Saleh a.s (koleksi 2)

Nabi Saleh AS, menurut silsilah, beliau adalah putra dari 'Ubaidah bin Tsamud bin 'Amir bin Iram bin Sam bin Nuh AS. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur.
Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh AS.

Mukjizat Nabi Saleh AS
Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh AS menunjukkan mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian, tak ada jalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah SWT agar memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya. Nabi Saleh AS kemudian mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi Saleh, tapi sebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh, melainkan karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh.
Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu. Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah mereka melihat unta sebagus itu.
Nabi Saleh kemudian berpesan pada kaumnya, "Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur. Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambil air sumur dan unta ini tidak minum air itu sedikit pun juga."

Kedurhakaan kaum Tsamud
Tetapi rupanya keberadaan unta yang membawa berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh. Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh akan mendapatkan hadiah berupa gadis cantik. Tersebutlah dua orang pemuda yang nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini.
Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah, tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan.
Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa lega. Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, "Hai Saleh, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!" Berkata Nabi Saleh, "Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari. Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu."
Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi Saleh dan berkata, "Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa itu kepada kami?" Nabi Saleh menjawab, "Wahai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan datangnya siksa? Bukan malah meminta kebaikan? Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah, semoha kalian diberi ampun."

Azab bagi kesombongan Kaum Tsamud
Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka? Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya?
Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh AS. Beliau selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat kedurhakaan mereka, Allah SWT menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh AS dan keluarnya mengungsi ke Ramlah, sebuah tempat di Palestina.
Kisah Nabi Saleh AS termuat di Al Qur'an dalam 73 ayat yang tersebar di 11 surat, diantaranya surat Al-A'râf: 73-79, Hûd: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.

Nabi Hud A.S

Nabi Hud A.S

Nabi Hud AS turun di tengah-tengah kaum Aad yang terkenal memiliki fisik tegar dan berotot kuat. Namun moral mereka sangat buruk, di antara mereka berlaku hukum rimba, siapa kuat, dialah yang menang. Kaum ini hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman. Mereka adalah kaum penyembah berhala-berhala bernama Shamud, Shada, dan Al Haba. Kejahatan dan kemaksiatan mereka benar-benar keterlaluan.

Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun cerdas dan tegas. Beliau adalah keturunan Sam bin Nuh AS, putra Nabi Nuh. Beliau diutus ke tengah-tengah kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Namun imbauan Nabi Hud AS agar kaumnya sadar dan melangkah di jalan Allah tidak diindahkan, sehingga Allah SWT menurunkan azab dalam 2 tahap.

Tahap pertama berupa kekeringan yang hebat. Nabi Hud AS berusaha meyakinkan mereka bahwa itu adalah azab Allah dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada Allah SWT. Kaum Aad tetap tidak percaya sehingga turunlah azab kedua berupa bencana angin topan yang dahsyat selama 7 malah 8 hari yang memusnahkan semua ternak dan tanaman. Bencana itu membinasakan kaum Aad yang congkak. Hanya Nabi Hud AS dan kaumnya yang selamat dari azab tsb.

Dalam Al Qur'an, kisah Nabi Hud AS terdapat dalam 68 ayat yang tertera dalam 10 surat, diantaranya surat Hûd: 50-60.

Bahtera Nabi Nuh A.S Dikotori Oleh Kaumnya

Bahtera Nabi Nuh A.S Dikotori Oleh Kaumnya

Setelah berabad-abad berlalu dari masa Nabi Idris, dan moral manusia sudah terlalu jauh menyimpang dari kebenaran, Allah SWT menurunkan seorang nabi bernama Nuh. Ia merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Adam AS.

Ia diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Ia menjalankan misinya selama lima abad dan meninggal dalam usia 950 tahun.

Nabi Nuh terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara, bijaksana, dan sabar dalam menjalankan tugas risalahnya. Namun demikian, ia hanya mendapatkan pengikut antara 70 sampai 80 orang, itu pun hanya dari kalangan orang-orang lemah.

Bahtera Nabi Nuh

Melihat kaumnya yang keras kepala, Nabi Nuh AS berdoa kepada Allah SWT supaya kaumnya itu ditimpa musibah. Allah SWT mengabulkan doa Nabi Nuh AS dan memerintahkan ia dan pengikutnya untuk membuat perahu. Segeralah Nabi Nuh AS dan pengikutnya membuat perahu di atas bukit. Kaumnya yang keras kepala, termasuk seorang anaknya yang bernama Kana'an, terus mengolok-olok perbuatan Nabi Nuh AS dan kaumnya ini. 

Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada disana. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorang pun bisa menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka meminta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori, setelah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.

