Hadits riwayat al- Thabrani, Abu Nuaym, al Khatib dan ibn Asakir - diriwayatkan dari Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Abu Hurairah. menurut Diya al Maqdisi, hadits ini shahih. Al Hakim selain menilai shahih, juga mengatakan mutawatir. Lihat al Khasa is al kubra, Jlid.1, hal. 90-91)

- Lahir dengan tali pusat sudah terputus

Dari Ibn Adiy dan Ibn Asakir dari Ibn Abbas, al Diya al Maqdisi dari Abbas Ibn Abdul Muthalib dan Ibn Asakir dari Ibn Umar bahawa Rasulullah S.A.W lahir dalam keadaan tali pusat sudah putus. (Hadist ini tidak sekuat hadits yang menceritakan tentang nabi lahir dalam keadaan sudah dikhitan)

- Pada usia 5 bulan dia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan dia sudah mampu berbicara dan pada usia 2 tahun dia sudah boleh dilepaskan bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing.


- Halimah binti Abi-Dhua’ib, ibu susu Muhammad dapat menyusui kembali setelah sebelumnya dia dinyatakan telah kering susunya. Halimah dan suaminya pada awalnya menolak Muhammad kerana yatim. Namun, kerana alasan dia tidak ingin dicemuh oleh Bani Sa’d, dia menerima Muhammad. Selama dengan Halimah, Muhammad hidup secara nomad bersama Bani Sa’d di gurun Arab selama empat tahun.

- Abdul Muthalib, datuk kepada Muhammad menceritakan bahawa berhala yang ada di Ka’bah tiba-tiba terjatuh dalam keadaan bersujud ketika kelahiran Muhammad. Dia juga menceritakan bahawa dia mendengar dinding Ka’bah berbicara, “Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir, dan membersihkan dariku dari beberapa patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuknya kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam Ini.”

- Dikisahkan ketika Muhammad berusia empat tahun, dia pernah dibedah perutnya oleh dua orang berbaju putih yang terakhir diketahui sebagai malaikat. Peristiwa itu terjadi ketika Muhammad sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa’d dari suku Badwi. Setelah kejadian itu, Muhammad dikembalikan oleh Halimah kepada Aminah. Sirah Nabawiyyah, memberikan gambaran lengkap bahawa kedua orang itu, “membelah dadanya, mengambil jantungnya, dan membukanya untuk mengeluarkan darah kotor darinya. Lalu mereka mencuci jantung dan dadanya dengan salju.” Peristiwa seperti itu juga berulang 50 tahun kemudian sewaktu Nabi Muhammad diisra’kan dari Mekah ke Jerusalem lalu dimikrajkan ke Sidratul Muntaha.

- Dikisahkan pula pada masa kecil Muhammad, dia telah dibimbing oleh Allah. Ianya mulai nampak setelah ibu dan datuknya meninggal. Dikisahkan bahawa Muhammad pernah diajak untuk menghadiri pesta dalam tradisi Jahiliyah, namun dalam perjalanan ke pesta dia merasa mengantuk yang teramat dan tidur di jalan sehingga dia tidak mengikuti pesta tersebut, kerana dia dipelihara oleh Allah dari berpesta mengikut umat jahiliyyah.

- Pendeta Bahira menceritakan bahawa dia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Muhammad ketika itu berusia 12 tahun sedang beristirehat di wilayah Bushra dari perjalanannya untuk berdagang bersama Abu Thalib ke Syria. Pendeta Bahira menceritakan bahawa kedatangan Muhammad ketika itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Dia juga sempat berdialog dengan Muhammad dan menyaksikan adanya sebuah Khatamun Nubuwah / 'cop kenabian' (tanda kenabian) di kulit lambungnya.

- Mukjizat lain adalah Muhammad pernah memendekkan perjalanan. Kisah ini terjadi ketika pulang dari Syria. Muhammad diperintahkan Maisarah membawakan suratnya kepada Khadijah ketika perjalanan masih 7 hari dari Mekah. Namun, Muhammad sudah sampai di rumah Khadijah tidak sampai satu hari. Dalam kitab as-Sab’iyyatun fi Mawadhil Bariyyat, Allah memerintahkan pada malaikat Jibril, Mikail, dan awan untuk membantu Muhammad. Jibril diperintahkan untuk melipat tanah yang dilalui unta Muhammad dan menjaga sisi kanannya sedangkan Mikail diperintahkan menjaga di sisi kirinya dan awan diperintahkan menaungi Muhammad.

Peristiwa-peristiwa di dalam Ghuzwah- Air keluar dari jari-jemari Rasulullah S.a.w.
Dari Tsabit r.a bahawa Rasulullah S.a.w berdoa untuk mendapatkan air. Lalu baginda datang dengan membawa sebuah bejana yang cukup besar yang di dalamnya ada sedikit air. Baginda S.a.w meletakkan jari-jari tangannya di dalam bejana itu. Ku lihat air memancar dari sela-sela jarinya. Semua orang mengambil wudhu’ dari air itu padahal aku memperkirakan mereka yang wudhu’ ada seramai tujuh puluh hingga ke lapan puluh orang. Riwayat Bukhari dan Muslim

Dan banyak lagi hadith-hadith berkenaan air keluar dari jari-jemari Rasulullah …….


- Perigi yang kering kembali berair.
Muslim meriwayatkan dari Salamah bin Al Aqwa ia berkata , “Kami yang berjumlah seribu empat ratus orang tiba di Hudaibiyyah bersama nabi S.a.w. Kami semua dan empat puluh ekor kambing yang dibawa tidak mendapatkan air. Selanjutnya nabi S.a.w berjongkok di bibir sebuah perigi (yang kering). Entah baginda berdoa atau meludah ke sana, namun yang jelas tiba-tiba memancar air yang sangat deras. Akhirnya kami dapat minum sepuas-puasnya, begitu pula dengan kambing-kambing kami”.

- Turunnya hujan dengan serta-merta selepas Rasulullah S.a.w berdoa
Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahawa ada sekelompok orang datang kepada Rasulullah S.a.w. Mereka memohon agar beliau berdoa kepada Allah S.w.t supaya menurunkan hujan kepada mereka. Maka beliau bersabda, “Ya Allah, siramilah kami dengan air hujan yang merata, menyenangkan, dapat menyuburkan tanah , yang melimpah, mencukupi, bermanfaat dan tidak menimbulkan bahaya, segera turun dan tidak terlambat”.

Maka hujan turun kepada mereka selama tujuh hari berturut-turut.

- Pokok sujud dan bersaksi di atas kerasulan Muhammad S.a.w
Ianya diriwayatkan oleh Ad Darimy, Abu Ya’la, At Thabrani, Al Bazzar, Ibnu Hibban Al Baihaqi dan Abu Nu’aim …….

- Pokok memberi salam kepada Rasulullah S.a.w
Ianya diriwayatkan oleh Ahmad, At Thabrani, Al Baihaqi …..

Binatang, tumbuhan, alam dan benda mati
- Seekor serigala berbicara kepada Muhammad.
- Berbicara dengan unta yang lari dari pemiliknya yang menyebabkan masyarakatnya meninggalkan solat Isya’.
- Berbicara dengan unta pembawa hadiah raja Habib bin Malik untuk membuktikan bahawa hadiah tersebut bukan untuk Abu Jahal melainkan untuk Muhammad.
- Mengusap kantung susu seekor kambing untuk mengeluarkan susunya yang telah habis.
- Dua Sahabat Nabi S.a.w dibimbing oleh cahaya di waktu malam yang gelap gelita.
- Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah.
- Pohon kurma dapat berbuah dengan seketika.
- Batang pohon kurma meratap kepada Muhammad.
- Berhala-berhala runtuh dengan hanya ditunjuk oleh Muhammad.
- Berbicara dengan gunung untuk mengeluarkan air bagi Uqa’il bin Abi Thalib yang kehausan.
- Berbicara dengan batu gilingan tepung Fatimah yang takut dijadikan batu-batu neraka.
- Mengubah emas hadiah raja Habib bin Malik menjadi pasir di gunung Abi Qubaisy.
- Memerintahkan gilingan tepung untuk berputar dengan sendirinya.
- Tubuh Muhammad memancarkan petir ketika hendak di bunuh oleh Syaibah bin ‘Utsman pada Perang Hunain.

