Bulan Rejab Dan Keberkatannya

Bulan Rejab Dan Keberkatannya


1 REJAB 1438H = 29 Mac 2017

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkatilah kami (limpahkanlah kasih sayang kepada kami) dalam bulan Rejab dan Syaaban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

Apa Maksud ‘Rejab’?

‘Rejab’ bererti keagungan, kerana bulan ini diagungkan oleh Allah s.w.t

Mengapa Bulan Ini Diagungkan?

Ini kerana ia termasuk dalam 4 bulan suci dan mulia yang diharamkan berperang atau bersengketa dalam Islam. Bulan ini adalah bulan aman, damai dan selamat. Seperti firman Allah s.w.t yang bermaksud;

“Sesungguhnya, bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan, (sepertimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan suci tidak boleh berperang di dalamnya (Zulkaedah, Zulhijjah, Muharram, Rejab). Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu…” Surah at-Taubah:36.

Adakah Terdapat Peristiwa Penting Dalam Bulan Rejab?

Ya. Antara peristiwa penting yang berlaku dalam bulan Rejab ialah peristiwa Israk dan Mikraj pada 27 Rejab. 

Juga berlakunya Perang Tabuk, peperangan terakhir yang disaksikan oleh Rasulullah s.a.w.
Selain itu, pada bulan Rejab juga berlakunya hijrah pertama dalam Islam.

Apa Yang Boleh Dilakukan Dalam Bulan Rejab?

Digalakkan kepada kita umat Islam untuk memperbanyakkan berzikir, istighfar, berpuasa serta melakukan amal kebajikan dalam bulan Rejab.

Juga digalakkan untuk kita melazimkan doa berikut;

“Ya Allah, berkatilah kami (limpahkanlah kasih sayang kepada kami) dalam bulan Rejab dan Syaaban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

Apa Keistimewaan Bulan Ini?

Di antara keistimewaan bulan ini, malam pertama bulan Rejab adalah malam dikabulkan doa sepertimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud;

“Lima malam doa tidak ditolak, iaitu malam pertama bulan Rejab, malam Nisfu Sya’ban, malam Jumaat, malam Hari Raya Eidulfitri, malam hari raya Eiduladha.” Hadis Riwayat Al-Baihaqi.

Adakah Terdapat Ayat Al-Quran Yang Menyebut Mengenai Bulan Rejab?

Al-Quran tidak menyebut secara terperinci mengenai bulan Rejab dan kelebihannya. Akan tetapi terdapat dua surah al-Quran yang menyebut mengenainya secara tidak langsung, iaitu surah al-Baqarah ayat 194 dan 217 dan surah at-Taubah ayat 2, 36 dan 37.

Semoga perkongsian ini memberi manfaat kepada pembaca untuk merebut keistimewaan bulan Rejab yang bakal menjelang tidak lama lagi.

Bahkan, bulan Rejab ini juga menjadi penanda aras atau tanbih (ingatan) kepada umat Islam agar bersedia untuk menghadapi bulan Ramadan; bulan yang di dalamnya terkandung 1001 rahmat dan maghfirah (keampunan) daripada Allah s.w.t. Wallahua’lam.

Kredit/Sumber: Ustaz Azrul SKPP

RASULULLAH S.A.W. DAN UANG 8 DIRHAM

RASULULLAH S.A.W. DAN UANG 8 DIRHAM


Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud belanja. Dengan bekal uang 8 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang wanita yang sedang menangis. Beliau sempatkan bertanya kenapa menangis. Apakah sedang ditimpa musibah ? 

Perempuan itu menyampaikan bahwa ia adalah seorang budak yang sedang kehilangan uang sebesar 2 dirham. Ia menangis sangat takut didera oleh majikannya. Dua dirham dikeluarkan dari saku Rasulullah untuk menghibur perempuan malang tersebut. Kini tinggal 6 dirham. Beliau bergegas membeli gamis, pakaian kesukaanya. Akan tetapi baru beberapa langkah dari pasar, seorang tua lagi miskin setengah teriak berkata, "Barang siapa yang memberiku pakaian, Allah akan mendandaninya kelak." Rasulullah memeriksa laki-laki tersebut. Pakaiannya lusuh, tak pantas lagi dipakai. Gamis yang baru dibelinya dilepas dan diberikan dengan sukarela kepadanya. Beliau tak jadi memakai baju baru. 

Dengan langkah ringan beliau hendak segera pulang. Akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini beliau menjumpai perempuan yang diberi dua dirham tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. 

Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Rasulullah diutus di dunia untuk mengadakan pembelaan terhadap rakyat jelata. Dengan senang hati beliau antarkan perempuan tersebut ke rumah majikannya. Sesampainya di rumah, beliau ucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah. Nampaknya semua penghuni rumah tersebut adalah perempuan. 



Ketika ditanya kenapa salam beliau tidak dijawab, pemilik rumah itu mengatakan sengaja melakukannya dengan maksud didoakan Rasulullah dengan salam tiga kali. Selanjutnya Rasulullah menyampaikan maksud kedatangannya. Beliau mengantar perempuan yang menjadi budak tersebut karena takut mendapat hukuman. Rasulullah kemudian menyampaikan, "Jika perempuan budak ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar ucapan Rasulullah in penghuni rumah terkesima. 

Mereka merasa mendapat pelajaran yang sangat berharga dari baginda Rasulullah. Karena secara refleks mereka menyampaikan, "Budak belian ini merdeka karena Allah." Betapa bahagianya Rasulullah mendengar pernyataan itu. Beliau sangat bersyukur dengan uang 8 dirham mendapat keuntungan ribuan dirham, yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, "Tiadalah aku melihat delapan dirham demikian besar berkatnya dari pada delapan dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian." 

Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. "Bahwanya Allah menolong hanba-Nya, selama ia menolong saudaranya."

Cerita ini dikongsi oleh: AHMAD TEJARI OTHMAN

Kisah Penggali Kubur Bersetubuh Dengan Mayat

Gambar Hiasan

Kisah Penggali Kubur Bersetubuh Dengan Mayat

“Ya Allah, aku adalah hambaMu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintuMu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasihMu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba-hambaMu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepadaMu….”

Kisah seorang pemuda penggali kubur ini diambil dari Kitab Mukasyafah Al Qulub Karangan Imam Ghazali.

Diriwayatkan bahwa pada zaman Rasulullah s.a.w, Umar bin Khaththab, salah seorang sahabat terdekat Rasullulah s.a.w menangis di depan pintu rumah Rasulullah s.a.w. Mendengar suara Umar bin Khaththab berada di luar, maka Rasulullah s.a.w segera keluar dan bertanya kepada Umar bin Khaththab, “Wahai Umar mengapa engkau menangis?”

Kemudian Umar menjawab: “Wahai Rasulullah, bersamaku ada seorang pemuda yang telah membuat hatiku sedih dengan tangisnya.”

Lalu Rasulullah s.a.w memerintahkan Umar agar membawa masuk anak muda tersebut ke dalam. Atas perintah tersebut, Umar bin Khaththab lalu mengajak pemuda yang datang bersamanya sambil keduanya tetap menangis.

Pemuda itu disuruh duduk di depan Rasulullah s.a.w dan Umar Ibnu Khaththab duduk di sebelahnya. Rasulullah s.a.w kemudian bertanya: “Wahai pemuda, mengapa engkau menangis?”

Pemuda itu menjawab sambil tetap menangis: “Wahai Rasulullah, dosaku sangat besar dan aku takut Allah memurkaiku…”

“Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu?” tanya baginda s.a.w.

“Tidak, ya Rasul,” sahut pemuda itu sambil tetap menangis.

“Apakah engkau telah membunuh seseorang dengan alasan yang tidak benar?” Rasulullah s.a.w kembali bertanya.

“Tidak ya Rasul,” sahut pemuda itu sambil terus menangis.

Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: “Sungguh, dosamu sebesar apa pun, Allah akan mengampuninya, sekalipun memenuhi langit dan bumi.”

“Sungguh dosaku lebih besar dari itu, ya Rasul,” sahut pemuda itu.

“Apakah besar dosamu melebihi Arasy? Besar mana dengan Arasy?” tanya baginda s.a.w lagi.

“Dosaku sangat besar, ya Rasulullah.”

“Lalu besar mana dosamu dengan keagungan, ampunan, dan rahmat Allah?” tanya Rasulullah s.a.w.

“Tentu keagungan, ampunan, dan rahmat Allah lebih besar. Tetapi dosaku sangat besar, ya Rasulullah” jawabnya masih dalam keadaan menangis terisak-isak.

Karena kurang mengerti maksud pengakuan dari pemuda itu, akhirnya Rasulullah s.a.w mendesaknya, “Cobalah katakan dosa apa yang pernah engkau perbuat?”

“Aku malu menyebutnya, ya Rasulullah…” kata si pemuda itu.

Karena Rasulullah s.a.w terus mendesak pemuda itu untuk mengatakan dosanya secara jujur. Maka dengan perasaan malu dan takut, pemuda itupun menceritakan dosa yang dilakukannya.