Setelah perahu Nabi Nuh AS selesai, Nabi Nuh mengajak seluruh pengikutnya naik ke atas kapal. Nabi Nuh juga membawa seluruh jenis binatang masing-masing sepasang untuk tiap jenis. Ini supaya kelak jenis hewan tsb bisa berkembang biak kembali dan tidak ikut punah.

Setelah itu, azab Allah SWT berupa banjir besar yang dahsyat menghanyutkan seluruh kaumnya. Putra Nabi Nuh AS, Kana'an, termasuk di antara mereka. Dari atas geladak kapal, didorong oleh hati kecilnya, Nabi Nuh AS berteriak memanggil anaknya dan menyuruhnya bertobat, namun Kana'an tetap menolak sehingga akhirnya ia pun tenggelam.

Nabi Nuh AS sangat bersedih dan menyesali sikap putranya yang tetap keras kepala sampai saat terakhir menjelang ajalnya. Ia menyampaikan kegundahan perasaannya ini pada Allah SWT. Namun Allah SWT memberinya peringatan, bahwa meskipun putranya itu adalah keturunannya sendiri, tapi ia termasuk kafir karena mengingkari ajarannya.

Setelah kaum yang durhaka itu musnah, azab Allah SWT pun berhenti. Kapal Nabi Nuh AS tertambat di sebuah bukit. Kisah Nabi Nuh AS termuat di Al Qur'an dalam 43 ayat, 28 ayat diantaranya terdapat dalam surat Nuh.

MENGENAL ISTERI-ISTERI NABI MUHAMMAD SAW

Berikut ini nama-nama isteri Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam dan sekilas penjelasannya.
1. SITI KHADIJAH
Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi SAW.
Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda. Lima belas tahun setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat menjadi Nabi, yaitu pada umur 40 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 621 A.D, dimana tahun itu bertepatan dengan Mi’raj nya Nabi Muhammad SAW ke Surga. Nabi SAW sangatlah mencintai Khadijah. Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah Nabi SAW baru mau menikahi wanita lain.
2.SAWDA BINTI ZAM’A
Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam’a sudah 65 tahun, tua, miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa Nabi SAW menikahinya.

3. AISHAH SIDDIQA
Seorang perempuan bernama Kholeah Bint Hakeem menyarankan agar Nabi SAW mengawini Aishah, putri dari Abu Bakar, dengan tujuan agar mendekatkan hubungan dengan keluarga Abu Bakar.
Waktu itu Aishah sudah bertunangan dengan Jober Ibn Al Moteam Ibn Oday, yang pada saat itu adalah seorang Non-Muslim. Orang-orang di Makkah tidaklah keberatan dengan perkawinan Aishah, kerana walaupun masih muda, tapi sudah cukup dewasa untuk mengerti tentang tanggung jawab didalam sebuah perkawinan.
Nabi Muhammad SAW bertunangan dulu selama 2 tahun dengan Aishah sebelum kemudian mengawininya.
Dan bapaknya Aishah, Abu Bakar pun kemudian menjadi khalifah pertama setelah Nabi SAW meninggal.

4. HAFSAH BINTI UMAR
Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke dua. Pada mulanya, Umar meminta Uthman mengawini anaknya, Hafsah. Tapi Uthman menolak karena istrinya baru saja meninggal dan dia belum mau kawin lagi.
Umar pun pergi menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya Umar pun mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya.
Nabi SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah demikian juga Uthman akan menikah lagi.
Akhirnya, Usman mengawini putri Nabi SAW iaitu Umi Kaltsum, dan Hafsah sendiri menikah dengan Nabi SAW.
Hal ini membuat Uthman dan Umar gembira.

5. ZAINAB BINTI KHUZAYMA
Suaminya meninggal pada perang UHUD, meninggalkan dia yang miskin dengan beberapa orang anak. Dia sudah tua ketika nabi SAW mengawininya. Dia meninggal 3 bulan setelah perkawinan iaitu pada tahun 625 A.D.

6. SALAMA BINTI UMAYYA
Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al Mogherab, meninggal dunia, sehingga meninggalkan dia dan anak-anaknya dalam keadaan miskin.
Dia saat itu berumur 65 tahun. Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya meminta dia mengahwininya, tapi kerana sangat cintanya dia pada suaminya, dia menolak.
Baru setelah Nabi Muhammad SAW mengahwininya dan merawat anak-anaknya, dia bersedia.
7. ZAINAB BINTI JAHSH
Dia adalah putri ibu saudara Nabi Muhammad SAW, Umamah binti Abdul Muthalib. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW sudah mengatur agar Zainab mengawini Zayed Ibn Hereathah Al Kalby.
Tapi perkawinan ini kandas tidak lama, dan Nabi menerima wahyu bahwa jika mereka bercerai nabi mesti mengawini Zainab (surah 33:37).