Ghaib dan menidurkan musuh
- Menghilang / ghaib ketika akan dibunuh oleh utusan Amr bin at-Thufail dan Ibad bin Qays utusan dari Bani Amr pada tahun 9 Hijriah atau Tahun Utusan
- Menghilang ketika akan dilempari batu oleh Ummu Jamil, ketika dia duduk di sekitar Ka’bah dengan Abu Bakar.
- Menghilang ketika akan dibunuh oleh Abu Jahal dimana ketika itu dia sedang solat.
- Menidurkan 10 pemuda Mekah yang merancang untuk membunuhnya dengan taburan pasir.

Hal ghaib dan ramalan
- Mengetahui siksa kubur dua orang dalam makam yang dilewatinya kerana dua orang tersebut selalu shalat dalam keadaan kotor kerana kencingnya selalu mengenai pakaian solat.
- Mengetahui ada seorang Yahudi yang sedang disiksa dalam kuburnya.
- Meramalkan seorang isterinya ada yang akan menunggangi unta merah, dan di sekitarnya ada banyak anjing yang menggonggong dan orang tewas. Hal itu terbukti pada Aisyah pada ketika Perang Jamal di wilayah Hawwab yang mengalami kejadian yang diramalkan Muhammad.
- Meramalkan isterinya yang paling rajin bersedekah akan meninggal tidak lama setelahnya dan terbukti dengan meninggalnya Zainab yang dikenal rajin bersedekah tidak lama setelah kematian Muhammad.
- Meramalkan Abdullah bin Abbas akan menjadi “bapa para khalifah” yang terbukti pada keturunan Abdullah bin Abbas yang menjadi raja-raja kekhalifahan Abbasiyah selama 500 tahun.
- Meramalkan umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan.
- Meramalkan Kenapa Dunia Islam Menjadi Sasaran Pemusnahan, dan ramalan-ramalan seperti di bawah
- Seluruh Dunia Datang Mengerumuni Dunia Islam
- Ilmu Agama Akan Beransur-ansur Hilang
- Umat Islam Mengikuti Langkah-Langkah Yahudi dan Nasrani
- Akan wujudnya Golongan Anti Hadith dari kalangan umat Islam sendiri
- Islam Kembali asing sebagaimana datangnya dulu
- Memperingatkan tentang Bahaya Kemewahan
- Umat Islam Memusnahkan Orang-orang Yahudi
- Sifat Amanah Akan Hilang Sedikit Demi Sedikit
- Orang Yang Baik Berkurangan Sedang Yang Jahat Bertambah Banyak
- Zaman Dimana Orang Tak Pedulikan Dari Mana Mendapat kan Harta
- Harta Riba Wujud Di Merata Tempat
- Orang Meminum Khamar dan Menamakannya Bukan Khamar. Terbukti sekarang ramai yang menghisap DADAH, PIL-PIL KHAYAL dan seumpamanya.
- Sedikit Lelaki dan Banyak Perempuan
- Hamba Menjadi Tuan dan Terbinanya Banyak Bangunan Yang Mencakar Langit
- Ahli Ibadat Yang Jahil dan Ulama Yang Fasiq
- Orang Yang Berpegang Dengan Agamanya Seperti Memegang Bara Api
- Golongan Ruwaibidhah
- Peperangan Demi Peperangan
- Masa Akan Menjadi Singkat
- Munculnya Galian-galian Bumi
- Tanah Arab Yang Tandus Menjadi Lembah Yang Subur
- Ujian Dahsyat Terhadap Iman
- Peperangan Di Kawasan Sungai Furat (Iraq) Kerana Merebut Kekayaan. Terbukti bahawa Amerika Syarikat telah menakluki Iraq tidak lama dulu.
- Ulama Tidak Dipedulikan
- Islam pada Nama Sahaja
- Al Quran Akan Hilang dan Ilmu Akan Diangkat
- Lima belas Maksiat Yang Akan Menurunkan Bala
- Umat Islam Bermegah-megah Dengan Masjid
- Menggadaikan Agama Kerana Dunia
Dan untuk bacaan hadith-hadithnya sila baca di Hadith tentang peristiwa akhir zaman

Mukjizat terbesar
- Membelah bulan dua kali untuk membuktikan kenabiannya pada penduduk Mekah.
Bukhari meriwayatkan dari Ibnu mas’ud r.a. berkata, “Pada zaman Rasulullah s.a.w, bulan pernah terbelah menjadi dua. Sebelah berada di atas gunung dan satunya lagi di tempat lain, lalu baginda bersabda , “Saksikanlah”.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas r.a. bahawa penduduk Mekkah meminta kepada Rasulullah S.a.w untuk memperlihatkan tanda kerasulannya kepada mereka. Maka baginda S.a.w memperlihatkan bulan yang terbelah menjadi dua , sehingga mereka pun melihat jarak antara keduanya.
Dan beberapa hadith lagi …….


- Isra ke Masjidil Aqsa, Palestine dari Masjidil Haram, Mekkah lalu Mi’raj ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh dari Baitul Maqdis tidak sampai satu malam pada tanggal 27 Rajab tahun 11 Hijriah.

- Menerima Al-Qur’an sebagai Firman Tuhan terakhir padahal baginda seorang yang 'ummi' iaitu tidak tahu membaca dan menulis.

Penyembuhan penyakitSetiap rasul dikurniakan mukjizat masing-masing bagi digunakan untuk menguatkan hujjah dan bukti bagi kebenaran yang diturunkan dari langit. Dan semua mukjizat itu adalah atas bantuan Allah S.w.t, bukannya kekuatan rasul itu sendiri. Ianya amat berbeza dengan sihir yang mana sihir menggunakan khidmat dari jin dan syaitan. Di sini saya tidak mahu menceritakan tentang sihir, tetapi hanya mahu menekan kan tentang antara mukjizat Nabi Muhammad S.a.w. Kali ini saya akan bentangkan tentang mukjizat yang berkaitan dengan penyembuhan penyakit.

-Menyembuhkan kaki patah sehingga pulih seperti sedia kala
Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra’ r.a bahawa setelah Abdullah bin Atik dapat membunuh Abu Rafi’, lalu turun dari tangga rumahnya , dia jatuh tersemban ke tanah sehingga betisnya patah. Beliau menceritakan hal ini kepada Rasulullah S.a.w. Baginda pun bersabda, “Luruskanlah kaki mu!” Maka beliau pun meluruskannya, lalu baginda mengusapnya . Selepas itu dia sudah tidak merasakan sakit lagi.

-Menyembuhkan sakit mata hanya dengan ludahan
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad , bahawa Rasulullah S.a.w bersabda pada waktu perang Khaibar, “besok aku akan memberikan bendera ini kepada seseorang yang akan diberikan kemenangan oleh Allah di tangannya.” Keesokan harinya baginda bersabda, “Mana Ali bin Abi Thalib?”
“Kedua matanya sedang sakit,” jawab sahabat-sahabat.

Maka baginda pergi menemui Ali lalu meludah pada kedua mata Ali sambil berdoa, sehingga langsung sembuh dan dia tidak merasakan sakit apa-apa lagi.

-Menyembuhkan penyakit luka dengan tiupan pada bahagian yang sakit
Bukhari juga meriwayatkan dari Yazid bin Abu Ubaid, dia berkata, “Aku melihat luka terhiris di betis Salamah bin Al Akwa”. Aku bertanya, “Luka apa ini ?”
“Aku terluka pada perang Khaibar, ” jawabnya.
Selanjutnya beliau pergi kepada Rasulullah S.a.w lalu baginda meniupkan luka itu 3 kali dan aku tidak merasakan sakit lagi.”

