Kisah Nabi Yunus a.s.


Kisah Nabi Yunus a.s

Nabi Yunus a.s. ialah salah seorang rasul dan nabi yang diturunkan oleh Allah s.w.t. untuk membimbing manusia ke jalan yang benar.

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi lain seperti Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta (Dalam Perjanjian Lama, Yunus bin Amittai hanya disebutkan di luar kitab Yunus sendiri yakni dalam II Raja-raja 14:25). 

Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.

Nabi Yunus a.s. membawa ajaran tauhid

Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. 

Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.

Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.

Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. 

Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. 

Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami."

Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. 

Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.

Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami." 

Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.

Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. 

Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.

Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.

Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka. 

Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. 

Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.

Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami."

Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. 

Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.

Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.

Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain. 

Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.

Nabi Yunus a.s. ditelan ikan

Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allah mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba. Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang zalim."

Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya. 

Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.

Cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148.

Wallahualam.

Nabi Yunus Ditelan Ikan Nun

Nabi Yunus Ditelan Ikan Nun

Yunus bin Matta adalah seorang nabi yang di utuskan oleh Allah SWT utnuk berdakwah di sebuah tempat bernama Niwana. Nabi Yunus seorang pendatang ke Niwana semata-mata atas perintah Allah SWT untuk berdakwah kepada penduduknya.

Nabi Yunus mendapati penduduk Niwana merupakan manusia yang menyekutukan Allah dengan menyembah berhala. Nabi Yunus mengajar mereka tentang ilmu tauhid dan keimanan. Nabi Yunus juga memberi nasihat kepada mereka tentang kebodohan mereka menyembah berhala sedangkan berhala itu adalah hasil buatan manusia. Nabi Yunus menasihatkan mereka bahawa berhala tersebut tidak dapat memberi apa-apa manfaat kerana berhala itu tidak boleh bergerak dan berkata-kata. Nabi Yunus mengingatkan mereka supaya menyembah Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan Allah sajalah yang wajib ditaati.

Oleh kerana ajaran yang di bawa oleh Nabi Yunus itu ajaran baru, maka tidak ramai manusia yang mahu menerimanya. Mereka lebih suka menyembah berhala-berhala yang di sembah oleh datuk nenek mereka secara turun temurun. Walaupun Nabi Yunus memberi nasihat, tetapi mereka tetap berkeras dengan berkata "Ini adalah Tuhan kami (yakni berhala-berhala), datuk nenek kami telah lama menyembah tuhan-tuhan kami dan kami tetap tidak akan berganjak dari meninggalkan agama kami".

Nabi Yunus berkata "Aku hanya menyampai apa yang Allah menyuruh aku sampaikan kepada kamu semua, oleh itu kamu beriman dan bertauhidlah menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah SWT". Berkata Nabi Yunus lagi "Aku ini hanyalah pesuruh yang mana Allah SWT telah perintahkan kepadaku supaya menyelamatkan kamu semua daripada lembah kesesatan dan lembah kegelapan serta menyiarkan kepada kamu tentang agama yang suci bersih lagi murni dan membersihkan hati-hati kamu dari kufur dan syirik, demi untuk kebaikan kamu di dunia dan di akhirat."

Walaupaun Nabi Yunus telah memberi nasihat serta pengajaran supaya kembali ke pangkal jalan, mereka tetap dengan pendiriannya dan berkata "walau apa sekalipun kamu katakan kepada kami, kami tetap tidak akan berganjak dari agama kami dan kami juga tidak takut walau apa pun ancaman yang kamu katakan dan kalau mahu cubalah datangkan ancaman itu kepada kami, kalau kamu memang orang yang benar."

Setelah Nabi Yunus melihat keadaan mereka yang tidak menerima peringatannya itu, maka Nabi Yunus pun meninggalkan Niwana dengan rasa amat marah. Nabi Yunus berdoa kepada Allah supaya mereka yang keras kepala menerima hukuman yang sewajarnya. Sejak Nabi Yunus meninggalkan Niwana mereka gelisah melihatkan perubahan yang berlaku di tempat tinggal masing-masing.