8. ALJUAYRIYA BINTI HARITH
Suami pertamanya adalah Masafeah Ibn Safuan.
Nabi Muhammad SAW menghendaki agar kelompok dari Juayreah (Bani Al Mostalaq) masuk Islam. Juayreah menjadi tahanan ketika Islam menang pada perang Al-Mustalaq (Battle of Al-Mustalaq) .
Bapak Juayreyah datang pada Nabi SAW dan memberikan wang sebagai penebus anaknya, Juayreyah. Nabi SAW pun meminta bapanya agar membiarkan Juayreayah untuk memilih.Ketika diberi hak untuk memilih, Juayreyah menyatakan ingin masuk Islam dan menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir. Akhirnya Nabi pun mengawininya, dan Bani Almustalaq pun masuk Islam.

9. SAFIYYA BINTI HUYAYY
Dia adalah dari kelompok Jahudi Bani Nadir.
Dia sudah menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian menikahi Nabi SAW.
10. UMMU HABIBA BINTI SUFYAN
Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish.Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW. Aubed Allah meninggak di Ethiopia. Raja Ethiopia pun mengatur perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan nabi SAW pada 1 AH, tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama Nabi SAW di Madina, ketika nabi 60 tahun dan dia 35 tahun.
11. MAYMUNA BINTI AL HARITH
Suami pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey.
Dia masih berumur 36 tahun ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60 tahun.
Ketika Nabi SAW membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia datang menemui Nabi SAW, masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya.
Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk merima Islam dan nabi SAW.
12. MARIA AL QABTIYYA
Dia awalnya adalah orang yang membantu menangani permasalahan dirumah Rasullullah yang dikirim oleh Raja Mesir. Dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim. Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. Tiga tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan Maria akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H. Waktu itu, Umar bin Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-Baqi.

Kisah Nabi Yusuf A.S

Kisah Nabi Yusuf A.S

Nabi Yusuf a.s. - (نبي يوسف عليه السلام) - merupakan salah seorang daripada golongan nabi dan rasul yang wajib diketahui. Kisah baginda dikisahkan dalam al-Qur'an iaitu dalam Surah Yusuf. Kisah baginda turut dikisahkan dengan nama Joseph, dalam Perjanjian Lama.

Baginda merupakan putera ketujuh (ada sumber mengatakan anak kesebelas) Nabi Ya'akub a.s. dan baginda berkongsi ibu yang dikenali sebagai Rahil dengan adiknya, Bunyamin. Baginda mempunyai 12 orang adik beradik lelaki dan baginda mempunyai rupa paras yang tampan dan dimanjai oleh bapanya. Walau bagaimanapun, ibu kandungnya wafat ketika baginda berusia 12 tahun.

Kasih sayang yang diperolehi dan kelebihan pada baginda dan Bunyamin mendorong 10 adik-beradik lelaki dari ibu yang lain berasa iri-hati dan dengki yang mewujudkan komplot menarik perhatian bapa mereka. Mereka bercadang untuk membunuh baginda.

Yahudza, anak lelaki keempat dari Nabi Ya’akub dan yang paling cekap dan bijaksana di antara mereka tidak bersetuju dengan cadangan pembunuhan memandangkan perlakuan tersebut adalah dilarang. Maka, demi menghalau Yusuf, dia mencadangkan untuk mencampakkan baginda ke dalam sebuah "perigi buta" yang terletak di persimpangan jalan kafilah-kafilah dagang dan para musafir beristirehat. Dengan itu, berkemungkinan Yusuf akan diselamatkan dari perigi tersebut dan di bawa oleh sesiapa sahaja untuk dijadikan hamba.

Mimpi agung

Pada malam saudara baginda mengadakan komplot tentang baginda, Yusuf sedang tidur dan bermimpikan suatu yang aneh lalu menceritakan kepada ayahnya:

(Ingatlah peristiwa) ketika Nabi Yusuf berkata kepada bapanya: "Wahai ayahku! Sesungguhnya aku mimpi melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan; aku melihat mereka tunduk memberi hormat kepadaku". Bapanya berkata: "Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, kerana aku khuatir mereka akan menjalankan sesuatu rancangan jahat terhadapmu. Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia." Dan demikianlah caranya Tuhanmu memilihmu dan akan mengajarmu tafsir mimpi serta akan menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Ya’akub sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada datuk nenekmu dahulu: Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana. (12:4-6)

Mimpi tersebut menunjukkan kelebihan yang diberikan Tuhan kepada baginda Nabi Yusuf. Amatlah berbahaya untuk membongkarkan mimpi tersebut kepada adik-beradiknya yang lain memandangkan dia dan adiknya, Bunyamin sudahpun dicemburui.