-Mengembalikan penglihatan orang yang buta
An Nasa’i, Tirmidzi, Al Hakim dan Al Baihaqi meriwayatkan dari Usma bin Hanif r.a, bahawa ada seorang buta berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah untukku agar membuka penglihatanku.”
Baginda bersabda, “Pergilah berwudhu’ . Dirikan solat dua raka’at dan ucapkanlah, “Ya Allah, aku memohon kepadaMu, mengadap kepadaMu dengan lantaran nabiMu Muhammad, nabi pembawa kasih. Wahai Muhammad, aku mengadap kepada Tuhanmu dengan lantaranmu, agar dia membuka penglihatanku . Ya Allah, berilah syafaat beliau untuk kepentinganku.”
Belum lagi orang ramai berganjak dari tempat mereka dan orang tersebut pergi, maka dia sudah dapat melihat.

-Mengembalikan mata yang terkeluar dan penglihatannya
Ibnu Saad meriwayatkan dari Zaid bin Aslam r.a, bahawa mata Qatadah bin An Nu’man terluka sehingga biji matanya terkeluar sampai ke pipi. Kemudian Rasulullah S.a.w mengembalikan hingga matanya menjadi sembuh kembali.
At Thabrani dan Abu Nu’aim meriwayatkan dari Qatadah , dia berkata, ” Pada waktu Perang Uhud, aku menjaga wajah Rasulullah dari serangan anak panah, yang akhirnya ada sebuah anak panah mengenai biji mataku. Aku mengambilnya dengan tangan dan berusaha mendatangi Rasulullah. Ketika baginda S.a.w melihat apa yang ada di telapak tangan ku, dua mata beliau berlinangan seraya bersabda, “Ya Allah , peliharalah mata Qatadah sebagaimana dia telah pelihara wajah nabinya dengan wajahnya (dari serangan anak panah). Jadikanlah kedua matanya yang lebih baik dan lebih elok serta tajam penglihatannya.” Akhirnya apa yang diharapkan rasul itu termakbul.

-Menyembuhkan penyakit kanak-kanak yang tidak boleh berdiri
Abu Ya’la, Al Baihaqi meriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a, ia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah Sa.w. untuk menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di rauha’, beliau melihat seorang perempuan di depannya. Setelah dekat perempuan itu berkata, “Wahai rasulullah, ini ialah anakku. Sejak lahir hingga saat ini, beliau tidak mampu berdiri sama sekali.” Baginda S.a.w pun mengambil anak itu, menggendongnya lalu meludah di mulut anak itu seraya bersabda, “Wahai musuh Allah, keluarlah! Sesungguhnya aku Rasulullah!” Setelah itu baginda menyerahkan kembali anak itu seraya bersabda, “Ambillah anakmu , dia sudah tiada apa-apa”.

-Menyembuhkan penyakit bisu
Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Al Baihaqi, At Thabrani dan Abu Nuaim meriwayatkan dari jalan Sulaiman bin Amru bin Al Ash, dan ibunya dia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah S.a.w pada waktu Jamrah Al Aqabah. Beliau melempar batu dan orang-orang pun melakukannya. Setelah selesai baginda kembali, tiba-tiba ada seorang perempuan sambil membawa anaknya yang bisu datang kepada baginda seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini anakku yang sedang mendapat bala. Dia tidak boleh berbicara.”

Baginda S.a.w meminta sebuah bejana yang diperbuat dari batu yang di dalamnya diisikan air. Setelah itu baginda memegangnya, meludahinya dan berdoa. Mengulanginya sekali lagi dan menyuruh agar meminumnya kepada anak perempuan itu. Akhirnya anak itu sembuh, malah menjadi lebih baik daripada yang lainnya.

-Mengubati penyakit gila
Ahmad , Ad Darami, At Thabrani, Al Baihaqi, Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahawa ada seorang perempuan datang menemui Rasulullah S.a.w sambil membawa anaknya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah anakku yang sedang menderita gila. Dia suka mengambil makanan yang harus kita makan di siang hari dan di malam hari. Dia juga suka mengamuk.”

Baginda S.a.w pun mengusap dada anak itu, menyemburkan ludah sambil berdoa. Dari dalam perut budak itu keluar sesuatu yang kecil menyerupai ulat hitam. Akhirnya budak itu pun sembuh.

Beberapa penyembuhan lain yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.a.w

- Menyembuhkan luka gigitan ular yang diderita Abu Bakar dengan ludahnya ketika bersembunyi di Gua Tsur dari pengejaran penduduk Mekah.

- Menyembuhkan tangan wanita yang lumpuh dengan tongkatnya.

- Menyambung tangan Badwi yang putus yang dipotongnya sendiri setelah menampar Muhammad.

- Dan sebagainya …….

Keberkatan makanan dan minuman
-Peristiwa Khandaq, keajaiban di rumah Jabir bin Abdullah r.a
Bukhari dan Muslim serta lain-lainnya meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a tentang kisah penggalian Khandaq. Dia berkata, “Aku melihat rasa lapar yang sangat pada diri Nabi S.a.w. Aku segera mengeluarkan kuali yang di dalamnya ada satu takar gandum dan kami punya juga seekor haiwan kecil sebangsa anak kambing kacung.”

Dalam riwayat lain, dari Jabir disebutkan bahawa beliau berkata, “Sebelum Perang Khandaq kami menggali parit. Dalam penggalian itu kami terhalang oleh batu yang sangat keras. Mereka datang menemui rasul dan berkata, “ini adalah batu yang sangat keras yang menghalangi penggalian.”

“Aku akan segera turun,” sabda baginda S.a.w. Dalam keadaan berdiri baginda menganjalkan perutnya dengan batu. Selama 3 hari kami tidak akan merasai apa-apa. Lalu tanah yang keras itu dipukul oleh nabi yang kemudian hancur berkeping-keping. Sesudah itu aku berkata kepada Rasulullah S.a.w, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku pulang ke rumah.”Baginda pun mengizinkan aku pulang. Sampainya di rumah aku berkata kepada isteriku, “Aku melihat sesuatu pada diri nabi, yang bila saja aku melihatnya tentu aku tidak akan sabar. Apakah kamu mempunyai sesuatu?

“Aku punya gandum dan anak kambing betina,” jawab isteriku. Anak kambing itu langsung aku sembelih dan gandumnya ku masak. Dagingnya ku letakkan dalam periuk lalu aku menemui Rasulullah S.a.w. Isteriku berkata, “Janganlah kau membuatkan aku malu di hadapan Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya kerana makanan yang dibawa hanya sedikit”.

Setelah bertemu aku berbisik pada rasul, Wahai Rasulullah S.a.w kami telah menyembelih haiwan kami dan memasak satu takar gandum kami. Kemarilah engkau bersama satu orang bersamamu, asal jangan lebih dari sepuluh orang.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Kami mempunyai sedikit makanan yang telah kami buat. Kemarilah engkau wahai Rasulullah bersama seorang atau dua orang sahaja.”

Sabda baginda S.a.w, “Katakanlah kepada isterimu agar periuknya jangan diangkat dulu dari tungku begitu adunan rotinya sampai aku datang. ” Sesudah itu baginda melaungkan, “Wahai semua penggali parit, sesungguhnya Jabir telah membuat makanan. Marilah semuanya segera ke mari!”

Setelah aku bertemu isteriku aku berkata kepadanya, Sungguh teruklah kamu, nabi datang bersama semua orang Ansar dan Muhajirin.”

“Apakah baginda bertanya berapa banyak makananmu?” tanya isteriku.

“Ya”, jawabku.

“Allah dan rasul lebih mengetahui. Kita membuat roti apa yang ada pada kita sahaja.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahawa Jabir berkata, “Aku pulang ke rumah. Rasulullah S.a.w pula datang bersama semua orang. Isteriku mengeluarkan adunan roti, lalu baginda meludahi adunan itu lalu memberkatinya. Kemudian rasulullah S.a.w menuju ke periuk kami, meludahinya dan berdoa agar diberkati. Sesudah itu, baginda bersabda kepada Jabir, “panggillah tukang pembuat roti agar dia membuatnya bersama isterimu.”