Penduduk melihat Niwawa mengalami kegelapan, binatang peliharaan mereka juga seperti tidak tenteram dan di tambah pula dengan angin yang sangat kuat serta guruh yang mengegarkan. Dengan berlakunya perkara-perkara ini maka tahulah mereka bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Yunus itu adalah ajaran yang benar dan bukan satu ajaran yang direka. Akhirnya mereka menyesal dan keluar beramai-ramai dari kota pergi ke bukit lalu meminta ampun dan rahmat Allah SWT agar dijauhkan daripada sebarang malapetaka.

Allah SWT Maha Mengetahui akan hambaNya yang menyesal dan mohon ampun dariNya, maka Allah SWT pun menerima permintaan mereka, lalu Niwana yang gelap bertukar menjadi cerah, binatang ternakan tidak lagi dalam ketakutan dan mereka kembali tenang. Akhirnya mereka semua kembali dengan bersyukur kepada Allah SWT yang telah menyelamatkan mereka dari bahaya malapetaka. Nabi Yunus telah meninggalkan Niwana membawa diri tanpa tujuan.

Baginda naik bukit turun bulit, naik gunung turun gunung dan akhirnya ia sampai di pantai. Kebetulan pada masa itu dia melihat sebuah kapal hendak belayar, maka dia pun menghampiri pemilik kapal itu untuk turut serta belayar bersamanya. Setelah diberi keizinan maka Nabi Yunus menumpang kapal tersebut. Dalam pelayaran itu, kapal yang ditumpangi Nabi Yunus telah dilanda ribut taufan yang kuat.

Oleh itu kapten kapal telah memutuskan supaya barang yang dibawa hendaklah dikurangkan. Ini termasuk penghuni kapal kapal tersebut. Satu pengundian telah dibuat dan dalam undian tersebut Nabi Yunus dipilih sebagai orang yang harus dibuang ke laut. Oleh sebab Nabi Yunus adalah orang yang sangat dihormati dan disanjung, maka mereka mengadakan pemilihan sekali lagi dan kali kedua Nabi Yunus tetap terpilih.

Maka mereka mengundi sekali lagi dan akhirnya Nabi Yunus tahu bahawa ia adalah kehendak Allah. Nabi Yunus memikirkan kesalahannya kerana meninggalkan Niwana tanpa mendapat persetujuan Allah. Ia berfikir keputusan undi itu adalah disebabkan untuk menebus dosa yang telah dilakukannya. Nabi Yunus beristikharah, tanpa ragu-ragu Nabi Yunus terjun ke dalam laut yang sedang bergelombang ganas.

Ketika Nabi Yunus sedang berlawan dengan gelombang, maka Allah SWT mengarahkan seekor ikan nun (yu) supaya menelan Nabi Yunus hidup-hidup, maka ikan nun yang muncul itu pun menelan Nabi Yunus dan menyimpannya dalam perut tanpa ada cacat-celanya. Ketika Nani Yunus berada dalam perut ikan nun dia berdoa kepada Allah supaya mengampuni dosa yang telah dilakukan. Lalu Nabi Yunus membaca doa: "Tidak ada Tuhan yang benar di sembah hanya Engkau ya Alalh, mahasuci Engkau aku adalah orang yang membuat zalim atas diriku."

Maka Allah perkenankan permintaannya dan Allah lepaskan dia daripada kedukaan. Demikianlah Allah selamatkan orang yang beriman. Rasulullah bersabda maksudnya: "Nama tuhan yang mulia, siapa yang berdoa dengan nama itu akan diperkenankan doanya. Siapa yang meminta dengan nama itu, akan diberi apa yang diucapkan oleh Nabi Yunus dalam perut ikan nun." Firman Allah bermaksud "Jika tidak kerana dia (Nabi Yunus) daripada orang yang selalu mengucapkan tasbih, nescaya tidaklah ia dapat keluar dari perut ikan sampai hari kiamat."