Yusuf dimasukkan ke dalam perigi

Pada hari sebelum mereka menjalankan rancangan, adik beradik Yusuf menghadap Nabi Ya’akub untuk meminta izin membawa Yusuf bermain bersama mereka tetapi bapanya bimbang akan keselamatan Yusuf yang berkemungkinan baginda akan dimakan serigala jika mereka tidak menjaganya.

Mereka berjaya menjalankan rancangan mereka dengan mencampakkan Yusuf ke dalam perigi dan pulang ke rumah pada senjanya dengan berpura-pura menangis dan mengatakan Yusuf dimamah serigala sambil menunjukkan baju Yusuf yang dilumuri darah palsu.

Sementara itu, baginda Nabi Yusuf telah ditemui oleh rombongan pedagang yang berhenti untuk mengambil air lalu baginda dibawa ke Mesir. Di sana, baginda dijual dengan harga beberapa dirham sahaja. Baginda dibeli oleh seorang berbangsa Qibti atau Mesir yang bernama Futhifar (dalam al-Qur'an digelar al-Aziz - diceritakan bahawa beliau adalah ketua polis). Baginda berkhidmat sebagai hamba di Mesir sehingga dewasa.

Isteri Futhifar (Zulaikha)

Yusuf hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar, Ketua Polis Mesir, sejak ia menginjakkan kakinya di rumah itu dan kepercayaan penuh dari kedua majikannya. Nabi Yusuf yang telah dewasa mempunyai rupa yang menawan dan menarik minat ramai perempuan Mesir dan salah satu daripadanya ialah isteri kepada tuannya.

Setelah lama menahan kehendak, isteri Futhifar memancing Yusuf agar baginda terlebih dahulu mendekatinya dan bukannya dia dulu yang mendekati Yusuf demi menjaga kehormatan dirinya sebagai isteri Ketua Polis. Dia selalu berdandan dan berhias malah menggoda Yusuf apabila baginda berada di rumah. Sikap dingin dan acuh tak acuh baginda terhadap rayuan dan ajakan Zulaikha membuat Zulaikha terdesak dengan nafsunya dan memerangkap baginda untuk ke bilik tidurnya dan menawarkan dirinya. Penolakan baginda membuatkan wajah Zulaikha kemerahan, tanda marah yang meluap-luap kerana merasakan dirinya dihina dan diremehkan oleh Yusuf dan menganggapnya suatu perbuatan kurang ajar dari seorang hamba terhadap seorang tuan .

Akhirnya, Yusuf terperangkap apabila Futhifar pulang ketika Zulaikha menarik koyak belakang baju baginda ketika mengejar baginda yang hendak ke pintu. Tanpa sempat Yusuf membuka mulut, Zulaikha memfitnah baginda di hadapan suaminya. Walau bagaimanapun, baginda terselamat dengan bukti yang berada di hadapan mereka iaitu baju baginda koyak di belakang dan bukan di hadapan. Akhirnya, Futhifar menyebelahi Yusuf dan berita itu sampai ke masyarakat umum.

Cacian dan cemuhan yang diterima Zulaikha membuatkan Zulaikha mempunyai niat untuk mengenakan Yusuf kembali. Lalu diadakan satu jamuan (di kalangan wanita) dan para jemputan diberikan pisau untuk memotong makanan mereka. Kemudian, Yusuf disuruh untuk keluar di hadapan para jemputan lalu rupa parasnya membuatkan mereka ternganga hingga mereka tidak sengaja telah melukai jari-jari tangan sendiri dan mengatakan yang Yusuf bukanlah manusia biasa tetapi malaikat.

Dengan mengambil kesempatan tentang apa yang terjadi, Zulaikha menerangkan betapa Yusuf tidak mendengar arahan tuannya dan betapa Zulaikha tidak bersalah dalam hal ini dengan mengatakan pasti dia takkan jatuh hati kepadanya kalau bukan kerana paras rupanya. Maka, ramai undangan bersetuju dan menggesa Yusuf untuk menurut sahaja. Yusuf yang tidak rela dengan gesaan itu berdoa agar dia lebih rela dimasukkan ke dalam penjara.

Futhifar, Ketua Polis Negara, suami Zulaikha memang pasti Yusuf bersih dari tuduhan yang dilemparkan dan sedar isterinya yang mencemarkan nama baik keluarganya. Kerana itu dia sanggup mengikut kata isterinya untuk memenjarakan Yusuf agar orang berpendapat yang Yusuf bersalah untuk mengembalikan nama baiknya.

Penjara dan tafsiran mimpi

Yusuf dimasukkan ke dalam penjara bukan disebabkan telah melakukan kesalahan, tetapi kerana tuannya ingin meletakkan kesalahan pada diri baginda. Walau bagaimanapun, bagi baginda, penjara adalah tempat yang aman untuk menghindari segala godaan dan tipu daya yang akan menjerumuskannya ke dalam kemaksiatan dan perbuatan mungkar dan keadaan yang sempit dan tidak selesa membolehkan baginda beribadat.