Baginda S.a.w juga bersabda kepada isteriku, “Ceduklah isi periuk ini, tetapi periuknya jangan engkau turunkan.”

Mereka datang bersama Rasulullah S.a.w seramai kira-kira seribu orang, didudukkan sepuluh-sepuluh, lalu mereka semuanya makan. Aku bersumpah demi Allah, mereka semua dapat makan. Aku bersumpah demi Allah, mereka semua dapat makan. Sampai akhirnya mereka meninggalkan makanan, maka periuk kami dan adunan roti kami masih seperti mula-mula tadi. Baginda S.a.w bersabda, “Makanlah dan hadiahkanlah.” Sehingga pada hari itu kami dapat memakannya dan memberikannya kepada jiran tetangga. Dan dalam riwayat lain disebutkan “Kami dapat makan dan memberikannya kepada tetangga. Dan setelah Rasulullah S.a.w keluar, maka makanan itu pun habis pula.” Di ambil dari hadith riwayat Bukhari dan Muslim

Dan peristiwa seakan-akan sama seperti di atas juga telah berlaku di rumah Thalhah r.a kemudiannya.

Bubur yang berkatAt Thabari meriwayatkan dalam Al Ausath dengan sanad yang Hasan, dari Abu Hurairah r.a ia berkata, “Rasulullah S.a.w memanggilku seraya bersabda, “Pergilah ke rumah dan katakan kepada seisi rumah, “kemarikan makanan yang ada padamu”. Lalu mereka memberiku talam yang berisi bubur bercampur kurma, lalu ku bawakan kepada Rasulullah S.a.w. Sesudah itu baginda bersabda lagi, panggillah semua orang yang ada di masjid.” Aku berkata dalam hati, “celakalah aku kerana ku lihat makanan ini terlalu sedikit. Benar-benar celakalah aku kerana bermaksiat dengan memanggil mereka, lalu mereka semua akan berkumpul.”

Nabi S.a.w meletakkan jari-jemarinya di atas makanan itu , meludahi setiap bahagiannya seraya bersabda, “Makanlah dengan nama Allah! ” Maka mereka pun makan sampai kenyang dan aku juga ikut makan hingga kenyang. Sesudah itu aku mengangkatnya. Ternyata keadaannya seperti keadaan asal. Hanya sahaja di sana ada bekas jari-jari rasulullah S.a.w.

Keberkatan dalam susu kambing
Abu Ya’la, At Thabrani, Hakim meriwayatkan dari Qais bin Abi Nu’man r.a berkata, “Ketika Rasulullah S.a.w dan Abu Bakar pergi secara diam-diam, mereka melewati seorang budak yang sedang mengembala kambing. Rasul dan Abu Bakar meminta agar diberi susu perahan.”

“Aku tidak mempunyai seekor kambing pun yang dapat diperah. Bahkan ada seekor anak kambing yang sudah tidak mendapatkan air susu lagi sejak awal pada musim kemarau ini, ” kata budak itu. Rasulullah bersabda, “Panggillah dombamu itu.” Lalu memegang kantung kelenjar susunya dan berdoa. Abu Bakar datang sambil membawa bejana. Rasul memerah susu, lalu diberikan kepada Abu Bakar, memerah lagi lalu diberikan kepada pengembala, lalu diperah lagi untuk meminumnya. Sang pengembala bertanya kehairanan, “Siapakah engkau ini? Demi Allah, aku belum pernah melihat orang sepertimu.”

“Aku adalah Muhammad, Rasulullah,” jawab baginda S.a.w.

“Engkaukah yang dianggap Quraisy telah menimpakan mala petaka?”

“Memang itu lah yang mereka katakan”

“Aku bersaksi bahawa engkau adalah seorang nabi. Apa yang engkau bawa adalah benar. Tidak ada yang dapat berbuat seperti yang engkau perbuat kecuali adalah seorang nabi.”

Perigi yang kering kembali berairMuslim meriwayatkan dari Salamah bin Al Aqwa’, ia berkata, “Kami yang berjumlah seribu empat ratus orang tiba di Hudaibiyyah bersama nabi S.a.w. Kami semua dan empat puluh ekor kambing yang dibawa tidak mendapatkan air. Selanjutnya nabi S.a.w berjongkok di bibir bekas sebuah perigi. Entah baginda berdoa atau meludah ke sana, namun yang jelas tiba-tiba memancar air yang sangat deras. Akhirnya kami dapat minum sepuas-puasnya, begitu juga dengan kambing-kambing kami.”

Dan banyak lagi mukjizat yang dikurniakan oleh Allah s.w.t ke atas Nabi Terakhir yang membawa Perjanjian Terakhir ini.

Islamnya Zaid bin Sanah seorang Pendita Yahudi

Diriwayatkan oleh At-Thabrani dari Abdullah bin Salaam r.a bahawa pada suatu hari Rasulullah s.a.w keluar bersama sahabat-sahabat baginda, di antaranya Ali bin Abi Thalib r.a.

Tiba-tiba datang menemui beliau seorang Badwi dengan berkenderaan, lalu berkata; "Ya Rasulullah. di kampung itu ada sekumpulan manusia yang sudah memeluk Agama Islam dengan mengatakan bahawa jika memeluk Islam, mereka akan mendapat rahmat dan rezeki dari Allah. Tetapi sesudah mereka semua peluk Islam, terjadilah musim kering dan panas yang bersangatan sehingga mereka ditimpa bahaya kelaparan.

Saya khuatir ya Rasulullah jika mereka kembali kufur meninggalkan Islam kerana soal perut, kerana mereka memeluk Islam juga adalah kerana soal perut. Saya ingin agar kepada mereka engkau kirimkan bantuan untuk mengatasi bahaya kelaparan yang menimpa mereka itu."

Mendengar keterangan itu. Rasulullah s.a.w lalu memandang Ali bin Abu Thalib. Ali mengerti maksud pandangan itu sambil berkata, "Ya Rasulullah, tidak ada lagi bahan makanan pada kita."


Zaid bin Sanah, seorang Pendita Yahudi yang turut mendengarkan laporan orang Badwi dan jawapan Ali bin Abu Thalib lalu mendekatkan dirinya kepada Rasulullah s.a.w dan berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau suka, akan saya belikan kurma yang baik lalu kurma itu dapat engkau beli padaku dengan hutang dan dengan perjanjian begitu, begini."


Berkata Rasulullah s.a.w, "Jangan dibeli kurma itu sekiranya kau berharap aku berhutang kepadamu tetapi belilah kurma itu dan berilah kami pinjam dari engkau."

"Baiklah." jawab Zaid bin Sanah.

Zaid bin Sanah pun membeli buah kurma yang baik-baik lalu menyerahkan kepada Rasulullah s.a.w dengan perjanjian-perjanjian tertentu dan akan dibayar kembali dalam jangka waktu yang tertentu pula. Sebaik saja Rasulullah s.a.w menerima kurma itu, lalu diarahkan supaya buah kurma tersebut diserahkan dan dibahagi-bahagikan kepada penduduk kampung yang ditimpa bencana itu.

Berkata Zaid bin Sanah, "Dua atau tiga hari sebelum tiba tempoh perjanjian pengembalian pinjaman seperti yang ditetapkan dalam perjanjian itu, Rasulullah s.a.w keluar menziarahi orang mati bersama Abu Bakar, Umar, Usman dan beberapa orang sahabat yang lain.

Setelah selesai menyembahyangkan jenazah tersebut, Rasulullah s.a.w pergi ke suatu sudut untuk duduk lalu saya menghampirinya dengan memegang erat-erat bajunya dan berkata kepadanya dengan sekasar-kasarnya. "Hai Muhammad, bayar hutangmu kepadaku, aku tahu bahawa seluruh keluarga Abdul Mutalib itu selalu melengah-lengahkan masa untuk membayar hutang!"