Setelah beberapa lama Nabi Yunus berada dalam perut ikan nun, maka Allah pun melemparkan Nabi Yunus ke darat. Di tempat Nabi Yunus dilemparkan Allah menghidupkan pokok labu yang dapat Nabi Yunus bernaung di bawahnya dan dapat pula ia makan buat tersebut dan kembali segar. Ketika Nabi Yunus dilemparkan ke darat keadaannya amat letih.

Setelah Nabi Yunus berasa segar kembali maka Allah telah memerintahkannya supaya kembali ke Niwana. Nabi Yunus terkejut kerana penduduk sedang menanti kepulangannya. Penduduk tersebut meminta Nabi Yunus mengajar untuk menyempurnakan akidah dan imam mereka. Nabi Yunus berasa hairan kerana penduduk Niwana dahulunya terdiri daripada orang yang ingkar dengan perintah Allah tetapi kini hidup dan mati mereka semata-mata kerana Allah.

Wallaualam.

Nabi Yunus a.s. ditelan ikan Nun

Nabi Yunus AS Ditelan Ikan Nun

Yunus bin Matta adalah seorang nabi yang di utuskan oleh Allah s.w.t untuk berdakwah di sebuah tempat bernama Niwana. Nabi Yunus seorang pendatang ke Niwana semata-mata atas perintah Allah s.w.t untuk berdakwah kepada penduduknya.

Nabi Yunus mendapati penduduk Niwana merupakan manusia yang menyekutukan Allah dengan menyembah berhala. Nabi Yunus mengajar mereka tentang ilmu tauhid dan keimanan. Nabi Yunus juga memberi nasihat kepada mereka tentang kebodohan mereka menyembah berhala sedangkan berhala itu adalah hasil buatan manusia. Nabi Yunus menasihatkan mereka bahawa berhala tersebut tidak dapat memberi apa-apa manfaat kerana berhala itu tidak boleh bergerak dan berkata- kata. Nabi Yunus mengingatkan mereka supaya menyembah Allah s.w.t yang telah menciptakan manusia dan Allah sajalah yang wajib ditaati.

Oleh kerana ajaran yang di bawa oleh Nabi Yunus itu ajaran baru, maka tidak ramai manusia yang mahu menerimanya. Mereka lebih suka menyembah berhala-berhala yang di sembah oleh datuk nenek mereka secara turun temurun. Walaupun Nabi Yunus memberi nasihat, tetapi mereka tetap berkeras dengan berkata "Ini adalah Tuhan kami (yakni berhala-berhala), datuk nenek kami telah lama menyembah tuhan-tuhan kami dan kami tetap tidak akan berganjak dari meninggalkan agama kami".

Nabi Yunus berkata "Aku hanya menyampai apa yang Allah menyuruh aku sampaikan kepada kamu semua, oleh itu kamu beriman dan bertauhidlah menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah s.w.t". Berkata Nabi Yunus lagi "Aku ini hanyalah pesuruh yang mana Allah s.w.t telah perintahkan kepadaku supaya menyelamatkan kamu semua daripada lembah kesesatan dan lembah kegelapan serta menyiarkan kepada kamu tentang agama yang suci bersih lagi murni dan membersihkan hati-hati kamu dari kufur dan syirik, demi untuk kebaikan kamu di dunia dan di akhirat."

Walaupaun Nabi Yunus telah memberi nasihat serta pengajaran supaya kembali ke pangkal jalan, mereka tetap dengan pendiriannya dan berkata "walau apa sekalipun kamu katakan kepada kami, kami tetap tidak akan berganjak dari agama kami dan kami juga tidak takut walau apa pun ancaman yang kamu katakan dan kalau mahu cubalah datangkan ancaman itu kepada kami, kalau kamu memang orang yang benar."

Setelah Nabi Yunus melihat keadaan mereka yang tidak menerima peringatannya itu, maka Nabi Yunus pun meninggalkan Niwana dengan rasa amat marah. Nabi Yunus berdoa kepada Allah supaya mereka yang keras kepala menerima hukuman yang sewajarnya. Sejak Nabi Yunus meninggalkan Niwana mereka gelisah melihatkan perubahan yang berlaku di tempat tinggal masing-masing.

