Jibrail dan Mikail Menangis Ketika Allah Melaknat Iblis

Jibrail dan Mikail Menangis Ketika Allah Melaknat Iblis
Gambar Hiasan

Jibrail dan Mikail Menangis Ketika Allah Melaknat Iblis

Iblis merupakan musuh bagi umat manusia, sepanjang hidupnya Iblis sudah bersumpah kepada Allah bahwa ia akan berusaha untuk menyesatkan anak cucu Adam yang jauh dari jalan Allah agar mereka mau menjadi pengikutnya dan menjadi orang-orang yang tersesat. Untuk itu, marilah kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT agar kita tidak terhasut oleh tipu daya Iblis.

Tapi, tahukah Anda bahawa jauh sebelum nabi Adam diciptakan, Iblis adalah merupakan makhluk yang mulia disisi Allah dan merupakan salah satu makhluk yang paling di hormati oleh Malaikat. Kasih sayang Allah terbesar kepada Iblis adalah bahawa yang pertama dia telah mendapatkan taufik untuk menyembah Allah SWT. Yang kedua kerana ibadahnya yang banyak, dia dimasukkan ke dalam kumpulan para malaikat. Dan sebaik-baik pertolongan Allah kepadanya adalah ia menjadi teman pendamping para malaikat sehingga dapat memahami keindahan, kesucian dan kebersihan mereka.

Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahawa Iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, lalu langit yang kedua disebut az-Zahid, kemudian langit ketiga namanya disebut al-Arif, pada langit keempat namanya adalah al-Wali, pada langit kelima namanya disebut at-Taqi, pada langit keenam namanya disebut al-Kazin, dan pada langit ketujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz (Lauhul Mahfudz) namanya ialah Iblis.


Dikisahkan Iblis dulunya adalah ahli ibadah yang tidak pernah membangkang dan mengeluh terhadap perintah-perintah Allah. Ia pernah bersujud kepada Allah selama 1000 tahun lamanya dan ia sangat giat dalam beribadah.

Bahkan Iblis pernah menjadi Sayyidul Malaikat (Penghulu atau Pemimpin Malaikat), dan Khozinul Jannah (Bendahara Syurga). Namun, lama-kelamaan Iblis menjadi sombong dan angkuh. Ia menganggap bahawa dirinya adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya di antara makhluk-makhluk Allah yang lain.

Hingga pada suatu saat ketika Allah baru saja menciptakan Adam sebagai manusia, maka Allah memerintahkan Iblis untuk bersujud kepada Adam, lalu Iblis berkata, "Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku daripada api dan Engkau jadikan Adam dari pada tanah.". Kemudian Allah berfirman kepada Iblis, "Aku membuat apa yang Aku kehendaki.".

Oleh kerana iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam kerana ia merasa bangga dan sombong. Dia berdiri tegak hingga malaikat selesai bersujud. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati Iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud.

Maka para malaikat bersujud kembali untuk kali kedua kerana bersyukur, tetapi Iblis telah dirasuki oleh sifat angkuh dan sombong tetap enggan sujud. Dia berdiri tegak dan berpaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikuti mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas pembangkangannya terhadap Allah.

Kemudian Allah merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan ke bentuk hina yang menyerupai babi hutan. Allah membentuk kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya.

Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.

Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi, Allah melaknatnya hingga hari kiamat kerana dia menjadi kafir.

Meskipun Iblis pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap empat, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.

Ketika Allah membalas tipu daya iblis, maka menangislah Malaikat Jibril dan Mikail. Lalu Allah S.W.T berfirman kepada para Malaikat, "Apakah yang membuat kamu menangis?", lalu mereka menjawab, "Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu.". Kemudian Allah kembali berfirman kepada Malaikat, "Begitulah Aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaKu.".

Setelah di usir dari syurga, maka Iblis berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu." Lalu Allah berfirman pada Iblis, "Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum.". Berkata lagi iblis, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah berfirman, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya.".

Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Lalu Allah berfirman, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah.". Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku.", maka Allah berfirman lagi yang bermaksud, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, artinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda maupun yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram. Dan pada anak-anak, yaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka.".

Hal ini juga disebutkan dalam surah al-Isra ayat 64 yang ertinya:

"Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka." [QS. Al-Isra ayat 64]

Sebelum dilaknat Allah, Iblis pernah melakukan tugas-tugas mulia yang diperintahkan Allah kepadanya yaitu:

1. Iblis sebagai penjaga syurga dalam kurun waktu 40.000 tahun.
2. Iblis pernah hidup bersama bergabung dengan Malaikat selama 80.000 tahun.
3. Iblis diangkat menjadi penasehat Malaikat selama 20.000 tahun.
4. Iblis menjadi pemimpin malaikat karobiyyun dalam waktu 30.000 tahun.
5. Iblis melakukan tawaf (mengelilingi) arasy bersama para malaikat dalam waktu 14.000 tahun.

Jadi, keseluruhan Iblis beribadah melakukan semua perintah Allah dalam kurun waktu 185.000 tahun lebih. Selama dalam ibadahnya seperti kita umat Islam, melakukan solat, puasa, tawaf dengan para malaikat (mengelilingi baitul makmur di Arsy).

Iblis tidak merasa lelah dan mengeluh dalam menjalankan perintah Allah yang mulia ini. Iblis menjalankan dengan ikhlas, tidak ada niat apapun kecuali kerana Allah semata.

Pada masa itu malaikat dan lainnya memberi gelar kepada Iblis Al A'ziz (makhluk Allah yang termulia), ada yang memberi gelar A'zazil (panglima besar malaikat).

Menurut kitab tafsir Munir dan Showi, Iblis beribadah pada Allah dalam masa 80.000 tahun, thowaf di baitul Makmur dan Arsy selama 14.000 tahun. Oleh kerananya dilangit pertama sampai ketujuh Iblis begitu dihormati oleh para Malaikat.

Malaikat di penjuru alam semesta, dari bumi, langit, baitul makmur, arsy, dan sebagainya, mereka semua menghormati pada Iblis sebagai makhluk Allah yang terhormat dan termulia, sehingga bila Iblis lewat di depan para malaikat, maka malaikat menghormati pada Iblis, bagaikan penghormatan prajurit kepada komandannya, pengawal istana pada rajanya, sehingga terhormatlah nama Iblis di penjuru alam semesta.

