Nabi Ibrahim Di Bakar Dengan Nyalaan Api Yang Belum Pernah Di lihat Manusia

Nabi Ibrahim Di Bakar Dengan Nyalaan Api Yang Belum Pernah Di lihat Manusia


Di dalam Al-Qur’an, Allah juga berkisah tentang Nabi Ibrahim ketika beliau berkata kepada bapak dan kaumnya yang menyembah berhala: 

"Patung patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?” Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata".

Dan beliau berkata pula: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu". Dan Ibrahim pun bersumpah akan melakukan tipu daya terhadap patung patung itu setelah mereka pergi. 

Pada saat orang-orang pergi untuk menghadiri perayaan tahunan mereka, Nabi Ibrahim tetap tinggal dengan alasan sakit. Ketika ditinggal sendiri, lalu beliau secara diam-diam keluar menuju ke tempat berhala-berhala itu. Lalu ia menemukan patung-patung itu berada di pelataran yang sangat luas. Di hadapan patung-patung itu terdapat aneka makanan yang disediakan oleh orang-orang yang menyembahnya.

Kemudian Ibrahim berkata kepada patung-patung itu dengan nada mengejek: “Apakah kalian tidak makan? Mengapa kalian tidak menjawab?” Kemudian Nabi Ibrahim memukul patung-patung itu dengan tangan kanannya dengan kuat sehingga hancur berkeping-keping. Semuanya dihancurkan kecuali satu patung yang paling besar. 

Ketika orang-orang kembali dari perayaan, mereka mendapati berhala-berhala mereka telah hancur berantakan, lalu mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami?” Kemudian ada yang berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ".

Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan". Kemudian setelah orang-orang berkumpul, mereka mendatangi Nabi Ibrahim dan bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim? Nabi Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".

Lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." Mereka tidak mengerti mengapa Ibrahim menyuruh mereka bertanya kepada patung yang besar itu, padahal sudah jelas bahwa patung itu tidak dapat berbicara, apalagi menghancurkan patung-patung kecil lainnya. 

Pada saat itu, Nabi Ibrahim pun berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa'at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (QS Al-Anbiya : 66-67) 

Lihatlah teman-teman, betapa bodohnya orang-orang musyrik itu. Mereka menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri, yang mereka tahu tidak dapat berbicara bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri ketika dihancurkan! Ketika mereka merasa telah dikalahkan dalam dialog dan perdebatan itu, telah jelas kelemahan mereka, kebenaran telah tampak dan kebathilan telah hancur, maka mereka pun mengalihkan perhatian dan menggunakan kekuasaan.. 

Mereka berkata kepada kaumnya: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak". Maka mereka pun mendirikan bangunan untuk membakar Nabi Ibrahim, Mereka mengumpulkan kayu bakar dari berbagai macam tempat, lalu menuju ke tempat pembakaran yang sangat besar, kemudian meletakkan kayu-kayu itu di dalamnya dan membakarnya hingga api itu menyala-nyala dan berkobar sangat tinggi, yang belum pernah terlihat 

sebelumnya api seperti itu. Lalu mereka mengikat Ibrahim di atas manjaniq (alat pelontar besar di zaman dulu) dan melontarkannya ke dalam api yang menyala. Ketika Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, maka beliau pun membaca doa: “Cukuplah Allah bagiku, dan Dia sebaik-baik penolong.” Lalu Allah pun menolong Rasul-Nya dan berkata kepada api: “Hai api, menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” 

Pada hari itu api tidak melukai tubuh Nabi Ibrahim sedikit pun, padahal Ibrahim berada di tengah-tengah lingkaran api. Demikianlah, Allah akan selalu menolong Rasul-Nya dari kezaliman orang-orang kafir musyrik. Allah berfirman: “Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi.” (QS Al-Anbiya : 70) 

Demikianlah mereka memperoleh kerugian dan kehinaan di dunia, sedangkan di akhirat kelak, api neraka tidak akan pernah menjadi dingin dan keselamatan bagi mereka. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS Al-Furqan : 66)

Kisah Nabi Ibrahim- Burung Pipit Bantu Padamkan Api

Burung Pipit Bantu Padamkan Api

NEGARA Babylon adalah negeri yang aman dan makmur. Raja yang memerintah negeri itu ialah Raja Namrud bin Kan'an. Negeri Babylon ini mempunyai tanah yang luas dan subur. Raja Namrud memerintahkan rakyatnya mengukir patung-patung berhala. Mereka menganggap patung-patung itu adalah Tuhan.