Penduduk melihat Niwawa mengalami kegelapan, binatang peliharaan mereka juga seperti tidak tenteram dan di tambah pula dengan angin yang sangat kuat serta guruh yang mengegarkan. Dengan berlakunya perkara-perkara ini maka tahulah mereka bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Yunus itu adalah ajaran yang benar dan bukan satu ajaran yang direka. Akhirnya mereka menyesal dan keluar beramai-ramai dari kota pergi ke bukit lalu meminta ampun dan rahmat Allah s.w.t agar dijauhkan daripada sebarang malapetaka.

Allah s.w.t Maha Mengetahui akan hambaNya yang menyesal dan mohon ampun dariNya, maka Allah s.w.t pun menerima permintaan mereka, lalu Niwana yang gelap bertukar menjadi cerah, binatang ternakan tidak lagi dalam ketakutan dan mereka kembali tenang. Akhirnya mereka semua kembali dengan bersyukur kepada Allah s.w.t yang telah menyelamatkan mereka dari bahaya malapetaka. Nabi Yunus telah meninggalkan Niwana membawa diri tanpa tujuan.

Baginda naik bukit turun bulit, naik gunung turun gunung dan akhirnya ia sampai di pantai. Kebetulan pada masa itu dia melihat sebuah kapal hendak belayar, maka dia pun menghampiri pemilik kapal itu untuk turut serta belayar bersamanya. Setelah diberi keizinan maka Nabi Yunus menumpang kapal tersebut. Dalam pelayaran itu, kapal yang ditumpangi Nabi Yunus telah dilanda ribut taufan yang kuat.

Oleh itu kapten kapal telah memutuskan supaya barang yang dibawa hendaklah dikurangkan. Ini termasuk penghuni kapal kapal tersebut. Satu pengundian telah dibuat dan dalam undian tersebut Nabi Yunus dipilih sebagai orang yang harus dibuang ke laut. Oleh sebab Nabi Yunus adalah orang yang sangat dihormati dan disanjung, maka mereka mengadakan pemilihan sekali lagi dan kali kedua Nabi Yunus tetap terpilih.

Maka mereka mengundi sekali lagi dan akhirnya Nabi Yunus tahu bahawa ia adalah kehendak Allah. Nabi Yunus memikirkan kesalahannya kerana meninggalkan Niwana tanpa mendapat persetujuan Allah. Ia berfikir keputusan undi itu adalah disebabkan untuk menebus dosa yang telah dilakukannya. Nabi Yunus beristikharah, tanpa ragu-ragu Nabi Yunus terjun ke dalam laut yang sedang bergelombang ganas.

Ketika Nabi Yunus sedang berlawan dengan gelombang, maka Allah s.w.t mengarahkan seekor ikan nun (yu) supaya menelan Nabi Yunus hidup- hidup, maka ikan nun yang muncul itu pun menelan Nabi Yunus dan menyimpannya dalam perut tanpa ada cacat-celanya. Ketika Nani Yunus berada dalam perut ikan nun dia berdoa kepada Allah supaya mengampuni dosa yang telah dilakukan. Lalu Nabi Yunus membaca doa: "Tidak ada Tuhan yang benar di sembah hanya Engkau ya Allah, mahasuci Engkau aku adalah orang yang membuat zalim atas diriku."

Maka Allah perkenankan permintaannya dan Allah lepaskan dia daripada kedukaan. Demikianlah Allah selamatkan orang yang beriman. Rasulullah bersabda maksudnya:

"Nama tuhan yang mulia, siapa yang berdoa dengan nama itu akan diperkenankan doanya. Siapa yang meminta dengan nama itu, akan diberi apa yang diucapkan oleh Nabi Yunus dalam perut ikan nun." Firman Allah bermaksud "Jika tidak kerana dia (Nabi Yunus) daripada orang yang selalu mengucapkan tasbih, nescaya tidaklah ia dapat keluar dari perut ikan sampai hari kiamat."