Namun sayang, di lauhul mahfudz, tulisan Iblis terselubung rapi tidak satupun makhluk yang tahu kecuali Allah, tertera Al-kafir Al-mal'un (Iblis inkar terkutuk). Dalam sumber lain, Iblis pada mulanya bernama Azazil dan tinggal di bumi. Azazil adalah jin yang taat kepada Allah dan memang Iblis sebenarnya adalah dari golongan Jin seperti pada firman Allah,

"Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat 'Sujudlah kepada Adam,' maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan Jin, maka ia mendurhakai Tuhannya" [QS. Al-Kahfi ayat 50]

Dia menyembah Allah selama 1000 tahun, lalu Allah swt mengangkatnya ke langit pertama. Di langit pertama, Azazil beribadah menyembah Allah selama 1000 tahun. Kemudian dia diangkat ke langit kedua, begitu seterusnya hingga akhirnya dia diangkat menjadi imam para malaikat.

Apa pun perintah Allah kepada malaikat juga adalah perintah baginya, kerana dialah imam para malaikat yang memimpin malaikat. Azazil adalah imam dari seluruh malaikat (Al-muqorrobun, imamul jami'il malaikat).

Ada riwayat yang menyatakan Azazil beribadah kepada Allah selama 80.000 tahun dan tiada tempat di dunia ini yang tidak dijadikan tempat sujudnya ke hadirat Allah SWT.

Dalam satu riwayat menceritakan, malaikat Israfil melihat yang tersurat di Luh Mahfuz ada tercatat satu suratan yang berbunyi: "Adanya satu hamba Allah yang beribadah selama 80.000 tahun tetapi hanya kerana satu kesalahan, maka ibadah hamba itu tidak diterima Allah dan hamba itu terlaknat sehingga hari Kiamat.".

Maka menangislah Israfil kerana bimbang makhluk yang tersurat di Loh Mahfuz itu adalah dirinya. Maka diceritakanlah Israfil kepada segala malaikat pengalamannya melihat apa yang tersurat di Loh Mahfuz.

Maka menangislah sekelian para malaikat kerana takut dan bimbang dengan nasib mereka. Lalu semua malaikat datang menemui Azazil yang menjadi imam para malaikat, agar Azazil mendoakan keselamatan dunia dan akhirat kepada seluruh malaikat.

Azazil pun mendoakan keselamatan di dunia dan akhirat kepada seluruh malaikat dengan doa: "Ya Allah, janganlah Engkau murka terhadap mereka (para malaikat)." Namun, Azazil lupa untuk mendoakan keselamatan untuk dirinya. Setelah mendoakan semua para malaikat, Azazil terus menuju ke syurga. Di atas pintu syurga, Azazil terlihat suratan yang menyatakan: "Ada satu hamba dari kalangan hamba-hamba Allah yang muqarrabin yang telah diperintahkan Allah untuk membuat satu tugasan, tapi hamba tersebut mengingkari perintah Allah. Lalu dia tergolong dalam golongan yang sesat dan terlaknat.".

Lalu Allah Menciptakan Adam as, dan memerintahkan malaikat untuk sujud hormat kepada Adam. Azazil, sebagai imam para malaikat, sepatutnya lebih dahulu bersujud memimpin para malaikat. Tetapi, dia menolak, kerana dia merasa bahawa dirinya lebih baik dari pada Adam. Sementara para malaikat lain terus sujud tanpa dipimpin oleh Azazil.

Bukan saja enggan sujud, Azazil malah sombong dan menjawab kepada Allah: "Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: 'Sujudlah kamu semua kepada Adam', lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: 'Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?'" [QS. Al-Isra ayat 61]

Kesombongan Iblis ini berpuncak pada iri hati dan kedengkian Iblis terhadap Adam. Ia tidak terima kerana Allah akan menciptakan Adam sebagai khalifah di bumi. Kerana ia merasa lebih mulia dari Adam yang diciptakan dari tanah, sedangkan ia lebih mulia kerana diciptakan dari api.

Ia durhaka kepada Allah, takabur dan lupa akan dirinya dimata Allah. Tak seharusnya ia membangkang perintah Tuhannya. Maka setelah itu, Iblis akhirnya diusir dari syurga. Namanya diubah menjadi Iblis dan dia bersumpah akan menyesatkan manusia dibumi.

"Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, nescaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil". [QS. Al-Isra ayat 62]

Kemudian Allah berfirman, "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup." [QS. Al-Isra ayat 63]

Dari kisah ini kita dapat menpelajari bahawa Iblis yang dulunya adalah ahli Ibadah dan makhluk Allah yang mulia sekalipun bisa menjadi makhluk yang dilaknat oleh Allah kerana kesalahannya. Untuk itu, sebaiknya kita menjauhi sifat-sifat Iblis seperti sombong, angkuh iri dengki dan yang lainnya agar kita terhindar dari laknat Allah.

Wallahualam.

10 Perkara yang membatalkan puasa

10 perkara yang membatalkan puasa. 


10 Perkara yang membatalkan puasa
10 Perkara yang membatalkan puasa

Pertama
Memasukkan sesuatu kedalam rongga badan dengan sengaja , samaada daripada jenis makanan atau bukan makanan. Termasuk perkara ini ialah : 

1. Menghisap rokok / tembakau, candu, dadah dan sebagainya. Dan menghisap (Nusyuk) melalui hidung. 

2. Suntikan makanan atau menambah vitamin. 

Kedua
Memasukkan sesuatu daripada dua jalan (Qubul & Dubur).

Ketiga
Memuntahkan makanan dengan sengaja.

Keempat
Jimak (Bersetubuh)

Sebagaimana Hadis Rasulullah SAW yang bermaksud:
Seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w, katanya: 
Celaka aku, wahai Rasulullah. Nabi s.a.w berkata: Apakah yang mencelakakan engkau? Jawab lelaki itu: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada waktu siang di bulan Ramadan. Rasulullah s.a.w berkata: Sanggupkah engkau memerdekakan hamba? Jawab lelaki itu: Tidak sanggup. 

Rasulullah s.a.w berkata: Hendaklah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut?. Jawab lelaki itu: Tidak mampu. Kata Rasulullah s.a.w: Adakah engkau mempunyai makanan untuk diberikan kepada enam puluh orang miskin?. Jawab lelaki itu: Tidak. Kemudian lelaki itu duduk, sekejap lepas itu datang seseorang kepada Nabi s.a.w dengan memberi satu bakul besar berisi tamar. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: Sedekahkanlah kurma ini. Kata lelaki itu: Kepada siapakah?. Kepada yang lebih miskin daripada aku? Demi Allah tidak ada penduduk kampung ini yang lebih berhajat kepada makanan selain dari kami seisi rumah. Nabi s.a.w tertawa sehingga terlihat gigi taringnya dan berkata: Pulanglah, berikanlah kurma itu kepada ahli rumahmu. (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim)

Kelima
Keluar Mani dengan sengaja.

Dengan apa cara yang pada adatnya boleh membawa kepadanya. Atau dengan sengaja memandang, atau berfikir-fikir, cium, sentuh dan sebagainya. Akan tetapi sekiranya keluar kerana bermimpi tidak membatalkan puasa.