Mendengar kata-kataku yang kasar itu, saya lihat wajah Umar bin Khattab merah padam kemarahannya, lalu berkata, "Hai musuh Allah, engkau berkata begitu kasar terhadap Rasulullah dan berbuat tidak sopan. Demi kalau tidak kerana rasa hormatku terhadap Rasulullah s.a.w yang berada di sini, sungguh tentu akan ku potong lehermu dengan pedangku ini."

Rasulullah memandang kepadaku dalam keadaan tenang dan biasa saja, lalu berkata kepada Umar, "Hai Umar, antara saya dengan dia ada urusan hutang piutang yang belum selesai. Sebaik-baiknya engkau menyuruh aku membayar hutang itu dan menganjurkan kepadanya untuk berlaku baik menuntut hutangnya. Hai Umar, pergilah bersama dia ke tempat penyimpanan kurma, bayarlah hutang itu kepadanya dan tambahlah 20 gantang sebagai hadiah untuk menghilangkan rasa marahnya."

Setelah Umar membayar hutang itu dengan tambahan tersebut, lalu Zaid bin Sanah pun bertanya kepada Umar, "Kenapa ditambah hai Umar?" Berkata Umar, "Diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w tambahan ini sebagai imbangan kemarahan engkau."

"Hai Umar, kenalkah engkau siapa aku?" Tanya Zaid bin Sanah. "Tidak." Jawab Umar.

"Akulah Pendita Zaid bin Sanah."

"Engkau ini Pendita Zaid bin Sanah?" Tanya Umar agak terkejut. "Ya." Jawab Zaid bin Sanah ringkas.

"Kenapa engkau berlaku demikian rupa terhadap Rasulullah s.a.w? Engkau berlaku begitu kasar dan begitu menghina?" Tanya Umar lagi.

Zaid bin Sanah menjawab, "Hai Umar, segala tanda kenabian yang aku dapati dalam kitab Taurat sudah aku temui pada diri Rasulullah itu. Selain dua perkara yang aku sembunyikan dan tidak aku sampaikan kepada Rasulullah iaitu bahawa perasaan santunnya selalu mengalahkan perasaan marahnya. Makin marah orang kepadanya, makin bertambah rasa kasih sayangnya terhadap orang yang marah itu.

Dengan kejadian itu hai Umar yang sengaja diatur, aku sudah tahu dan lihat sendiri kedua sifat itu terdapat pada diri Muhammad itu. Aku bersumpah di depanmu hai Umar, bahawa aku sungguh-sungguh suka dan redha dengan Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabi dan ikutanku."

Umar dan Zaid bin Sanah pun kembali mendapatkan Rasulullah s.a.w. Sebaik saja berhadapan dengan Rasulullah s.a.w, lalu berkata Zaid bin Sanah, "Aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba Allah dan rasulNya."

Zaid bin Sanah turut berjuang dan bertempur bersama Rasulullah s.a.w dan kaum muslimin hampir di setiap medan perang dan akhirnya mati syahid di medan Perang Tabuk.

Demikianlah caranya bagaimana Zaid bin Sanah, seorang Pendita Yahudi menganut Agama Islam , beriman dengan Rasulullah s.a.w dan bersumpah akan membela Islam sehingga akhir hayatnya. SubhanAllah .......

Uthman diutus berbincang dengan Quraisy

Uthman diutus berbincang dengan Quraisy

APABILA kalangan para pemimpin Quraisy cenderung berdamai dengan rombongan umrah dan haji dari Madinah itu, kalangan para pemuda Quraisy pula lebih bersemangat menyerang rombongan tersebut. Mereka membuat keputusan menyerang pada waktu malam dengan menyelinap masuk ke perkhemahan rombongan umat Islam itu.

Maka pada suatu malam seramai 70 pemuda Quraisy turun dari Bukit Tanaim dan cuba masuk dalam perkhemahan umat Islam di saat ahli rombongan itu sedang berehat dan ada yang telah pun tidur. Mereka benar-benar nekad menyerang umat Islam. Tetapi kehadiran mereka disedari oleh seorang sahabat Rasulullah SAW, Muhammad bin Salamah yang diamanahkan sebagai Ketua Pengawal kepada rombongan tersebut.

Cubaan mereka berjaya dihalang dan kesemua mereka berjaya ditahan. Maka terselamatlah umat Islam dalam cubaan yang merbahaya itu. Namun didorong kemahuan Rasulullah untuk berdamai, baginda kemudiannya membebas dan memaafkan perbuatan para pemuda Quraisy itu. Lalu baginda kemudiannya bercadang menghantar seorang duta atau wakil untuk memberitahu mereka akan tujuan sebenar kedatangan rombongan dari Madinah ini.

Sahabat besar, Omar Al Khattab pun dilantik oleh baginda untuk tujuan tersebut. Tetapi Omar menolak permintaan baginda itu, katanya: "Wahai Rasulullah, di Mekah itu tidak ada seorang pun dari suku Bani Kaab yang akan mempertahankan aku jika aku diganggu.

"Kenapa tidak dihantar sahaja Uthman bin Affan untuk menemui kaum Quraisy itu kerana kaum kerabatnya masih ramai ada di Mekah itu dan tentu ini memudahkan kita untuk menyampaikan maksud kehadiran kita dan tidak akan ada sesiapa yang berani untuk menganggu Uthman kerana ramai yang akan mempertahankannya nanti."

Rasulullah lantas setuju dan Uthman pun dipanggil dan tentu sahaja sahabat Rasulullah bersetuju untuk menjadi wakil dan masuk seorang diri ke Mekah dan menemui para pembesar Quraisy itu.

Rasulullah juga ada meminta Uthman agar menemui beberapa penduduk Mekah yang telah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan khabarkan kepada mereka bahawa kemenangan di pihak Islam adalah semakin hampir. Mereka tidak perlu merahsiakan lagi agama Islam yang mereka anuti. Malah agama Islam akan bebas diamalkan tanpa sesiapa dapat menghalangnya lagi.

Uthman pun berjalan menuju ke pintu Kota Mekah dan setelah bertemu dengan orang Quraisy, Uthman pun menyatakan tujuan kehadirannya dan beliau kemudiannya dibawa masuk bertemu para pembesar Quraisy dengan menaiki seekor kuda yang diberi sendiri oleh orang Quraisy itu.

Beliau turut diiring masuk bagi menjamin keselamatannya sehingga tiba di hadapan Kaabah dan Uthman mendapat tawaran untuk melakukan tawaf di Baitullah. Namun Uthman menolak pelawaan itu kerana beliau enggan untuk melakukannya selagi tidak bersama-sama dengan Rasulullah dan ahli rombongan yang lain.

Uthman kemudiannya menyatakan tujuan kedatangannya kepada para pembesar Quraisy tersebut. Beliau kemudiannya terpaksa menunggu lama bagi mendapatkan hasil perbincangan pembesar itu setelah mendengar sendiri akan pesanan dari Rasulullah melalui wakilnya itu.

Akibat terlalu lama Uthman berada di dalam Kota Mekaah seolah-olah seperti ditahan akhirnya tersebar berita yang mengatakan bahawa sahabat besar dan menantu kepada baginda ini telah dibunuh.

Berita itu sampai ke pengetahuan baginda dan tentu sahaja jika benar Uthman dibunuh maka kematiannya mesti dibela.

Lalu baginda pun memanggil para sahabat yang lain dan meminta mereka supaya berjanji untuk sama-sama membela kematian Uthman.

Tentu sahaja seluruh sahabat dan ahli rombongan setuju untuk berbaiah malah sanggup mati demi membela kematian Uthman itu.

