Tukang batu yang dijauhkan dari api neraka

Tukang batu, api neraka
Tukang batu yang dijauhkan dari api neraka

Tukang batu yang dijauhkan dari api neraka

Diriwayatkan pada saat itu Rasulullah Saw baru tiba dari Tabuk, peperangan dengan bangsa Romawi yang kerap menebar ancaman pada kaum muslimin. Banyak sahabat yang ikut beserta Nabi dalam peperangan ini. Tidak ada yang tertinggal kecuali orang-orang yang berhalangan dan uzur.


Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti dibakar matahari.

Sang manusia Agung itupun bertanya, “Kenapa tanganmu kasar sekali?"

Si tukang batu menjawab, "Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, kerana itulah tangan saya kasar."

Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi baginda begitu terharu dan kagum melihat tangan si tukang batu yang kasar itu kerana mencari nafkah yang halal, lalu Rasullullah pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,

"Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada", 'inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya'.

Rasulullah Saw tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatatkan hanya tangan puterinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tapak tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah itu melepuh dan kasar.

Suatu ketika seorang laki-laki melintas di hadapan Rasulullah. Orang itu di kenal sebagai pekerja yang giat dan tangkas. Para sahabat kemudian berkata, ..

“Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.”

Mendengar itu Rasul Saw pun menjawab, “Kalau dia bekerja untuk memberi makan anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk memberi makan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (HR Thabrani)

Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyedari bahawa mereka telah kehilangan sebahagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupan mereka menjadi mundur. Rasulullah amat prihatin terhadap para pemalas ini.

”Maka apabila telah dilaksanakan solat, bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (QS. Al-Jumu’ah 10)

”Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi ini”. (QS Nuh19-20)

”Sesiapa sahaja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)

”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud, selalu makan dan hasil usahanya”. (HR. Bukhari)

”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan solat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang dijaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)

Subhanallah...

p/s sila like dan share cerita ini untuk tatapan kita bersama. tq

Translate

CLOSE