Keenam dan Ketujuh 
Keluar darah Haid dan Nifas . 

كنا نحيض عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم نطهر فنؤمر بقضاء الصوم ، ولا نؤمر بقضاء الصلاة 


Maksudnya : Dari Aisyah r.a, katanya: Kami disuruh oleh Rasulullah s.a.w mengqada' puasa dan tidak disuruhnya untuk mengqada' sembahyang. (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari) 

Kelapan 
Gila. 

Kesembilan 
Murtad terkeluar daripada islam samaada dengan perkataan atau perbuatan atau keyakinan. 

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ 

Maksudnya : Dan sesiapa di antara kamu yang murtad (berpaling tadah) dari ugamanya (ugama Islam), lalu ia mati sedang ia tetap kafir, maka orang-orang yang demikian, rosak binasalah amal usahanya (yang baik) di dunia dan di akhirat. [Surah Al-Baqarah, Ayat : 217] 

Kesepuluh 
Pengsan sepanjang hari ketika berpuasa .

SOAL-JAWAB PERKARA YANG MENJADI KEMUSYKILAN.

Apakah perkara-perkara yang membatalkan puasa? 

Perkara-perkara yang membatalkan puasa adalah seperti berikut: Memasukkan sesuatu benda ke dalam rongga badan yang terbuka dengan sengaja, kecuali kerana darurat yang berkaitan dengan kesakitan. Makan, minum dan merokok membatalkan puasa. Adapun suntikan ubatan tidak membatalkan puasa. - Muntah dengan sengaja - Mengeluarkan air mani - Melakukan jimak (hubungan seks) pada siang hari - Kedatangan haidh, nifas atau kelahiran bagi wanita - Menjadi gila - Pitam sepanjang hari - Mabuk (yang menghilangkan daya pemikiran waras) sepanjang hari - Murtad, iaitu keluar dari agama Islam

Adakah mimpi sehingga keluar air mani membatalkan puasa? 

Hadas besar yang disebabkan mimpi tidak membatalkan puasa, sama ada ianya berlaku sebelum atau selepas waktu sahur. Orang yang berhadas tersebut boleh meneruskan puasanya. Yang perlu hanyalah mandi junub. 

Saya telah bermimpi sehingga mengeluarkan mani pada siang hari bulan Ramadan, kemudian saya mandi junub. Adakah mandi junub tersebut membatalkan puasa saya?

Bermimpi sehingga mengeluarkan mani dan mandi junub tidak membatalkan puasa. Malahan, sekiranya termasuk air ke dalam telinga atau tertelan air ketika berkumur-kumur (sewaktu mengambil wuduk atau mandi) puasa tidak terbatal kerana ia dikira tidak sengaja. Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud: “Sesungguhnya Allah mengampuni umatku yang tersilap, terlupa atau dipaksa melakukan sesuatu.” (Riwayat At-Tabarani) 

Ada yang mengatakan berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung menjejaskan puasa seseorang. Sejauh manakah kebenaran pendapat ini? 

Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung ketika berwuduk adalah sunat. Bagi orang yang berpuasa pula, maka tidak boleh berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung dengan berlebihan. Sekiranya seseorang berwuduk dengan tidak kelebihan dan air itu termasuk ke dalam kerongkong, maka puasanya tetap sah. (Sila rujuk di atas). Samalah keadaannya jika dimasuki debu jalanan, debu tepung atau lalat yang terbang masuk ke dalam kerongkong. Semua ini dimaafkan kerana tidak sengaja. Namun, jika seseorang berkumur-kumur dengan berlebihan, ia boleh menyebabkan air masuk ke dalam kerongkong, dan jika ini berlaku, maka puasanya batal. 

Adakah seseorang yang sedang berpuasa itu boleh melakukan sukan renang? 

Berenang boleh menyebabkan masuknya air ke dalam hidung dan/atau telinga perenang. Jika air memasuki badan cara sedemikian, adalah batal puasa seseorang. Dengan ini, sebagai langkah berjaga-jaga, mereka yang berpuasa dinasihatkan agar tidak berenang di siang hari Ramadan untuk mengelakkan dari terbatalnya puasa. (Sila rujuk soalan di atas) 

Apakah hukum menggunakan inhaler (bagi pesakit semput) ketika berpuasa? 

Antara perkara yang membatalkan puasa ialah kemasukan sesuatu ke dalam badan melalui rongga yang terbuka. Namun, kemasukan seuatu bahan seperti ubat inhaler di atas dasar darurat, yang berkaitan dengan kesukaran bernafas, dibolehkan syara’. Oleh yang demikian, penggunaan inhaler yang berpatutan tidak membatalkan puasa. 

Adakah suntikan “insulin” membatalkan puasa? 

Suntikan insulin bagi pesakit kencing manis tidak membatalkan puasa. Ini adalah kerana suntikan tersebut bukanlah melalui rongga yang terbuka dan tidak pula memberi sebarang kekenyangan atau kepuasan kepada si pesakit.

Saya pernah terdengar bahawa jikalau seseorang itu berpuasa, dia dilarang ‘membersihkan’ telinga atau hidungnya. Samada menggunakan cotton bud ataupun jari. Kerana perbuatan itu akan membatalkan puasanya. Adakah benar?

Di antara sebab batal puasa adalah memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan yang terbuka dengan sengaja. Membersihkan telinga atau hidung tidak semestinya membatalkan puasa. Ia dibolehkan dengan kadar yang sederhana dan berhati-hati. Contohnya, membersihkan telinga di kawasan yang tidak terlalu dalam. Namun, jika anda merasa ragu-ragu sekiranya perbuatan anda boleh membatalkan puasa, maka jangan lakukan dan bersihkanlah telinga dan hidung di waktu malam.

Adakah boleh saya menderma darah sewaktu berpuasa?

Menderma darah di dalam kuantiti yang sederhana dibolehkan dan tidak membatalkan puasa. Namun, pendermaan yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kelemahan pada tubuh badan, sehingga tidak dapat menjalani ibadat puasa dengan baik, tidak digalakkan sama sekali.

Hindun binti Utbah, Pemakan hati Singa Allah

Hindun binti Utbah, Pemakan hati Singa Allah
Hindun binti Utbah, Pemakan hati Singa Allah

Hindun binti Utbah, Pemakan hati Hamzah bin Abdul Mutalib (Singa Allah)

Hindun binti ‘Utbah adalah seorang wanita Arab yang hidup pada lewat kurun ke-6 dan awal kurun ke-7M; dia adalah isteri kepada Abu Sufyan ibni Harb, seorang lelaki yang berkuasa di Makkah, di Semenanjung Arab barat. Abu Sufyan dan Hindun terdahulunya menentang Nabi Muhammad S.A.W. 