Yusuf dipenjarakan bersama dua orang pegawai istana Firaun yang dituduh hendak meracuni Firaun atas perintah dan dengan kerjasama pihak musuh istana. Salah seorang daripada mereka ialah penjaga gudang makanan dan seorang lagi ialah pelayan meja istana. Pada suatu hari, kedua tahanan itu menceritakan kepada baginda bahwa mereka telah mendapat mimpi.

Si pelayan bermimpi dia akan memerah anggur dan si penjaga gudang melihat dirinya menjunjung roti sambil dipatuk dan disambar burung. Mereka berharap agar Yusuf mentafsirkan mimpi tersebut memandangkan mereka melihat baginda sebagai orang yang boleh berbuat demikian.

Yusuf memberi tafsiran bahawa si pelayan yang memerah anggur akan dibebaskan manakala yang disambar burung akan dihukum mati. Maka, benarlah apa yang dikatakan baginda dan si pelayan itu dibebaskan.

Baginda memesan agar si pelayan itu menyebut namanya di hadapan siapa dia bekerja iaitu Firaun dan memberitahu yang dia dipenjarakan bukan atas kesalahannya. Walau bagaimanapun, si pelayan itu telah terlupa dan menyebabkan baginda terperangkap di dalam penjara untuk beberapa tahun lagi.

Ganjaran Firaun

Pada suatu hari, firaun Mesir mengumpulkan para pembesar, penasihat dan cendekiawan untuk mentafsir mimpi yang telah merunsingkan dan menakutkannya. Firaun itu bermimpi melihat tujuh ekor lembu gemuk dimakan oleh tujuh ekor lembu yang kurus-kurus. Dia juga melihat dalam mimpinya tujuh tangkai gandum hijau di samping tujuh tangkai yang lain kering.

Tiada siapapun yang dapat memberikan tafsiran bagi mimpi Firaun bahkan sebahagian mereka menganggapnya hanyalah mimpi kosong yang tidak bererti dan menganjurkan Firaun agar melupakan saja mimpinya itu.

Pelayan Firaun, pemuda yang pernah berjumpa Yusuf di dalam penjara teringat pesan Nabi Yusuf kepadanya sewaktu dia dikeluarkan dari penjara. Lalu dia memberanikan diri untuk menghampiri Firaun mengesyorkan agar Firaun merujuk kepada Yusuf.

Dengan izin Firaun, pelayan tersebut mengunjungi Nabi Yusuf di dalam penjara dan menceritakan apa yang berlaku kisah mimpi Firaun dan jawapan penasihat Firaun. Dia mengatakan kepada Nabi Yusuf jika Firaun dapat dipuaskan dengan tafsir mimpinya, berkemungkinan baginda akan dikeluarkan dari penjara setelah bertahun lamanya.

Yusuf menjawab: "Hendaklah kamu menanam bersungguh-sungguh tujuh tahun berturut-turut, kemudian apa yang kamu tuai biarkanlah dia pada tangkai-tangkainya; kecuali sedikit dari bahagian yang kamu jadikan untuk makan. Kemudian akan datang selepas tempoh itu, tujuh tahun kemarau yang besar, yang akan menghabiskan makanan yang kamu sediakan baginya; kecuali sedikit dari apa yang kamu simpan (untuk dijadikan benih). "Kemudian akan datang pula sesudah itu tahun yang padanya orang ramai beroleh rahmat hujan, dan padanya mereka dapat memerah (hasil anggur, zaitun dan sebagainya)". (12:47-49)

Nabi Yusuf yang sudah cukup derita hidup sebagai banduan yang tidak berdosa enggan keluar dari penjara sebelum peristiwanya dengan isteri Ketua Polis Negara diselesaikan terlebih dahulu dan fitnah yang dituduh ke atasnya. Baginda ingin keluar dari penjara sebagai orang yang suci bersih.

Firaun Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan oleh tafsir mimpi baginda, membantu baginda lalu Firaun Mesir mengeluarkan titah untuk mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan Zulaikha dan terhiris jari ketika itu. Mereka menceritakan tentang apa yang mereka lihat dan alami dalam jamuan itu dan mengatakan Nabi Yusuf adalah ia seorang yang jujur, dan bersih. Zulaikha pula mengaku dialah yang bersalah.

Hasil pertemuan itu diumumkan ke seluruh lapisan masyarakat dan atas perintah Firaun, Nabi Yusuf dikeluarkan dari penjara secara hormat dan bersih dari segala tuduhan.