Ketika itu, Nabi Ibrahim diutus untuk menyeru keluarganya dan kaumnya supaya meninggalkan penyembahan berhala. Tetapi mereka tidak mengendahkannya. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi ke istana Raja Namrud. Baginda mahu menemui Raja Namrud dan pembesar-pembesarnya. Baginda mahu penyembahan berhala dihentikan. Raja Namrud dan pengikutnya tidak mengendahkannya.

Pada setiap tahun, rakyat Babylon akan menyambut perayaan secara besar-besaran. Pada hari tersebut mereka akan keluar menuju ke tempat perhimpunan. Ketika itulah Nabi Ibrahim menjalankan rancangannya. Selepas mereka keluar menyambut perayaan, Nabi Ibrahim masuk ke tempat penyembahan mereka. Baginda memecahkan patung-patung berhala kecuali patung yang paling besar.

Kemudian baginda menggantungkan kapak tadi di leher patung yang paling besar itu. Selepas itu pulanglah semua orang daripada menyambut perayaan. Mereka pergi ke tempat berhala itu untuk menyembahnya. Alangkah terkejutnya mereka apabila didapati semua tuhan-tuhan mereka telah hancur dan berselerakan di atas lantai.

Mereka mencari Nabi Ibrahim dan menangkapnya. Raja Namrud mahu Nabi Ibrahim dibawa ke hadapan orang ramai supaya menjadi saksi atas perbuatan jenayahnya. Raja Namrud memerintahkan Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup. Raja Namrud memerintahkan seluruh rakyatnya mengumpul kayu-kayu. Setelah satu timbunan kayu api yang besar dilonggokkan, api pun dinyalakan. Nabi Ibrahim diikat dan diletakkan di atas pelontar lalu dicampakkan ke dalam api yang marak itu.

Ketika Nabi Ibrahim dibakar, burung-burung yang berterbangan juga menyaksikan peristiwa tersebut. Ada seekor burung pipit yang berasa kasihan melihat baginda yang dibakar hidup-hidup itu. Burung pipit itu mahu menolong Nabi Ibrahim. Burung pipit itu terbang mencari air. Ia menyedut dan menyimpan air tersebut di dalam paruhnya yang kecil itu. Burung-burung lain kehairanan melihat perlakuan burung pipit.

"Wahai pipit, apa yang engkau mahu lakukan?" tanya burung-burung yang lain.

"Aku mahu membantu Nabi Ibrahim. Aku mahu padamkan api yang membakar Nabi Ibrahim," jawab burung pipit.

"Macam mana kamu mahu padamkan api itu. Kamu tidak mampu membawa air yang banyak. Paruh yang kamu ada itu kecil. Sia-sia saja usaha kamu itu," kata burung lain pula.

Walau bagaimanapun, burung pipit tidak berputus asa dan meneruskan usahanya untuk membantu Nabi Ibrahim. Lalu ia membawa air yang disimpan di dalam paruhnya itu ke arah api yang marak. Dengan izin Allah, api yang marak itu semakin berkurangan. Itu sahaja yang ia mampu untuk membantu Nabi Ibrahim. Walaupun sedikit sahaja pertolongannya, ia berpuas hati. Sekurang-kurangnya ia dapat membantu Nabi Ibrahim.

Setelah kayu-kayu itu menjadi bara, maka orang ramai menghampiri unggun api yang telah menjadi bara. Burung pipit itu berasa gembira. Keyakinan burung pipit terhadap kekuasaan Allah semakin kuat dan terbang dengan penuh kesyukuran. Orang ramai yang berada di situ berasa terkejut apabila melihat Nabi Ibrahim keluar daripada bara api itu seperti sediakala. Badannya sedikitpun tidak melecur.

Kredit/Sumber: Buku Untaian 366 Kisah daripada al-Quran terbitan Edusystem Sdn. Bhd.

Translate

CLOSE