Dia adalah ibu kepada Muawiyah I, pengasas dinasti Umayyah, dan Ramlah binti Abi Sufyan, salah seorang isteri Nabi Muhammad S.A.W. Kedudukannya sebagai seorang sahabat Nabi masih dipersoalkan oleh kerana tindakan yang dia ambil terhadap masyarakat Islam sebelum dia memeluk Islam, khususnya suatu peristiwa yang dikatakan kanibalisme sewaktu medan perang. 

Dia dilahirkan di Mekah, anak perempuan dari salah seorang dari pemimpin yang berpengaruh Quraysh, ‘Utbah ibn Rabi'ah. Dia mempunyai dua adik-beradik lelaki: Abu-Hudhayfah ibn Utbah dan Walid ibn Utbah. 

TANPA bercerita kisah wanita yang seorang ini, pengetahuan kita terhadap sejarah Islam seolah tidak lengkap, sebagaimana yang diketahui umum, beliau mempunyai watak yang sangat protagonis dalam Perang Uhud, sehingga beliau digelar sebagai pemakan hati, iaitu umpama manusia kanibal yang sanggup mengunyah anggota badan manusia yang lain semata-mata untuk mendapatkan kepuasan diri. 

Namun sangat menarik jika kita dapat mengenali watak ini dengan lebih dekat melalui pelbagai pihak yang bercerita mengenai Hindun yang begitu memusuhi Islam sejak zaman jahiliah. Namun kita tidak akan menemui sebarang kisah yang mendedahkan sama ada Hindun seorang wanita yang jelita atau cantik pada zamannya. Tetapi yang sering diceritakan ialah mengenai jiwanya yang kental, seorang yang pintar berkata-kata, berpendirian tegas dan sangat berpengaruh terhadap kaumnya. Pendek kata dia menepati ciri-ciri wanita bangsawan walaupun menimbulkan pelbagai konflik. 

Imam Ibnu Abdil Jarir menyifatkan Hindun sebagai: "Hindun adalah seorang wanita yang berjiwa besar dan memiliki kehormatan." Nama sebenar wanita ini ialah Hindun binti Utbah bin Robiah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf Al Umawiyah Al Qurasyiyah. Ibunya bernama Shafiyyah binti Umayyah bin Haritsah bin Al Auqashi bin Murrah bin Hilal bin Falih bin Dzikwan bin Tsa'labah bin Bahtah bin Salim. 

Dia digambarkan sebagai seorang wanita Arab yang sangat luhur di kalangan wanita-wanita lain. Dia dikatakan seorang yang sangat fasih ketika berbicara, sangat berani, kuat, berjiwa besar, seorang yang berfikir atau berpandangan jauh dan penyair yang baik serta bijak. Pendek kata, dengan sifat-sifatnya itu Hindun dipandang sebagai wanita yang mulia, sekali gus mengangkat nama dan nasab keturunannya untuk disegani dan dihormati oleh seluruh penduduk Arab terutama di zaman jahiliah. 

Anaknya yang sangat terkenal dalam sejarah Islam sebagai pengasas Dinasti Umayyah iaitu Muawiyah bin Abu Suffian pernah menceritakan mengenai ibunya itu: "Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di zaman jahiliah tetapi di dalam Islam, beliau menjadi seorang wanita yang mulia dan baik." Sebelum berkahwin dengan Abu Suffian, Hindun dikatakan pernah berkahwin dengan seorang pemuda bernama Al Fakih bin Mughirah Al Makhzumi sehingga melahirkan dua anak tetapi mereka kemudiannya bercerai. 

Dalam hal ini Hindun berkata kepada orang tuanya: "Aku adalah wanita yang memiliki hak. Maka janganlah menikahkan aku lagi dengan seorang lelaki sebelum menawarkan dirinya kepada aku." Lalu apabila dua orang lelaki datang meminangnya selepas itu, Hindun benar-benar memilih lelaki manakah yang terbaik untuk beliau jadikan suami. Dia menolak lelaki pertama, iaitu seorang yang boleh dipengaruhi kerana kebodohannya walaupun dia dari kalangan keluarga terhormat. 

Walau apa sekalipun yang Hindun akan lakukan kemudian hari, lelaki itu dikatakan akan tetap setia di samping Hindun. "Kekurangan lelaki itu dapat dicukupkan (disempurnakan) dengan kecerdasanmu, " kata bapa Hindun, Utbah. Namun Hindun lebih memilih lelaki kedua yang meminangnya apabila mendapati lelaki itu menepati ciri-ciri yang dia kehendaki. Antaranya, memiliki kehormatan yang tinggi, nasab dan kecerdasan yang tulin, sangat aktif pergerakannya, sangat berwibawa sehingga lelaki itu dikatakan dapat mengatur keluarganya sehingga seluruh anggota keluarga tunduk hormat terhadapnya. 

"Adapun lelaki pertama, dia adalah tuan yang akan lenyap kemuliaannya, akan membinasakan isterinya sendiri kerana akan hidup di bawah telunjuk isteri yang lebih berkuasa. "Jika melahirkan keturunan, anak-anaknya pasti menjadi bodoh dan tidak mampu menunjukkan kehebatan. "Maka jauhkan lelaki itu dariku dan tidak perlulah bapa memberitahu aku akan namanya. "Sesungguhnya aku sangat tertarik dengan keperibadiannya dan dia boleh menjadi suami yang memiliki kemerdekaan yang sebenarnya di samping jika dilihat dari nasabnya maka tiada penghalang untuk kami berumahtangga. 

"Tetapi siapakah lelaki itu wahai bapaku," tanya Hindun. "Dia adalah Abu Suffian bin Harb," jawab Utbah. Namun ada sumber sejarah lain yang cuba mempertikaikan keperibadian Hindun yang bangsawan itu dengan mengatakan wanita ini sebenarnya telah mempunyai hubungan dengan ramai lelaki sebelum berkahwin dengan Abu Suffian, salah seorang pembesar ternama Quraisy Mekah. 

Dengan lain perkataan, mereka menuduh Hindun sebenarnya seorang pelacur, malah hamil hasil hubungan dengan Abu Suffian menyebabkan Hindun terpaksa memberikan rasuah yang besar terhadap pembesar itu bagi membolehkan mereka berkahwin. Beliau seorang wanita yang pada masa jahiliyahnya adalah sangat benci terhadap Islam dan berdiri di barisan terdepan dalam memerangi Islam. Ia adalah Hindun binti ‘Utbah, isteri Abu Sufyan, dan juga ibu dari Khalifah Umawiyah, Mu’awiyah bin Abi Sufyan. 