Sebagai wazir Mesir

Kecerdasan, pengetahuan, kesabaran , kejujuran, keramahan dan akhlak serta budi pekerti baginda membuatkan Firaun terfikir untuk menyerahkan tugas untuk membantunya memimpin negara dan rakyat. Maka, Yusuf ditawarkan untuk tinggal di istana dan mewakili Firaun menyelenggarakan pemerintahan serta pengurusan negara serta memimpin rakyat Mesir yang diramalkan akan menghadapi masa-masa sukar dan sulit.

Nabi Yusuf tidak menolak tawaran Firaun Mesir itu. Baginda meminta agar diberi kuasa untuk pada bahagian perbendaharaan (kewangan dan pengedaran makanan). Pada hari penobatan yang dihadiri oleh para pembesar dan bangsawan, Nabi Yusuf dinaikkan sebagai wazir dengan mengenakan pakaian kerajaan dan hiasan yang mewah.

Kemudian, Firaun Mesir berkenan untuk mengahwinkan Yusuf dengan Zulaikha, janda majikannya yang telah mati ketika Nabi Yusuf masih dalam penjara. Yusuf menerima dan mendapat dua orang putera (menurut pendapat ulama, putera baginda dinamakan Ifratsim dan Minsya).

Dalam masa tujuh tahun pertama Nabi Yusuf menjalankan pemerintahan di Mesir, rakyat merasakan hidup tenteram, aman dan sejahtera. Barang-barang keperluan untuk semua tanpa terkecuali. Baginda juga tidak lupa peringatan yang terkandung dalam mimpi Firaun Mesir, lalu mempersiapkan gudang bagi penyimpanan makanan untuk musim kemarau yang bakal tiba. Maka, tempoh kemarau telah dilalui tanpa sebarang kesukaran.

Pertemuan kembali

Musim kemarau membuatkan ramai orang luar Mesir seperti dari Palestin datang untuk meminta bantuan. Antara mereka ialah adik-beradik Nabi Yusuf sendiri. Walau bagaimanapun, mereka tidak tahu bahawa Yusuf masih hidup malah menjadi orang besar memimpin negara Mesir sebagai wakil Firaun.

Yusuf ingin menguji mereka dengan meragukan identiti dan mengesyaki mereka sebagai musuh dan meminta bukti. Oleh kerana mereka adalah orang-orang musafir gharib, maka sukar sekali bagi mereka untuk memberi bukti atau membawa saksi. Nabi Yusuf memberi peluang kepada mereka dengan membenarkan mereka membeli gandum dari gudang dengan syarat mereka harus membawa Bunyamin atau mereka tidak akan mempunyai peluang lagi. Mereka kini sukar untuk membawa Bunyamin memandangkan bapa mereka Ya’akub menyayanginya dan lebih berat untuk meninggalkannya selepas khabar akan “kematian” Yusuf.

Yusuf bukanlah ingin menganiaya atau membalas dendam tetapi hanya sekadar ingin mengetahui keadaan ayah dan adik bongsunya, Bunyamin yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan dan hanya sekadar taktik untuk mempertemukan kembali dengan ayah dan saudara-saudaranya yang sudah lama terpisah. Kemudian baginda memerintahkan pegawai-pegawainya mengisi karung-karung dengan makanan yang perlu tanpa mengambil sedikitpun barangan mereka untuk ditukar.

Tanpa mengetahu hal itu, mereka kembali di Palestin dan memberitahu Ya'akub tentang perjalanan mereka dan bagaimana Yusuf menerima mereka. Tetapi ayah mereka tidak mengizinkan mereka membawa Bunyamin kerana tidak mempercayai mereka lagi setelah apa yang berlaku ke atas Yusuf. Setelah mengetahui bahawa barang untuk ditukar dengan makanan dipulangkan kembali, mereka lebih mudah meyakinkan ayah mereka, Bunyamin dibenarkan mengikuti mereka ke Mesir.

Setibanya di istana, mereka disambut oleh Yusuf yang masih mereka belum menyedari hakikat bahawa itu adalah adik mereka. Mereka disediakan jamuan dan tempat penginapan untuk setiap dua orang sebuah rumah tetapi, Bunyamin diajak bersamanya menginap di istana. Di istana, Yusuf memberitahu segalanya kepada adiknya dan adiknya memberitahu tentang ayahnya pula.

Bunyamin ditahan

Selepas meminta diri, mereka pulang tetapi dikejar pengawal istana berkuda untuk memeriksa barangan mereka. Para pengawal mengatakan bekas minuman firaun telah hilang dan mungkin salah seorang daripada mereka telah mencurinya.Mereka mengatakan mereka ke sana bukan untuk mencuri tetapi penggeledahan tetap dilakukan lalu mereka menemui belas minuman itu.

Oleh kerana bekas itu ditemui dalam karung kepunyaan Bunyamin, maka Bunyamin ditahan dan tidak dibenarkan menyertai rombongan untuk pulang. Kerisauan muncul dalam fikiran yang lain kerana khuatir akan ayah mereka yang telahpun sengsara dengan kehilangan Yusuf.