Baiah ini dilakukan di bawah sepohon pokok yang dikenali sebagai Baiah Al Ridwan atau Baiah Syajarah (pokok) yang ada disebutkan dalam Al Quran, firman Allah yang bermaksud: Demi sesungguhnya! Allah reda akan orang-orang yang beriman, ketika mereka memberikan pengakuan taat setia kepadamu (wahai Muhammad) di bawah naungan pohon (yang termaklum di Hudaibiyah); maka (dengan itu) ternyata apa yang sedia diketahui-Nya tentang (kebenaran iman dan taat setia) yang ada dalam hati mereka, lalu Ia menurunkan semangat tenang tenteram kepada mereka, dan membalas mereka dengan kemenangan yang dekat masa datangnya. (al-Fath: 18)

Mendengarkan adanya sumpah setia atau baiah yang seperti itu maka dengan segera Uthman pun 'dibebaskan' oleh pihak kafir Quraisy bagi mengelakkan berlakunya sebarang perkara yang tidak diingini.

Ini kerana mereka tidak mahu berlaku lagi sebarang pertempuran yang akan merugikan kedua-dua belah pihak.

Tidak lama kemudian, Uthman pun muncul dalam keadaan yang selamat dan memberitahu bahawa pihak Quraisy akan menghantar wakil mereka pula untuk berbincang dengan Rasulullah.

Kredit/Sumber: Utusan Malaysia

KISAH HABIL DAN QABIL PUTERA NABI ADAM A.S

KISAH HABIL DAN QABIL PUTERA NABI ADAM A.S

Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.
Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima", kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama "Lubuda".

Kedua orang tua, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah di bebankan ke atas bahunya.

Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja. Yang perempuan sesuai dengan kudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita,sedang yang laki-laki menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabil berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habil di bidang perternakan.

Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta mencintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.

Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja.
Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan memasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nafsu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.

Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikahwinkan dengan puterinya. Qabil dikahwinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda dan Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.

Cara yang telah di ilham oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Adam telah disampaikan kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumahtangga mereka. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabil dan menyatakan bahawa ia tidak mahu mengahwini Lubuda, adik Habil dengan mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Ia berpendapat bahawa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikahwinkan oleh Habil. Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki di antara sesama keluarga dan sesama suku.

Kerana Qabil tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya ialah bahawa masing- masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan korban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barang siapa di antara kedua saudara itu diterima korbannya ialah yang berhad menentukan pilihan jodohnya.

Qabil dan Habil menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rosak dan busuk kemudian diletakkan kedua korban itu kambing Habil dan gandum Qabil di atas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis korban itu.

Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang korban Habil yang seketika itu musnah ternakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.

Maka dengan demikian keluarlah Habil sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena korban kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersandingkan menjadi isterinya.

Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia.
Dengan telah jalurnya keputusan dari langit yang menerima korban Habil dan menolak korban Qabil maka pudarlah harapan Qabil untuk mempersandingkan Iqlima tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menyoalkan. Ia menyerah dan memerainya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habil yang akan dibunuh di kala ketiadaan ayahnya.

Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabil. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya. Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merosakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.

Qabil menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habil saudaranya.

Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat penternakannya. Berkata ia kepada Habil:"Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini."

"Apa salahku?"tanya Habil. Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?"

Qabil berkata:"Ialah kerana korbanmu diterima oleh Allah sedangkan korbanku ditolak yang bererti bahawa engkau akan mengahwini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengahwini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu."

Habil berkata:"Adakah berdosa aku bahawa Allah telah menerima korbanku dan menolak korbanmu?Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan?Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nafsu dan ajakan syaitan! Kawallah perasaanmu dan fikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahawa Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Adakah mungkin sesekali bahawa korban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rosak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sihat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.

Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahawa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu kerana aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diredhainya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku."

Nasihat dan kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Qabil yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabil bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habil di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habil sebagai korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia

Penguburan Jenazah Habil.
Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabil dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.

Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama kerana ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu.Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"

Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabil:"Di manakah Habil berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."

Qabil menjawab:"Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."

Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabil, Adam dapat meneka bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.Pada akhirnya terbukti bahawa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu peninggalannya.Ia sangat sesal di atas perbuatan Qabil yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesedaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabil.

Kisah Qabil dan Habil Dalam Al-Quran.
Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah"Al- Maaidah" ayat 27 sehingga ayat 32 .

Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam A.S..Bahawasanya Allah s.w.t. hanya menerima korban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riyak, takabur atau ingin dipuji.Barang atau binatang yang dikorbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang halal.Jika korban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sihat, tidak mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang masih segar baik dan belum rusak atau busuk.

Bahawasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabil.itulah cara paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman Allah dalam surah "Al-Isra" ayat 70 yang bererti ; "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.Kami angkut mereka di daratan dan di lautan.Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."

Rahsia Tidur Rasulullah S.A.W.




Seorang yang berusia 60 tahun akan menghabiskan masa lebih kurang 20 tahun untuk tidur. Sekiranya dia tidur mengikut Sunnah Rasullullah saw, maka tidurnya akan jadi ibadat. Allah swt hanya akan terima ibadat yang dilakukan dengan ikhlas.

Tidur adalah ibadat yang paling ikhlas. Seseorang tidak perlu dipaksa atau terpaksa untuk tidur. Ganjaran Allah swt untuk orang yang amalkan Sunnah sangat besar. Satu Sunnah yang diamalkan berterusan akan diberi ganjaran 100 pahala mati syahid, sedangkan satu pahala mati syahid sudah cukup untuk menjamin seseorang untuk masuk syurga. Di dalam tidur sendiri ada banyak Sunnah. Sebaliknya, jika seseorang tidur cara selain dari cara Nabi SAW,dia hanya akan dapat kerehatan.Kalau bernasib baik, selama 20 tahun mungkin dia dapat mengumpul 20 kilo tahi mata dan menakung 20 liter atau lebih air liur basi.

Antara Sunnah-sunnah Nabi saw sebelum, ketika dan selepas tidur.

1. Sebelum dan selepas tidur baca doa tidur. Ramai orang memperlekehkan doa Masnun (doa harian) tapi
hakikatnya harga yang Allah swt janjikan adalah syurga.

2. Jangan tidur menghadap kaki arah Qiblat. Ini adalah kedudukan tidur orang yang telah mati.

3. Barangsiapa yang membaca Tasbih Fatimah, sekiranya dia mati malam itu,dia akan dikira sebagai mati syahid. Apa itu Tasbih Fatimah?

Subhanallah 33 X, Alhamdulillah 33 X, Allahuakbar 33 X.

4. Baca 4 Qul tiup ke tapak tangan dan sapu keseluruh badan untuk menghindarkan sihir dan niat jahat
manusia.

5. Niat untuk bangun Tahajjud. Sekiranya tidak terjaga, Allah swt akan mengira seolah-olah dia bertahajjud sepanjang malam. Tahajjud adalah sebaik-baik pelindung daripada sihir dan buatan orang.


6. Ambil wudhu sebelum tidur dan Solat Sunat Taubat 2 rakaat.

7. Maafkan semua kesalahan manusia pada kita dan halalkan semua hutang piutang sebelum tidur.Bangun tidur boleh buka fail semula kalau mahu.

8. Tidur cara Rasulullah saw dengan mengiring badan ke kanan dan tapak tangan di bawah pipi.

Banyak lagi Sunnah Nabi saw yang boleh diamal, semuanya mudah untuk dilakukan. Lebih mudah daripada bersolek atau pakai night cream sebelum tidur.Lebih mudah daripada buat senaman ringan sebelum tidur.

Peringatan : Pesan Nabi saw, dilarang tidur meniarap terutama lelaki.Sekiranya tidur dengan kain pelikat, ikat hujung kain supaya tidak menimbulkan fitnah.

Tutup aurat ketika tidur. Kenapa ya? Lelaki yang tidur meniarap,dibawahnya Syaitan/ Jin Betina.Tidur bogel atau tidak menutup aurat akan menghindarkan Malaikat Rahmat dan mengundang makhluk lain. Sekiranya bersetubuh tanpa membaca doa,Syaitan/Jin akan bersama-sama menjamah isteri kita. Kemungkinan besar benih yang masuk bercampur dengan benih-benih Syaitan/ Jin. Jadi jangan marah kalau anak-anak ikut perangai "bapa-bapa angkat" mereka ketika kita bersetubuh dulu.