SEBELUM KEISLAMANNYA 

Kebencian Hindun binti ‘Utbah terhadap Islam mulai bersarang di hatinya dari awal munculnya Rasulullah S.A.W. bersama dakwahnya. Dan setelah terjadinya Perang Badar, kebenciannya bertambah kuat dengan adanya dendam yang membara di hatinya kepada pembunuh ayah, bapa saudara dan saudara lelaki nya di peperangan itu. Sehingga beliau bernazar akan mengunyah jantung orang itu jika ia dapat membunuhnya. 

Hindun binti ‘Utbah yang telah dikuasai kemarahannya, membuat perancangan yang sangat matang untuk melunaskan dendamnya terhadap pembunuh orang-orang terdekatnya itu. Untuk tugas membunuh ia serahkan kepada seorang budak yang bernama Wahsyi yang ia janjikan kebebasan bila berhasil membunuh musuhnya yang tak lain adalah Hamzah bin Abdul Mutalib, bapa saudara Rasulullah S.A.W. dan saudara sesusuan beliau. 

Dan bila telah terbunuh maka ia sendiri yang akan mengambil jantungnya, untuk menunaikan nadzarnya yang gila itu. Maka pada Perang Uhud niatnya itu terlaksana dengan apa yang ia rencanakan. Pada perang itu Hindun mendampingi suaminya yang memimpin barisan kaum musyrikin untuk menghadapi kaum muslimin. Di sana Hindun mempunyai peranan penting, beliau akan memimpin para wanita untuk memberikan semangat kepada suami dan kerabat mereka yang berperang menghadapi kaum muslimin dengan memukul gendang dan bersyair.

 Apabila ada pasukan yang ingin berpaling tadah dan melarikan diri, maka mereka mendorong mereka kembali ke medan perang. Ketika Wahsyi berjaya membunuh Hamzah, datanglah Hindun dan terus membelah perut Hamzah yang sudah tak bernyawa itu, lalu mengambil jantungnya dan ia mengunyahnya kemudian memuntahkannya, sehingga ia dikenal dengan sebutan aakilatul akbaad (pemakan jantung). Tidak cukup dengan itu saja, ia juga mengambil hidung dan telinganya dan menjadikannya sebagai kalung. 

HINDUN MASUK ISLAM 

Akan tetapi, ketika Fathu (penaklukan) Makkah, Allah tidak hanya membuka gerbang Makkah untuk kaum muslimin, tapi la juga membuka hati dan mata Hindun, bahwa semua yang dibawa dan yang disampaikan Rasulullah S.A.W. adalah benar-benar datang dari Allah Ta’ala. Apabila Abu Sufyan yang sudah masuk Islam ketika itu, merasa hairan ketika Hindun memintanya untuk mengantarkannya kepada Rasulullah S.A.W. untuk masuk Islam.

Abu Sufyan berkata: “Aku lihat kelmarin engkau masih membenci perkataan ini”. Dengan jujur Hindun berkata: “Demi Allah, aku tidak pernah melihat Allah diibadati sebenar-benarnya di Masjid ini kecuali malam ini. Demi Allah, mereka tidak melewati malam kecuali dengan solat, berdiri, rukuk, dan sujud”. 

Lalu Abu Sufyan berkata: “Sesungguhnya engkau telah melakukan semua yang engkau perbuat dahulu, maka pergilah dengan seorang laki-laki dari kaummu”. Kemudian Hindun meminta Utsman bin Affan untuk mengantarkannya kepada Rasulullah S.A.W. Dengan menyamar, Hindun pergi menghadap Rasulullah S.A.W. la takut Rasulullah akan mengenalinya dan akan marah dan benci kepadanya atas apa yang ia perbuat terhadap bapa saudara Nabi, Hamzah di masa perang Uhud. Ketika itu Rasulullah S.A.W. berada di bukit Shofa bersama Umar bin Khoththob lalu Rasulullah S.A.W. memperkenankan Utsman dan Hindun juga beberapa wanita yang datang untuk berbai’at kepada beliau. 

HINDUN BERBAI’AT 

Rasulullah S.A.W. kemudian berkata: “Aku bai’at kalian supaya kalian tidak akan menyekutukan Allah dengan suatu apapun.” Hindun lalu mengangkat kepalanya dan berkata: “Engkau telah mengambil dari kami sesuatu yang tidak engkau ambil dari kaum lelaki, maka kami telah memberikannya kepadamu.” Lalu Rasulullah S.A.W. berkata: “dan tidak akan mencuri.” la berkata: “Wahai Rasulullah S.A.W. , aku pernah mencuri harta Abu Sufyan, kerana ia adalah seorang yang pelik, apa yang ia berikan kepadaku tidak cukup bagiku dan anak-anakku, apakah harta itu halal bagiku?” 

Abu Sufyan berkata: “Ya, apa yang engkau ambil dahulu dan setelannya halal bagimu.” Rasulullah S.A.W. berkata: “Jadi, engkau ini adalah Hindun binti ‘Utbah?” la berkata: “Benar, wahai Rasulullah S.A.W., maafkanlah aku atas apa yang aku perbuat di masa lalu.” Beliau menjawab: “Semoga Allah memaafkanmu”. Beliau melanjutkan: “Dan tidak akan berzina.” la berkata: “Apakah wanita yang merdeka akan mau berzina?” 

Kemudian beliau berkata lagi: “Dan kalian tidak akan membunuh anak-anak kalian.” Hindun berkata: “Kami telah mendidik mereka di masa kecil dan kalian membunuh mereka di Badar ketika dewasa.” Mendengar perkataan itu Rasulullah S.A.W. dan Umar pun tertawa, Kemudian Rasulullah S.A.W. berkata: “Allah-lah yang membunuh mereka, wahai Hindun.” 

Kemudian beliau membaca surat al-Anfal ayat 17 dan berkata: “Dan tidak akan berbuat dusta yang kalian ada-adakan dengan tangan dan kaki kalian (dusta di sini maksudnya adalah mengada-adakan pengakuan palsu mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan, seperti tuduhan berzina, tuduhan bahwa anak si Fulan bukan anak suaminya dan sebagainya).” Hindun berkata: “Sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan yang sangat jelek. Engkau tidak menyuruh kami kecuali kepada petunjuk dan akhlak yang mulia.” 

Beliau berkata: “Dan kalian tidak akan mendurhakaiku dalam urusan yang baik.” la berkata: “Tidaklah kami duduk di majlis ini, dan kami ingin mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian Rasulullah S.A.W. membai’at mereka dan memintakan ampunan bagi mereka. Setelah berbai’at, Hindun berkata kepada Rasulullah S.A.W. “Wahai Rasulullah, sebelumnya tidak ada satu penghuni rumah pun di permukaan bumi ini yang aku ingin mereka terhina kecuali penghuni rumahmu, namun sekarang tidak ada satu penghuni rumah pun di permukaan bumi ini yang aku ingin mereka mulia selain penghuni rumahmu.” Lalu Rasulullah S.A.W. berkata: “Dan juga Demi jiwa Muhammad di tangan-Nya”. 