Setelah beberapa lama Nabi Yunus berada dalam perut ikan nun, maka Allah pun melemparkan Nabi Yunus ke darat. Di tempat Nabi Yunus dilemparkan Allah menghidupkan pokok labu yang dapat Nabi Yunus bernaung di bawahnya dan dapat pula ia makan buat tersebut dan kembali segar. Ketika Nabi Yunus dilemparkan ke darat keadaannya amat letih.

Setelah Nabi Yunus berasa segar kembali maka Allah telah memerintahkannya supaya kembali ke Niwana. Nabi Yunus terkejut kerana penduduk sedang menanti

kepulangannya. Penduduk tersebut meminta Nabi Yunus mengajar untuk menyempurnakan akidah dan imam mereka. Nabi Yunus berasa hairan kerana penduduk Niwana dahulunya terdiri daripada orang yang ingkar dengan perintah Allah tetapi kini hidup dan mati mereka semata-mata kerana Allah.

Nabi Yunus A.S Di Dalam Perut Ikan Paus

Nabi Yunus A.S Di Dalam Perut Ikan Paus

Beliau adalah Nabi yang mulia yang bemama Yunus bin Mata. Nabi Muhammad saw berkata: "Janganlah kalian membanding-bandingkan aku atas Yunus bin Mata."

Mereka menamakannya Yunus, Dzun Nun, dan Yunan. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia yang diutus oleh Allah s.w.t kepada kaumnya. Beliau menasihati mereka dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan; beliau mengingatkan mereka akan kedahsyatan hari kiamat dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan mengiming-imingi mereka dengan syurga; beliau memerintahkan mereka dengan kebaikan dan mengajak mereka hanya menyembah kepada Allah s.w.t.

Nabi Yunus senantiasa menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang beriman di antara mereka. Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana beliau merasakan keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan marah pada mereka namun mereka tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan marah dan menetapkan untuk meninggalkan mereka. Allah s.w.t menceritakan hal itu dalam firman- Nya:

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahawa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.'" (QS. al-Anbiya': 87)

Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi Yunus selain Allah s.w.t. Nabi Yunus tampak terpukul dan marah pada kaumnya. Dalam keadaan demikian, beliau meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi laut dan menaiki perahu yang dapat memindahkannya ke tempat yang lain. Allah s.w.t belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap putus asa dari kaumnya. 

Yunus mengira bahawa Allah s.w.t tidak mungkin menurunkan hukuman kepadanya kerana ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus seakan-akan lupa bahawa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan Allah s.w.t. Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Allah s.w.t dan menyerahkan sepenuhnya masalah keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap Allah s.w.t semata.

Terdapat perahu yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak akan tenggelam. Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak mengetahui apa yang dilakukan. Tiba- tiba datanglah ombak besar yang memukul ikan itu dan menyebabkan ikan itu berbenturan dengan batu. Melihat kejadian ini, Nabi Yunus merasakan kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya: "Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat. Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana beliau meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan beliau bertambah.

Nabi Yunus pun menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak mengetahui bahawa beliau lari dari ketentuan Allah s.w.t menuju ketentuan Allah s.w.t yang lain; beliau tidak membawa makanan dan juga kantong yang berisi bawaan atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang menemaninya; beliau benar-benar sendirian; beliau melangkahkan kakinya di atas permukaan perahu.

Si nahkoda perahu bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?" Mendengar pertanyaan itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya ingin untuk bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang lama?" Nabi Yunus menampakkan suara yang penuh kemarahan, rasa takut, dan kegelisahan. Nahkoda itu berkata sambil mengangkat kepalanya: "Kita akan berlayar meskipun air tampak sedang pasang." 

Nabi Yunus berkata dengan mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah engkau mendahului agar jangan sampai pasang itu terjadi wahai tuanku?" Si nahkoda berkata: "Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda ketika melihat seorang musafir yang mulia." Yunus bertanya: "Aku akan pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?" Si nahkoda menjawab: "Kami tidak menerima ongkos selain emas." Yunus berkata: "Tidak jadi masalah."

Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus. Ia adalah seorang yang berpengalaman di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Seringnya ia mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang lelaki yang mampu menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu merasakan dan mengetahui bahawa Nabi Yunus lari dari sesuatu. 

Nahkoda itu membayangkan bahawa Nabi Yunus melakukan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan kesalahan kepada pelakunya kecuali jika pelakunya seorang yang bangkrut. Ia meminta kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari vang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus saat itu merasakan kesempitan dalam dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan keinginan kuat untuk meninggalkan negerinya sehingga ia pun memberikan apa yang diminta oleh si nahkoda.

Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan ia menggigit sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan emas yang palsu namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus hanya berdiri menyaksikan semua itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik dan terkadang turun laksana ayunan. Nabi Yunus berkata: "Tuanku tentukan bagiku kamarku. Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda berkata: "Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia menunjuk dengan tangannya. 

Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di atas kasur dan beliau berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan kecil yang hancur berbenturan dengan batu menyebabkan beliau tidak dapat tidur dengan tenang. Nabi Yunus merasakan bahawa atap kamar akan jatuh menimpa dirinya. 

Akhirnya, Nabi Yunus tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya akan runtuh. Nabi Yunus pun mulai mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku yang tergantung dalam jiwaku."

Demikianlah, terjadi suatu pergulatan penderitaan yang hebat dalam diri Nabi Yunus saat ia terbaring di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup memberatkannya sehingga beliau pun bangkit kembali dari tempat tidurnya tanpa sebab yang dapat dipahami. Dan tibalah waktu pasang. Perahu melemparkan tali-talinya. Kemudian perahu itu berjalan sepanjang siang dan ia memecah airnya dengan tenang, dan angin pun bertiup padanya dengan sangat lembut dan baik. 

Lalu kegelapan menyelimuti perahu itu dan tiba-tiba lautan pun berubah. Bertiuplah angin yang cukup kencang yang sangat mengerikan yang nyaris menghancurkan perahu dan bergolaklah ombak yang cukup dahsyat laksana orang yang kehilangan akalnya. Ombak itu meninggi bagaikan gunung dan menurun bagaikan lembah.

Mulailah gelombang ombak menyapu permukaan perahu sehingga para awak perahu itu pun mulai terkena air. Dan di belakang perahu itu terdapat ikan paus yang besar yang mulai mengintai. Ia membuka mulutnya. Kemudian terdapat perintah kepada ikan paus itu untuk bergerak menuju permukaan laut. Ikan paus itu menaati perintah dari Allah s.w.t dan ia segera menuju permukaan laut. Ia mulai mengikuti perahu itu sebagaimana perintah yang diterimanya. 

Angin yang keras tetap bertiup kemudian kepala perahu mengisyaratkan dengan tangannya agar beban perahu dikurangi. Dan angin semakin bertiup kencang. Sementara itu, Nabi Yunus merasakan ketakutan. Dalam tidurnya beliau melihat segala sesuatu berguncang di kamarnya. Beliau berusaha berdiri tegak, tetapi tidak mampu. Kemudian kepala perahu berteriak dan berkata: "Sungguh angin kencang bertiup tidak seperti biasanya. Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga kerananya angin ini bertiup dengan kencang. Kita akan melakukan undian pada semua awak. Barangsiapa yang namanya keluar kami akan membuangnya ke lautan."

Nabi Yunus mengetahui bahawa ini adalah tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh awak perahu jika mereka menghadapi angin yang keras. Tetapi saat itu beliau terpaksa harus meng-ikutinya. Episode penderitaan Nabi Yunus akan dimulai. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk pada hukum ala berhala yang menganggap bahawa lautan mempunyai tuhan. Dengan kepercayaan itu, mereka meyakini bahawa bertiupnya angin yang kencang akibat murka dari tuhan. 

Oleh kerana itu, harus diadakan upaya untuk menenangkan dan memuaskan tuhan-tuhan yang mereka yakini itu. Nabi Yunus pun terpaksa mengikuti undian itu. Nama beliau dimasukkan bersama dengan nama penumpang lainya, dan dilakukanlah undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang kedua, dan kali ini pun yang keluar nama Nabi Yunus. Akhirnya, diadakan undian yang ketiga. 

Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus. Kemudian ditetapkan bahawa Nabi Yunus harus dibuang ke lautan. Saat itu para awak penumpang memperhatikan Nabi Yunus. Nabi Yunus mengetahui bahawa beliau berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Nabi Yunus mengira bahawa Allah s.w.t tidak akan menurunkan hukuman padanya. Namun ia dianggap salah kerana meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya. Allah s.w.t memberikan pelajaran kepadanya.

Nabi Yunus berdiri di samping perahu dan melihat lautan yang dipenuhi dengan ombak yang mengerikan. Dunia saat itu gelap dan di sana tidak ada cahaya bulan. Bintang-bintang bersembunyi di balik kegelapan. Warna air tampak gelap dan hawa dingin menembus tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian nahkoda perahu berteriak: "Lompatlah wahai musafir yang misterius." Tiupan angin semakin kencang. 

Nabi Yunus berusaha menjaga keseimbangannya, dan beliau menampakkan keberaniannya saat ingin terjun ke lautan. Nabi Yunus pun terjun dan berada di permukaan lautan laksana sampang yang mengambang. Ikan paus berada di depannya. Ikan itu mulai tersenyum kerana Allah s.w.t telah mengirim padanya makanan malam. Kemudian ikan itu menangkap Nabi Yunus di tengah-tengah ombak. Kemudian ikan itu kembali ke dasar lautan. Ikan itu kembali dalam keadaaan puas setelah memenuhi perutnya.

Nabi Yunus sangat terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan itu membawanya ke dasar lautan dan lautan membawanya ke kegelapan malam. Tiga kegelapan: kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam. Nabi Yunus merasakan bahawa dirinya telah mati. Beliau mencoba menggerakan panca inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu, beliau masih hidup. Beliau terpenjara dalam tiga kegelapan.

Yunus mulai menangis dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melakukan perjalanan menuju Allah saat beliau terpenjara di dalam tiga kegelapan. Hatinya mulai bergerak untuk bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah. Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." (QS. Hud: 87)

Ketika terpenjara di perut ikan, beliau tetap bertasbih kepada Allah s.w.t. Ikan itu sendiri tampak kelelahan saat harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu tertidur di dasar lautan. Sementara itu, Nabi Yunus masih bertasbih kepada Allah s.w.t. Beliau tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau tidak makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka dengan tasbih. Ikan- ikan yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang hidup di dasar lautan mendengar tasbih Nabi Yunus. Tasbih itu berasal dari perut ikan paus ini. Kemudian semua makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu dan mereka pun ikut bertasbih kepada Allah s.w.t. Setiap dari mereka bertasbih dengan caranya dan bahasanya sendiri.

Ikan paus yang memakan Nabi Yunus itu terbangun dan mendengar suara- suara tasbih begitu riuh dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu perayaan besar yang dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan- hewan lainya, bahkan batu-batuan dan pasir semuanya bertasbih kepada Allah s.w.t dan ia pun tidak ketinggalan ikut serta bersama mereka bertasbih kepada Allah s.w.t. Dan ia mulai menyadari bahawa ia sedang menelan seorang Nabi. Ikan paus itu merasakan ketakutan tetapi ia berkata dalam dirinya mengapa aku takut? Bukankah Allah s.w.t yang memerintahkan aku untuk memakannya. 

Nabi Yunus tetap tinggal di perut ikan selama beberapa waktu yang kita tidak mengetahui batasannya. Selama itu juga beliau selalu memenuhi hatinya dengan bertasbih kepada Allah s.w.t dan selalu menampakkan penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri." Allah s.w.t melihat ketulusan taubat Nabi Yunus. Allah s.w.t mendengar tasbihnya di dalam perut ikan. Kemudian Allah s.w.t menurunkan perintah kepada ikan itu agar mengeluarkan Yunus ke permukaan laut dan membuangnya di suatu pulau yang ditentukan oleh Allah s.w.t.