Wallahu'alam.

Nabi Idris Naik Ke Langit




Diriwayatkan Nabi Idris as. telah naik ke langit pada hari Isnin. Peristiwa naiknya Nabi Idris as. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Firman Allah SWT bermaksud:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah, Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”
(Maryam: 56-57)

Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris, kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.

Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.

Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.

Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.

Kemudian baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya.

Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu.

Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”

Maka berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.: “Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram?”

Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.

Kemudian beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya? Saya adalah Malaikat Maut.”

“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?”

“Benar ya Idris.”

“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa makhluk?”

“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”

“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”

“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”

Malaikat Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan keizinan Allah.”

Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.

Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.

Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan. Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu. Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”

Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.

Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.

Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke dalam Syurga.

Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.

Kemudian Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”

Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.

Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”

Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud:

“Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
(Ali-Imran: 185)

Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud:

“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu.”
(Maryam: 71)

Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud:

“... Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Syurga).”
(Al-Hijr: 48)

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Syurga.”

Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya bermaksud:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryam: 56-57)

Musa Mempertunjukkan Dua Mukjizatnya Kepada Fir'aun


Musa Mempertunjukkan Dua Mukjizatnya Kepada Fir'aun

Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun. Kerana ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa: "Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama lapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.

Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa hairan dan takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?" "Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya. Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah diperlihatkan dua mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahawa itu semuanya adalah perbuatan sihir dan bahawa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.

Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat Allah s.w.t. yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahawa dengan perlindung Allah s.w.t. ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan laknatullah melawan mukjizat yang dikurniakan oleh Allah s.w.t..

Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat, tali dan lain-lain alat sihirnya. Mereka cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mereka untuk memenangi pertandingan. Mereka telah memperolehi janji dari Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.

Setelah selesai persiapan dan para pembesar negeri mengambil tempatnya mengelilingi Fir'aun yang telah duduk di atas kerusi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya. Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mereka ke tengah-tengah lapangan. Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahawa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah s.w.t. tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah s.w.t. berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."

Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang terbayang sebagai hasil tipu sihir mereka. Mereka segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah s.w.t.} dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dan beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."

Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu? Bukankah ini suatu persekongkolan daripada kamu terhadapku? Musa dapat mengalah kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan kianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan kianatmu ini."

Ancaman Fir'aun itu disambut mereka dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Allah s.w.t. telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mereka sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dapat membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mereka diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dapat digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah mendapat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus mengikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah s.w.t. di akhirat yang kekal dan abadi."

Nabi Musa dan Al-Khidhir


Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allah s.w.t. yang telah dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah s.w.t. diancam dengan seksa api neraka.

Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah s.w.t. ini paling pandai dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata dalam hati kecilnya: "Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."

Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, dicela oleh Allah s.w.t. yang memperingatkan kepadanya bahawa ilmu itu adalah lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan bahawa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa, Allah s.w.t. memerintahkan kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah s.w.t. itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat menjadikan sedar bahawa tiada manusia yang dapat membanggakan diri dengan mengatakan bahawa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas bumi ini.

Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan kepadanya." Allah s.w.t. berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahawa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang daripada para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah s.w.t.. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.

Tatkala Nabi Musa berserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah s.w.t. kepadanya, tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut. Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya kerana ia sudah sangat lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan laknatullah untuk memberitahu kepadamu segera, bahawa tatkala engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan laknatullah."

Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini." Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutupi tubuhnya dan pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata salam Nabi Musa kepadanya.

"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab: "Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?" "Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?" "Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."

Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan wajar dan engkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu."

Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu." Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "Jika engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahawa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."

Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan. Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahawa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.

Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu gangguan dan merosakkan bagi milik seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka. Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegurlah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merosak dan melubangi perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"

Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku." Musa berkata: "Maafkanlah aku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku." Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki yang sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya.

Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah s.w.t. untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"

Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa: "Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahawa bila terjadi lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku diperbolehkan menyertaimu seterusnya. Sesungguhnya telah cukup engkau memberi uzur dan memberi maaf kepadaku." Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal kedekut itu yang mahu menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.

Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang-orang yang jahat dan kedekut ini? Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum kami." Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur. Akan tetapi sebelum kami berpisah, akan aku berikan kepadamu tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan kurang patut."

"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan huraiannya, "Bahawa pengrosakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu yang dianggapnya rosak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah pengrosakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya."

"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk kerana dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah s.w.t. akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka berdua."

Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu adalah kerana dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan Allah s.w.t. menghendaki bahawa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itu sampai ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."

"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah s.w.t. kepadaku."

Kisah Sapi Bani Isra'il


Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi Bani Isra'il.

Dikisahkan bahawa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu. Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa saudara mereka, mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar itu akan jatuh kepada mereka.

Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang tersusun rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahawa mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya mahupun tempat di mana ia menyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya. Untuk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah s.w.t. yang segera menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan lidah sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah s.w.t. akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya.

Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah s.w.t. itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek kerana akal mereka tidak dapat menerima bahawa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahawa Allah s.w.t. telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu. Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"

Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah s.w.t., yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya." Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pada seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah s.w.t. memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda kerana memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.

Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambil lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah s.w.t., menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri. Demikianlah mukjizat Allah s.w.t. yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat bongkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.

KISAH NABI SYU'AIB A.S

Nabi Syuib A.S

Kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'ib, adalah segolongan bangsa Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama "Ma'an" di pinggir negeri Syam. Mereka terdiri dari orang-orang kafir tidak mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Mereka menyembah kepada "Aikah" iaitu sebidang padang pasir yang ditumbuhi beberapa pohon dan tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat mereka sudah sangat jauh dari ajaran agama dan pengajaran nabi-nabi sebelum Nabi Syu'aib a.s. Kemungkaran, kemaksiatan dan tipu menipu dalam pengaulan merupakan perbuatan dan perilaku yang lumrah dan rutin. Kecurangan dan perkhianatan dalam hubungan dagang seperti pemalsuan barang, kecurian dalam simpanan dan penipuan timbangan menjadi ciri-ciri yang sudah sebati dengan diri mereka. Para pedagang dan petani kecil selalu menjadi korban permainan para pedagang-pedagang besar dan para pemilik modal, sehingga dengan demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya, sedangkan yang lemah semakin merosot modalnya dan semakin melarat hidupnya.

Sesuai dengan sunnah Allah s.w.t sejak Adam diturunkan ke bumi bahawa dari waktu ke waktu bila manusia sudah lupakan kepada-Nya dan sudah jauh menyimpang dair ajaran-ajaran nabi-nabi-Nya, dan bila Iblis laknatullah serta syaitan sudah menguasai sesuatu masyarakat dengan ajaran dan tuntutannya yang menyesatkan maka Allah s.w.t. mengutuskan seorang rasul dan nabi untuk memberi penerangan serta tuntutan kepada mereka agar kembali ke jalan yang lurus dan benar, jalan iman dan tauhid yang bersih dari segala rupa syirik dan persembahan yang bathil.

Kepada kaum Madyan diutuslah oleh Allah s.w.t. seorang Rasul iaitu Nabi Syu'aib, seorang daripada mereka sendiri, sedarah dan sedaging dengan mereka. Ia mengajak mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda mati yang tidak bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya melakukan persembahan dan sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi termasuk sebidang tanah yang mereka puja sebagai tuhan mereka. Nabi Syu'aib meneyeru kepada mereka agar meninggalkan perbuatan-perbuatan dan kelakukan-kelakuan yang dilarang oleh Allah s.w.t. serta membawa kerugian bagi sesama manusia serta mengakibat kerosakan dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak agar berlaku adil dan jujur terhadap diri sendiri dan terutama terhadap orang lain, meninggalkan perkhianat dan kezaliman serta perbuatan curang dalam hubungan dagang, perampasan hak milik seseorang dan penindasan terhadap orang-orang yang lemah dan miskin.