SETELAH MENJADI MUSLIMAH 

Suatu hari ketika telah masuk Islam, setelah Allah membukakan hatinya untuk iman yang mana sebelumnya tertutup oleh kekafiran dan dibekukan oleh kemusyrikan, Hindun pernah mengirimkan hadiah kepada Rasulullah S.A.W. yang dihantarkan oleh budak perempuannya. Ketika itu Rasulullah S.A.W. sedang berada di khemah bersama isteri-isteri beliau dan beberapa orang wanita dari Bani Abdul Mutalib. 

Budak itu berkata:. “Sesungguhnya nyonyaku mengirimkan hadiah ini untukmu dan ia meminta maaf kepadamu.” Kemudian budak itu menyambung: “Sesungguhnya kambing kami akhir-akhir ini jarang beranak, hadiah ini adalah domba betina yang dipanggang”. Rasulullah S.A.W. lalu berkata: “Semoga Allah memberkati kambing kalian dan memperbanyak kelahirannya”. 

Kemudian pulanglah budak itu menghadap nyonyanya dan menceritakan do’a Rasulullah S.A.W. tadi. Maka senanglah Hindun dengan do’a Rasulullah S.A.W. itu. Budak tersebut menceritakan: “Kami melihat sendiri bagaimana banyaknya anak kambingnya dan seringnya melahirkan, yang tidak pernah kami lihat sebelumnya”. Hindun berkata: “Ini adalah berkat do’a Rasulullah S.A.W.”. Hindun berusaha menghapus masa lalunya dengan ikut serta berjihad di Perang Yarmuk, dan di sana ia mendapatkan cubaan yang baik. 

la pernah berkata mengingat masa lalunya: “Aku pernah bermimpi berdiri di bawah matahari dan di dekatku ada tempat berteduh namun aku tidak boleh berlindung di bawahnya. Ketika aku telah masuk Islam, aku bermimpi seolah-olah aku telah masuk dalam lindungannya. Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita kepada Islam”. Dengan kata-kata inilah Hindun binti ‘Utbah menghiburkan dirinya sampai akhir hayatnya di masa kekhalifahan Umar bin Khattab pada tahun 14 H. Semoga Allah meredhainya dan menempatkannya di syurga Firdaus yang tinggi. Amin.

Mus'ab bin Umair, pembawa bendera yang sanggup dipotong kedua tangan dan syahid

Mus'ab bin Umair, pembawa bendera yang sanggup dipotong kedua tangan dan syahid
Mus'ab bin Umair, pembawa bendera yang sanggup dipotong kedua tangan dan syahid

Mus'ab bin Umair

Musab bin Umair adalah sahabat Rasulullah yang sangat terkenal dan menjadi teladan kepada umat Islam sepanjang zaman. Sebelum memeluk Islam lagi Musab terkenal sebagai orang yang berperawakan lemah lembut, suka berpakaian kemas, mahal dan indah. Malah dia selalu berlawan dengan kawan-kawannya untuk berpakaian sedemikian. Keadaan dirinya yang mewah dan rupanya yang kacak menyebabkan Musab menjadi kegilaan gadis di Makkah. Mereka sentiasa berangan-angan untuk menjadi isterinya.

Musab sebenarnya adalah anak yang paling disayangi ibunya berbanding adik beradiknya yang lain. Apa sahaja permintaannya tidak pernah ditolak. Oleh itu tidaklah menghairankan apabila ibunya begitu marah selepas mendapat tahu Musab telah menganut Islam.

Ibu dan ayahnya telah mengurung dan menyeksa Musab selama beberapa hari dengan harapan dia akan meninggalkan Islam. Bagaimanapun tindakan itu tidak sedikit pun melemahkan keyakinannya. Pujukan dan ancaman ibunya tidak berkesan. Mereka sudah habis ikhtiar lalu membebaskannya buat sementara.

Tindakan ibunya tidak sedikit pun menimbulkan rasa takut pada Musab, sebaliknya dia tidak jemu-jemu memujuk ibunya memeluk Islam kerana kasih pada ibunya. Musab membuat pelbagai ikhtiar tetapi semua tindakannya hanya menambahkan lagi kemarahan dan kebencian ibunya.

Pada suatu hari Musab melihat ibunya dalam keadaan pucat lesi. Dia pun bertanyakan sebabnya. Kata ibunya, dia telah berniat di hadapan berhala bahawa dia tidak akan makan dan minum sehingga Musab meninggalkan Islamnya.

Cuba bayangkan bagaimana jika anda berada di tempat Musab ketika itu, berhadapan dengan ibu yang hanya hampir tinggal nyawa ikan? Apakah jawapan anda? Tergamakkah anda membiarkannya terlantar begitu? Atau apakah ada jawapan lain yang lebih menggembirakan? Dengarlah jawapan Musab kepada ibunya: Andaikata ibu mempunyai seratus nyawa sekalipun, dan nyawa ibu keluar satu demi satu, nescaya saya tetap tidak akan meninggalkan Islam sama sekali.

Apa lagi lemahlah siibu mendengar jawapan sianak. Dengan jawapan tersebut juga, Musab dihalau daripada rumah ibunya. Tinggallah Musab bersama-sama Rasulullah dan sahabat-sahabat yang sangat daif ketika itu.

Untuk meneruskan kehidupannya, Musab berusaha sendiri bekerja mencari nafkah dengan menjual kayu api. Apabila sampai berita ini kepada ibunya, dia merasa amat marah dan malu kerana kebangsawanannya telah dicemari oleh sikap Musab. Adik-beradik Musab juga sering menemui dan memujuknya supaya kembali menyembah berhala. Tetapi Musab tetap mempertahankan keimanannya.