Lalu mereka menghadap Yusuf dan merayu agar Bunyamin digantikan dengan sesiapa daripada mereka. Oleh kerana rayuan mereka tidak diterima, Yahudza sanggup menemani Bunyamin. Yang lain pula pulang ke Palestin untuk memberitahu ayah mereka.

Pertemuan kembali keluarga Ya'akub

Nabi Ya'akub berterusan bersedih atas kehilangan putera-puteranya lalu puteranya yang sembilan itu kembali mendapatkan Yusuf. Mereka merayu agar membantu mereka melepaskan Bunyamin agar mengurangkan penderitaan ayah mereka yang sudah sedia sakit. Yusuf terharu dan akhirnya mengenalkan dirinya kepada mereka dan mereka memohon maaf atas kesilapan mereka dahulu. Akhirnya, mereka semua pulang ke Palestin termasuk Yusuf untuk berjumpa kembali bapanya.

Yusuf mengajak keluarganya untuk berhijrah ke Mesir dan mereka menuruti ajakan baginda. Menurut cerita riwayat tradisi, baginda wafat ketika berumur 110 tahun di Mesir dan kerandanya di bawa oleh Nabi Musa a.s. ketika baginda berhijrah keluar Mesir agar dapat dikebumikan di sana.

Kisah Hajarul Aswad

Kisah Hajarul Aswad

Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya membina Kaabah banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya Kaabah itu tidak ada bumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail bertungkus lumus untuk menjayakan pembinaannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.

Dalam sebuah kisah disebutkan apabila pembinaan Kaabah itu selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Kaabah. Nabi Ibrahim berkata kepada Nabi Ismail, “Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagimanusia.”

Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa g embira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, “Dari mana kamu dapat batu ini?”

Nabi Ismail berkata, “Batu ini kuterima daripada yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril).”

Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa sahaja yang bertawaf di Kaabah disunnahkan mencium Hajar Aswad. Beratus ribu kaum muslimin berebut ingin mencium Hajar Aswad itu,yang tidak mencium cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan sahaja.

Ada riwayat menyatakan bahawa dulunya batu Hajar Aswad itu putih bersih,tetapi akibat dicium oleh setiap orang yang datang menziarahi Kaabah, ia menjadi hitam seperti terdapat sekarang. Wallahu a’alam.

Apabila manusia mencium batu itu maka timbullah perasaan seolah-olah mencium ciuman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ingatlah wahai saudara-saudaraku, Hajar Aswad itu merupakan tempat diperkenan doa. Bagi yang ada kelapangan, berdoalah di sana, Insya Allah doanya akan dikabulkan oleh Allah s.w.t..

Jagalah hati kita sewaktu mencium Hajar Aswad supaya tidak menyengutukan Allah s.w.t., sebab tipu daya syaitan kuat di Tanah Suci Mekah.

Ingatlah kata-kata Khalifah Umar bin Al-Khattab apabila beliau mencium batu itu (Hajar Aswad) : “Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah s.a.w. menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukan (mencium Hajar Aswad).”

PENGADILAN PERLETAKAN HAJARUL ASWAD

Peristiwa ini berlaku pada waktu masyarakat Makkah sedang sibuk disebabkan oleh bencana banjir besar yang turun dari gunung. Banjir ini telah menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka'bah yang sememangnya sudah lapuk kerana pernah terbakar. Oleh itu, dinding-dinding Ka'bah ini perlu dibaiki agar ianya elok seperti sediakala. Tambahan pula, setiap tahun ribuan manusia akan berkunjung ke Ka'bah untuk menunaikan haji.

Sebelum itupun pihak Quraisy memang sudah memikirkan untuk membaiki Ka'bah. Tempat yang tidak beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang berharga di dalamnya. Hanya saja Quraisy merasa takut; kalau bangunannya diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi beratap, dewa Ka'bah yang suci itu akan menurunkan bencana kepada mereka. Sepanjang zaman jahiliyyah, keadaan mereka diliputi oleh pelbagai macam legenda dan kepercayaan karut yang mengancam sesiapa yang berani mengadakan sesuatu perubahan. 

Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak sepatutnya dilakukan. Tetapi sesudah mengalami bencana banjir, tindakan demikian itu adalah suatu keharusan, walaupun masih serba takut-takut dan ragu-ragu. Suatu kebetulan pula, telah terjadi sebuah kapal milik seorang pedagang Rumawi bernama Baqum yang datang dari Mesir, terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum ini seorang ahli bangunan yang mengetahui juga soal-soal perdagangan. 