Ikan itu pun menaati perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus merasakan kepanasan di perut ikan. Beliau tampak sakit, lalu matahari bersinar dan menyentuh badannya yang kepanasan itu. Beliau berteriak kerana tidak kuatnya menahan rasa sakit namun beliau mampu menahan diri dan kembali bertasbih. Kemudian Allah s.w.t menumbuhkan pohon Yaqthin, yaitu pohon yang daun-daunnya lebar yang dapat melindungi dari sinar matahari. Dan Allah s.w.t menyembuhkannya dan mengampuninya. Allah s.w.t memberitahunya bahawa kalau bukan kerana tasbih yang diucapkannya nescaya ia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kiamat.

Allah s.w.t berfirman:

"Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, nescaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka beriman, kerana itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (QS. ash-Shaffat: 139-148)

"Dan (ingatlah kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu mereka menyangka bahawa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang-orang yang zalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (QS. al-Anbiya': 87-88)

Kita sekarang ingin membahas masalah yang menurut ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus. Apakah Nabi Yunus melakukan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan apakah para nabi memang berdosa? Jawabannya adalah: Para nabi adalah orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak bererti bahawa mereka tidak melakukan sesuatu yang menurut Allah s.w.t itu pantas mendapatkan celaan (hukuman). Jadi masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang dekat dengan Allah s.w.t: 

Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah s.w.t). Ini memang benar. Sekarang, marilah kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau meninggalkan desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka hal itu merupakan suatu kebaikan dan kerananya ia diberi pahala. Sebab, ia berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah s.w.t kepada mereka. Seharusnya ia menyampaikan dakwah di jalan Allah s.w.t dan ia tidak peduli dengan hasil dakwahnya. Tugas beliau hanya sekadar menyampaikan agama. Keluarnya beliau dari desa itu - dalam kacamata para nabi - adalah hal yang mengharuskan datangnya pelajaran dari Allah s.w.t dan hukuman- Nya padanya.

Allah s.w.t memberikan suatu pelajaran kepada Yunus dalam hal dakwah di jalan-Nya. Allah s.w.t mengutusnya hanya untuk berdakwah. Inilah batasan dakwahnya dan beliau tidak perlu peduli dengan kaumnya yang tidak mengikutinya dan kerana itu beliau tidak harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luth tetap tinggal di kaumnya meskipun selama bertahun- tahun berdakwah beliau tidak mendapati seorang pun beriman. Meskipun demikan, Nabi Luth tidak meninggalkan mereka. Ia tidak lari dari keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah di jalan Allah s.w.t sehingga datang perintah Allah s.w.t melalui para malaikat-Nya yang mengizinkan beliau untuk pergi. Saat itulah beliau pergi. Seandainya beliau pergi sebelumnya nescaya beliau akan mendapatkan siksaan seperti yang diterima oleh Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus keluar tanpa izin. Lalu perhatikan apa yang terjadi pada kaumnya. Mereka telah beriman setelah keluamya Nabi Yunus. Allah s.w.t berfirman:

"Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu." (QS. Yunus: 98)

Demikianlah, desa Nabi Yunus beriman. Seandainya ia tetap tinggal bersama mereka nescaya ia akan mengetahuinya dan hatinya menjadi tenang serta kemarahannya akan menjadi hilang. Tampaknya beliau tergesa-gesa dan tentu sikap tergesa-gesa ini berangkat dari keinginannya agar manusia beriman. Usaha Nabi Yunus untuk meninggalkan mereka adalah sebagai ungkapan kebenciannya kepada mereka atas ketidakimanan mereka. Maka Allah s.w.t menghukumnya dan mengajarinya bahawa tugas seorang nabi hanya menyampaikan agama. Seorang nabi tidak dibebani urusan keimanan manusia; seorang nabi tidak bertanggung jawab atas pengingkaran manusia; dan seorang nabi tidak dapat memberikan hidayah (petunjuk) kepada mereka.

Translate

CLOSE