Sewaktu ancaman dan seksaan kaum Quraisy ke atas kaum Muslim menjadi-jadi, Rasulullah telah mengarahkan supaya sebahagian sahabat berhijrah ke Habysah. Musab turut bersama-sama rombongan tersebut. Sekembalinya dari Habsyah, keadaan beliau semakin berubah. Kurus kering dan berpakaian compang-camping. Keadaan itu menimbulkan rasa sedih di dalam hati Rasulullah. Kata-kata Rasulullah mengenai Musab sering disebut-sebut oleh sahabat:

Segala puji bagi bagi Allah yang telah menukar dunia dengan penduduknya. Sesungguhnya dahulu saya melihat Musab seorang pemuda yang hidup mewah di tengah-tengah ayah bondanya yang kaya raya. Kemudian dia meninggalkan itu semua kerana cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Apabila ibu Musab mendapat tahu mengenai kepulangannya, dia memujuk anaknya supaya kembali kepada berhala. Dia mengutuskan adik Musab yang bernama al-Rum untuk memujuknya. Namun Musab tetap dengan pendiriannya. Bagaimanapun tanpa pengetahuan ibunya, al-Rum juga sudah memeluk Islam tetapi dia merahsiakannya. Sewaktu berlaku peperangan Uhud, Musab ditugaskan memegang panji-panji Islam. Peringkat kedua peperangan telah menyebabkan kekalahan di pihak tentera Muslimin. Tetapi Musab tetap tidak berganjak dari tempatnya dan menyeru: Muhammad adalah Rasul, dan sebelumnya telah banyak diutuskan rasul.

Ketika itu, seorang tentera berkuda Quraisy, Ibn Qamiah menyerbu ke arah Musab dan melibas tangan kanannya yang memegang panji-panji Islam. Musab menyambut panji-panji itu dan memegang dengan tangan kirinya sambil mengulang-ulang laungan tadi. Laungan itu menyebabkan Ibn Qamiah bertambah marah dan menetak tangan kirinya pula. Musab terus menyambut dan memeluk panji-panji itu dengan kedua-dua lengannya yang kudung. Akhirnya Ibn Qamiah menikamnya dengan tombak. Maka gugurlah Musab sebagai syuhada' Uhud.

Abu al-Rum, Amir ibn Rabiah dan Suwaibit ibn Sad telah berusaha mendapatkan panji-panji tersebut daripada jatuh ke bumi. Abu Rum telah berjaya merebutnya dan menyaksikan sendiri syahidnya Musab. Abu Rum tidak dapat lagi menahan kesedihan melihat kesyahidan abangnya. Tangisannya memenuhi sekitar bukit Uhud. Ketika hendak dikafankan, tidak ada kain yang mencukupi untuk menutup mayat Musab. Keadaan itu menyebabkan Rasulullah tidak dapat menahan kesedihan hingga bercucuran air matanya. Keadaannya digambarkan dengan kata-kata yang sangat masyhur: Apabila ditarik ke atas, bahagian kakinya terbuka. Apabila ditarik ke bawah, kepalanya terbuka. Akhirnya, kain itu digunakan untuk menutup bahagian kepalanya dan kakinya ditutup dengan daun-daun kayu.

Demikian kisah kekuatan peribadi seorang hamba Allah dalam mempertahankan kebenaran dan kesucian Islam. Beliau jugalah merupakan pemuda dakwah yang pertama mengetuk setiap pintu rumah di Madinah sebelum berlakunya hijrah. Kisahnya mempamerkan usaha dan pengorbanannya yang tinggi untuk menegakkan kebenaran. Semua itu adalah hasil proses tarbiyah yang dilaksanakan oleh Rasulullah.

Musab telah menjadi saksi kepada kita akan ketegasan mempertahankan aqidah yang tidak berbelah bagi terhadap Islam sekalipun teruji antara kasih sayang kepada ibunya dengan keimanan. Musab lebih mengutamakan kehidupan Islam yang serba sederhana dan kekurangan berbanding darjat dan kehidupan yang mewah. Dia telah menghabiskan umurnya untuk Islam, meninggalkan kehebatan dunia, berhijrah zahir dan batin untuk mengambil kehebatan ukhrawi yang sejati sebagai bekalan kehidupan dalam perjuangan yang tidak pernah padam.

Jin Ifrit Mencuri Cincin Nabi Sulaiman A.S

JIN IFRIT MENCURI CINCIN NABI SULAIMAN A.S.
Jin Ifrit Mencuri Cincin Nabi Sulaiman A.S

Jin Ifrit Mencuri Cincin Nabi Sulaiman A.S.

Salah satu daripada mukjizat yang diberikan oleh Allah swt pada Nabi Sulaiman a.s. adalah tertulis pada cincinnya namanya dan nama Allah swt. Adapun setiap sesuatu yang tertulis padanya nama para Nabi dan nama Allah tidak boleh dibawa ke sebarang tempat seperti tempat-tempat yang hina seumpama tandas, tempat-tempat maksiat dan seumpamanya juga tidak boleh dipakai ketika tidur dan ketika berhadas besar.

Kerajaan Nabi Sulaiman a.s. masyhur serta luas kekuasaannya sehingga anginpun tunduk atas segala perintahnya. Maka ini memudahkan Nabi Sulaiman a.s. untuk pergi ke suatu tempat yang dihajati dengan tidak perlu berkenderaan. Cukup sekadar memerintahkan angin membawanya terbang di atas permaidani sekiranya baginda yang diiringi oleh pembesar-pembesar kerajaannya mahu menziarahi daerah kekuasaan baginda yang luas itu.


Pada suatu hari, Nabi Sulaiman a.s. bersama pembesar-pembesar kerajaannya pergi menziarahi salah sebuah daerah kekuasaan baginda dengan berkenderaan permaidani yang diterbangkan angin sehingga baginda melalui sebuah perkampungan nelayan yang terletak di tepi laut. Ketika itu kelihatan penduduknya sedang menjemur ikan. Di antaranya terdapat gadis-gadis yang turut serta menjemur ikan. Dari kalangan para gadis itu, ada seorang gadis yang amat hitam rupanya dan tidak menarik perhatian kaum lelaki.

Apabila Nabi Sulaiman a.s. dan para pembesarnya melalui tempat itu, maka penduduk kampung menjadi kehairanan kerana tiba-tiba sahaja cuaca menjadi redup. Lalu merekapun mendongak dan mendapati rombongan Nabi Sulaiman a.s. sedang melalui kawasan itu.

Sedang mereka dalam keadaan itu, berkatalah gadis yang hitam rupanya tadi: “Alangkah bahagianya aku sekiranya aku menjadi permaisuri Nabi Sulaiman a.s.”

Apabila teman-temannya yang lain mendengar ucapan gadis itu, mereka lalu mentertawakannya dan mengejeknya dengan kata-kata menghiris hati: “Wahai gadis tidak tahu diri, sesungguhnya hasratmu sekadar impian. Rupamu yang hitam langsung tidak menarik perhatian. Inikan pula mahu bersuamikan Nabi Sulaiman yang hebat kedudukannya. Sedangkan kami yang mempunyai wajah menarik tidak bercita-cita untuk menjadi permaisuri baginda. Apakah engkau tidak sedar bahawa orang-orang lelaki di kampung kita inipun belum tentu mahu beristerikan engkau yang hitam legam lagi tidak menarik hati? Cukuplah engkau berangan-angan!” Riuh rendahlah suara mereka mentertawakan si gadis hitam tadi.