Sesudah Quraisy mengetahui hal ini, maka berangkatlah al-Walid bin al-Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke Jeddah. Kapal itu dibelinya dari pemiliknya, yang sekalian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke Makkah bagi membantu mereka membina Ka'bah kembali. Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Makkah ada seorang Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai bahawa dia pun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum. Sudut-sudut Ka'bah itu oleh Quraisy dibahagikan kepada empat bahagian. 

Setiap qabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibina kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu, mereka masih ragu-ragu dan khuatir akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid bin al-Mughira tampil ke depan dengan sedikit takut-takut. Setelah dia berdoa kepada dewa-dewanya, dia mulai merombak bahagian sudut selatan. Tinggal lagi orang menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan Tuhan nanti terhadap al-Walid. 

Tetapi setelah ternyata sehingga pagi tiada terjadi apa-apa, mereka pun ramai-ramai merombaknya dan memindahkan batu-batu yang ada. Rasulullah SAW juga turut membawa batu-batu itu. Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat di situ tetapi tidak berhasil, dibiarkannya batu itu sebagai tapak bangunan. Orang-orang Quraisy mula mengangkut batu-batu granit berwarna biru dari gunung-gunung di sekitar tempat itu, dan pembinaan pun segera dimulakan. 

Setelah bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajarul Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu itu di tempatnya. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara kerananya. Keluarga 'Abdud-Dar dan keluarga 'Adi bersepakat tidak akan membiarkan qabilah yang mana pun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. 

Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga 'Abdud-Dar membawa sebuah bekas berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam bekas itu guna memperkuatkan sumpah mereka. Kerana itu peristiwa ini diberi nama La'aqatud-Dam, yakni 'jilatan darah'. Abu Umayyah bin al-Mughira dari Bani Makhzum, adalah orang yang tertua di antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan sebegitu, dia berkata kepada mereka, "Serahkanlah keputusan masalah kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini pada esok pagi". 

Lalu mereka pun menunggu pada awal pagi untuk melihat siapakah orang yang pertama memasuki pintu Shafa tersebut. Maka orang tersebut ialah Muhammad Rasulullah SAW. Tatkala mereka melihat Rasulullah SAW adalah orang yang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru, "Ini al-Amin, kami dapat menerima keputusannya." Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepadanya. Baginda pun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api permusuhan itu. Baginda berfikir sebentar, lalu katanya, "Bawakan ke mari sehelai kain". 

Setelah kain dibawakan, dihamparkannya dan diambilnya batu itu sendiri dengan tangannya yang mulia itu lalu diletakkan Hajarul Aswad itu ke atas kain tersebut dengan tangannya sendiri, kemudian katanya, "Hendaknya setiap ketua kabilah memegang hujung kain ini." Mereka bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu Rasulullah SAW mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya. Dengan demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan.

Lantaran keputusan hukum yang sangat adil itu, sangatlah gembira hati orang dan bertambah hormat orang kepadanya, meskipun Rasulullah SAW pada waktu itu baru seorang anak muda. Bertambah masyhurlah Rasulullah SAW dan gelaran al-Amin itu sentiasa menjadi sebutan penduduk-penduduk Makkah.

Quraisy menyelesaikan bangunan Ka'bah sampai setinggi 18 hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau melarang orang masuk. Di dalam itu mereka membuat enam batang tiang dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang sebuah tangga naik sampai ke teras di atas lalu diletakkan berhala Hubal di dalam Ka'bah. Juga di tempat itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibina dan diberi beratap sering menjadi sasaran pencurian. 

Mengenai umur Muhammad Rasulullah SAW sewaktu membina Ka'bah dan memberikan keputusannya tentang batu itu, masih terdapat perbezaan pendapat. Ada yang mengatakan berumur 25 lima tahun. Ibnu Ishaq berpendapat umurnya 35 tahun. Kedua pendapat itu baik yang pertama atau yang kemudian, sama saja; tapi yang jelas cepatnya Quraisy menerima ketentuan orang yang pertama memasuki pintu Shafa, disusul dengan tindakan Baginda mengambil batu dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di tempatnya dalam Ka'bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukan Baginda di mata penduduk Mekah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai seorang yang berjiwa besar. 

Adanya pertentangan antara qabilah, adanya persepakatan La'aqatud-Dam ('Jilatan Darah'), dan penyerahan keputusan kepada sesiapa yang mula-mula memasuki pintu Shafa, menunjukkan bahwa kekuasaan di Makkah sebenarnya sudah jatuh. Kekuasaan yang dulu ada pada Qushayy, Hasyim dan Abdul Muthalib sekarang sudah tiada lagi. Adanya pertentangan kekuasaan antara keluarga Hasyim dan keluarga Umayyah sesudah kematian Abdul Muthalib memberikan kesan yang besar kepada politik Makkah.

Wallahualam.
Please Subscribe my youtube channel. Tq.

Translate

CLOSE