“Wahai Rasulullah, aku ini seorang penggali kubur, sejak tujuh tahun lalu. Hingga meninggalnya puteri dari seorang sahabat Ansar. Melihat kecantikan dan kemontokan tubuhnya, nafsu birahiku memuncak. Setelah kuburan sepi, ku bongkar kuburnya dan ku telanjangi mayat gadis itu. Setelah ku cumbui, nafsu berahiku tak dapat ku tahan, lalu ku setubuhi. 

Saya terkejut, tiba-tiba mayat gadis itu berkata, “Tidakkah engkau malu kepada Allah, pada hari Allah menghukum orang-orang yang berbuat zalim, sementara engkau menelanjangiku dan menyetubuhiku diantara orang-orang yang telah mati. Engkau membuatku dalam keadaan junub di hadapan Allah!”

Mendengar pengakuan dari si pemuda itu, Rasulullah s.a.w segera bangkit berdiri dan meninggalkannya, seraya berseru: “Hai pemuda fasik, pergilah! Jangan engkau dekati aku! Nerakalah tempatmu kelak!”

Pemuda itu pun segera keluar meninggalkan rumah Rasulullah s.a.w seraya menangis. Dia berjalan dengan arah tak menentu keluar kampung. Sampailah dia di padang pasir yang luas lagi panas. Tujuh hari lamanya ia tidak makan dan minum karena penyesalan dan kesedihan yang sangat mendalam hingga lemahlah keadaan tubuhnya tak kuasa lagi berjalan, lalu kemudian jatuh tersungkur di tempat itu. Di atas pasir ia bersujud kepada Allah, lalu berdoa dan memohon ampunanNya dalam tangisnya.

“Ya Allah, aku adalah hambaMu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintu-Mu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasih-Mu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Mu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepadaMu. Ya Allah Tuhanku, sudilah menerima kehadiranku, kalau tidak datangkanlah api-Mu dari sisi-Mu, dan bakarlah tubuhku dengan api-Mu di dunia ini, daripada Kau bakar tubuhku di akhirat nanti.”

Setelah itu Malaikat Jibril a.s datang kepada Rasulullah s.a.w. Usai menyampaikan salam dari Allah, Jibril a.s berkata: “Wahai Muhammad, Allah s.w.t bertanya kepadamu, “Apakah engkau yang menciptakan makhluk?”

“Bahkan Dialah yang menciptakan diriku dan mereka,” jawab Rasulullah s.a.w.

“Apakah engkau memberi rezeki kepada mereka?” tanya Jibril a.s.

Rasulullah s.a.w menjawab: “Bahkan Dia memberi rezeki padaku dan mereka.”

“Apakah engkau menerima taubat mereka?” tanya Jibril a.s untuk kali yang sekiannya.

“Bahkan Dia yang berhak menerima taubat dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya” ujar Rasulullah s.a.w.

Jibril a.s lalu berkata, Allah berfirman kepadamu; “Telah datang kepadamu seorang hamba-Ku dan dia menerangkan satu dosa dari beberapa dosanya, maka kamu berpaling (marah) kepadanya dari dosanya, maka bagaimana keadaan orang-orang mukmin kelak, apabila mereka datang dengan dosa yang banyak lagi besar ibarat gunung yang besar? 

Engkau adalah utusan-Ku yang Aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam. Maka jadilah kamu orang yang sayang menyayangi pada semua orang yang beriman, menjadi penolong bagi orang-orang yang telah berdosa dan memaafkan keterlanjuran dan kesalahan mereka (hamba-Ku); karena sesungguhnya Aku telah mengampunkannya (menerima taubatnya) dan dosanya.”

Kemudian Rasulullah s.a.w. mengutus beberapa orang sahabat, maka mereka temui pemuda tersebut lalu memberikan khabar gembira kepadanya dengan maaf dan ampunan-Nya. Lalu mereka membawa pemuda tersebut berjumpa Rasulullah yang mana ketika itu beliau (Rasulullah) sedang menunaikan sembahyang Maghrib, dan merekapun bermakmum di belakangnya.

Ketika Rasulullah s.a.w. membaca surah Al Fatihah yang dilanjutkan dengan surah At-Takaatsur (Al Haakumuttakaatsur), sesampai baginda membaca ‘Hattaa Zurtumul Maqaabir’ (Kamu telah dilalaikan sehingga kamu masuk kubur), maka berteriaklah pemuda itu dengan keras sekali langsung jatuh. Ketika mereka selesai sembahyang, mereka dapati pemuda itu telah meninggal dunia. Mudah-mudahan Allah Taala membelas kasihaninya.

Sumber/Kredit: kisahteladan.web.id

Translate

CLOSE