Diingatkan oleh Nabi Syu'aib akan nikmat Allah s.w.t. dan kurniaan-Nya yang telah memberi mereka tanah subur serta suasana kemakmuran yang berlimpah-limpah dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan anak cucu yang pesat. Semuanya itu menurut seruan Nabi Syu'aib, patut diimbangi dengan rasa bersyukur dan bersembah kepada Allah Maha Pencipta yang akan melipat gandakan nikmat dan kurnia-Nya kepada orang-orang yang beriman dan bersyukur. Diingatkan pula Nabi Syu'aib bahawa mereka yang tidak mahu sedar dan kembali kepada jalan yang benar mengikuti ajaran dan perintah Allah s.w.t. yang dibawanya, nescaya Allah s.w.t. akan mencabut nikmat dan kurnia-Nya daripada mereka, bahkan akan menurunkan azabnya atas mereka di dunia selain seksa dari azab yang menanti mereka kelak di akhirat bila di bangkitkan kembali dari kubur.

Kepada mereka Nabi Syu'aib menceritakan seksa dan azab yang diturunkan oleh Allah s.w.t. terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum Saleh dan paling dekat kaum Luth yang kesemua telah menderita dan menjadi binasa akibat kekafiran, keangkuhan dan keengganan mereka mengikuti ajaran serta tuntutan nabi-nabi yang diutus Allah s.w.t. kepada mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib agar mereka beriktibar dan ingat bahawa mereka akan mengalami nasib yang telah dialami oleh kaum-kaum itu jika mereka tetap melakukan persembahan yang bathil serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk dan jahat.

Dakwah dan ajakan Nabi Syu'aib disambut oleh mereka terutama penguasa, pembesar serta orang-orang kaya dengan ejekan dan olok-olok. Mereka berkata: "Adakah kerana solatmu, engkau memerintahkan kami menyembah selain apa yang telah kami sembah sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah dilakukan oleh nenek moyang kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga kerana solatmu engkau menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup sehari-hari yang nyata telah membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan sudah menjadi adat istiadat kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti apa apa tujuanmu dan apa maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang engkau bawa kepada kami. Sungguh kami menyaksikan kesempurnaan akalmu dan keberesan otakmu!"

Ejekan dan olok-olok mrk didengar dan diterima oleh Syu'aib dengan kesabaran dan kelapangan dada. Ia sesekali tidak menyambut kata-kata kasar mereka dengan marah atau membalasnya dengan kata-kata yang kasar pula. Ia bahkan makin bersikap lemah lembut dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan akal mereka supaya memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan dinasihatkan kepada mereka. Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan kekeluargaannya dengan mereka, sebagai jaminan bahawa ia menghendaki perbaikan bagi hidup mereka di dunia dan akhirat dan bukan sebaliknya. Ia tidak mengharapkan sesuatu balas jasa atas usaha dakwahnya. Ia tidak pula memerlukan kedudukan atau menginginkan kehormatan bagi dirinya dari kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya kembali kepada jalan Allah s.w.t., masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih dari segala kemaksiatan dan adat-istiadat yang buruk. Ia akan menerima upahnya dari Allah s.w.t. yang telah mengutuskannya sebagai rasul yang dibebani amanat untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.

Kaum Syu'aib akhirnya merasa jengkel dan jemu melihat Nabi Syu'aib tidak henti-hentinya berdakwah bertabligh pada setiap kesempatan dan di mana saja ia menemui orang berkumpul. Penghinaan dan ancaman dilontar kepada Nabi Syu'aib dan para pengikutnya akan diusir dan akan dikeluarkan dari Madyan jika mereka mahu menghentikan dakwahnya atau tidak mahu mengikuti agama adn cara-cara hidup mereka. Berkata mereka kepada Nabi Syu'aib dengan nada mengejek: "Kami tidak mengerti apa yang kamu katakan. Nasihat-nasihatmu tidak mempunyai tempat di dalam hati dan kalbu kami. Engkau adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah kedudukan dalam pengaulan maka tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi atau memimpin kami yang berfizikal lebih kuat dan berkedudukan yang lebih tinggi daripadamu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang kami segani dan hormati, nescaya engkau telah kami rejam dan sisihkan dari pengaulan kami."

Nabi Syu'aib menjawab: "Aku tidak akan hentikan dakwahku kepada risalah Allah s.w.t. yang telah diamanahkan kepadaku dan janganlah kamu mengharapkan bahawa aku mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti agamamu dan adat-istiadatmu setelah Allah s.w.t. memberi hidayahnya kepada kami. Pelindunganku adalah Allah Yang Maha Berkuasa dan bukan sanad kerabatku, Dialah yang memberi tugas kepadaku dan Dia pula akan melindungiku dari segala gangguan dan ancaman. Adakah sanak saudaraku yang engkau lebih segani daripada Allah yang Maha Berkuasa?"

Sejak berdakwah dan bertabligh menyampaikan risalah Allah s.w.t. kepada kaum Madyan, Nabi Syu'aib berhasil menyedarkan hanya sebahagian kecil dari kaumnya, sedang bahagian besar masih tertutup hatinya bagi cahaya iman dan tauhid yang diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala mempertahankan tradisi, adat-istiadat dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Itulah alasan mereka satu-satunya yang mereka kemukakan untuk menolak ajaran Nabi Syu'aib dan itulah benteng mereka satu-satunya tempat mereka berlindung dari serangan Nabi Syu'aib atas persembahan mereka yang bathil dan adat pengaulan mereka yang mungkar dan sesat. Di samping itu jika mereka sudah merasa tidak berdaya menghadapi keterangan-keterangan Nabi Syu'aib yang didukung dengan dahlil dan bukti yang nyata kebenaran, mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong seolah-olah Nabi adalah tukang sihir dan ahli sulap yang ulung. Mereka telah berani menentang Nabi Syu'aib untuk membuktikan kebenaran risalahnya dengan mendatangkan bencana dari Allah s.w.t. yang ia sembah dan menganjurkan orang menyembah-Nya pula.

Mendengar tentangan kaumnya yang menandakan hati mereka telah tertutup rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu yang ia bawa dan bahawa tiada harapan lagi akan menarik mereka ke jalan yang lurus serta mengangkat mereka dari lembah syirik dan kemaksiatan serta pergaulan buruk, maka bermohonlah Nabi Syu'aib kepada Allah s.w.t. agak menurunkan azzab seksanya kepada kaum Madyan bahawa wujud-Nya serta menentang kekuasaanNya untuk menjadi ibrah dan peringatan bagi generasi-generasi yang mendatang.

Allah Yang Maha Berkuasa berkenan menerima permohonan dan doa Syu'aib, maka diturunkanlah lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas yang mengeringkan kerongkongan kerana dahaga yang tidak dapat dihilangkan dengan air dan membakar kulit yang tidak dapat diubati dengan berteduh di bawah atap rumah atau pohon-pohon. Di dalam keadaan mereka yang sedang bingung, panik berlari-lari ke sana ke mari, mencari perlindungan dari terik panasnya matahari yang membakar kulit dan dari rasa dahaga kerana keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di atas kepala mereka gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah mereka ingin berteduh dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah awan hitam itu seraya berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke atas kepala mereka percikan api dari jurusan awan hitam itu diiringi oleh suara petir dan gemuruh ledakan dahsyat sementara bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan mereka berjatuhan, tertimbun satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka dengan serta-merta.

Nabi Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa kaumnya dan berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman: "Aku telah sampaikan kepada mereka risalah Allah s.w.t., menasihati dan mengajak mereka agar meninggalkan perbuatan mungkar serta persembahan bathil mereka dan aku telah memperingatkan mereka akan datangnya seksaan Allah s.w.t. bila mereka tetap berkeras hati, menutup telinga mereka terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran Allah s.w.t. yang aku bawa, namun mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak mempercayai peringatanku. Kerananya tidak patutlah aku bersedih hati atas terjadinya bencana yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.'
Please Subscribe my youtube channel. Tq.

Translate

CLOSE