Mendengarkan cemuhan dan hinaan mereka, merasa sayulah hati gadis yang malang itu. Dirinya ibarat pungguk merindukan bulan. Rupa yang buruk tidak dipinta. Akhlah yang baik lebih utama.

Setelah Nabi Sulaiman a.s. bersama pembesar-pembesarnya selesai dari menjelajah ke daerah kekuasaan baginda, merekapun balik ke rumah masing-masing.

Setibanya Nabi Sulaiman a.s. di istananya, baginda berhajat untuk ke tandas. Sebelum itu, baginda melucutkan cincin yang bertuliskan nama Allah dan namanya, lalu diserahkan pada isterinya.

Pada masa itulah datang jin Ifrit menyerupakan dirinya sepertimana Nabi Sulaiman a.s, lalu menemui isteri baginda dan berkata: “Wahai isteriku, ambilkan cincinku tadi.” Tanpa merasa ragu, isteri baginda menyerahkan cincin itu pada Ifrif kerana menyangka dirinya Nabi Sulaiman a.s.

Apabila Nabi Sulaiman a.s. selesai melepaskan hajatnya, baginda meminta dikembalikan cincinnya tetapi isterinya berkata: “Sesungguhnya telah aku kembalikan sebentar tadi.” Nabi Sulaiman a.s. diam kehairanan. Kemudian baginda berkata: “Baru inilah aku meminta kembali cincin itu.” Tetapi isteri baginda tetap mengatakan bahawa ia telah diserahkan.

Nabi Sulaiman a.s. merasa serba salah dan curiga. Kemungkinan cincin itu telah dicuri oleh seorang yang menyamar sebagai diri baginda kerana isterinya tidak mempunyai alasan untuk menyerahkan barang kepunyaannya kepada sesiapapun jua.

Adapun Ifrit setelah ia mencuri cincin tersebut, iapun masuk ke dalam istana kerajaan dan duduk di singgahsana sambil memerintah rakyat Nabi Sulaiman a.s. ke istana dan mendapati seorang yang menyerupai dirinya duduk di atas singgahsana. Maka fahamlah baginda kedudukan perkara.

Lalu baginda berkata: “Wahai rakyatku sekalian, sesungguhnya akulah Sulaiman, raja kamu yang sebenar.”

Jawab rakyatnya: “Tidak, raja itulah yang sedang memberi ucapan. Kamu bukan raja kami. Raja Sulaiman yang sebenar adalah dia yang duduk di kerusi singgahsana. Kamu pendusta!”

Apabila rakyatnya tidak percaya lagi pada baginda, maka baginda pun pergi meninggalkan istana, menuju dari sebuah perkampungan ke perkampungan yang lain dan menyatakan dirinya sebagai Raja Sulaiman tetapi kesemua mereka menafikannya.

Akhirnya baginda pergi ke sebuah kampung nelayan yang terletak di tepi laut, lalu baginda menyatakan hajatnya untuk turut bekerja sebagai nelayan kepada seorang nelayan di tempat itu. Nelayan itu menerima hajat baginda tanpa menyedari bahawa ia sedang berhadapan dengan Raja Sulaiman.

Nabi Sulaiman a.s. menjalani kehidupannya sebagai seorang nelayan dengan baik dan baginda bekerja bersungguh-sungguh tanpat mengenal jemu dan penat sehingga menghasilkan pendaptan yang lumayan dengan nelayan itu.

Pada suatu hari, ketika baginda duduk berehat menunggu waktu makan tengahari, baginda tertidur oleh sebab keletihan.

Tidak lama kemudian, datanglah anak gadis nelayan tersebut membawa makanan tengahari. Berkata si nelayan kepada anaknya: “Wahai anakku, panggillah Sulaiman untuk makan tengahari bersama kita.”

Gadis tersebutpun pergilah mendapatkan baginda yang sedang tidur sambil dikipas oleh seekor ular dengan sehelai daun. Alangkah terkejutnya gadis itu melihat keadaan yang luar biasa ini, lalu segera dikhabarkan kepada ayahnya. Apabila si nelayan menyaksikan sendiri perkara itu, ia pasti baginda bukan sebarangan orang tanpa mengesyaki baginda adalah raja Sulaiman. Mereka meninggalkan baginda sendirian sehingga akhirnya baginda terjaga dari tidurnya dan merekapun menghadapi hidangan tengahari bersama-sama.
Setelah beberapa lama Nabi Sulaiman tinggal nelayan, maka nelayan itu bermaksud untuk mengahwinkan anaknya dengan baginda. Nabi Sulaiman as tidak pula menolak kehendak nelayan itu. Maka hiduplah Nabi Sulaiman a.s. bersama gadis hitam yang pernah bercita-cita untuk menjadi isterinya suatu masa dahulu sebagai suami isteri yang sah tanpa gadis itu menyedari bahawa Tuhan telah menjadikan impiannya suatu kenyataan.

Manakalah di istana yang telah ditinggalkan baginda, Ifrit menyamar sebagai Nabi Sulaiman as memberikan pengajaran yang menyesatkan manusia. Berpunca dari amarannya yang jahat itu, Ifrit tidak sanggup menyimpan cincin baginda yang dicurinya itu, kerana khianatnya cincin itu lalu dicampakkannya ke dalam laut yang kemudiannyaditelan oleh seekor ikan. Ifrit meninggalkan takhta kerajaan. Ketika itulah orang ramai baru menyedari kepalsuan orang yang selama ini mengaku dirinya Raja Sulaiman rupanya jin yang menyamar sebagai baginda.

Segala sesuatu hanya Allah swt yang menentukan.
Sebagaimana biasa, nelayan dan Nabi Sulaiman as keluar menangkap ikan sebagai memenuhi keperluan hidupnya. Kebetulan pada hari itu, masuklah ikan yang menelan cincin Nabi Sulaiman as ke dalam pukat mereka. Menjelang senja, kembalilah mereka ke rumah. Sebahagian daripada ikan yang ditangkap hari itu mereka jemur manakala sebahagian lagi dijadikan hidangan makan malam.

Tatkala isteri baginda menyiang ikan yang akan dimasak malam itu, tiba-tiba ditemui dalam perut ikan itu sebentuk cincin yang bertuliskan nama Nabi Sulaiman as dan nama Allah.

Segeralah isteri baginda mengkhabarkannya. Demi melihat baginda akan cincin itu, baginda terus mengucap syukur sebanyak banyaknya kepada Tuhan kerana haknya telah dikembalikan tanpa ia duga sementara rasa kasih terhadap isterinya semakin bertambah.

Setelah cincin itu disarungkan, barulah rakyat baginda meyakini bahawa baginda adalah sebenarnya Raja Sulaiman.

Nabi Sulaiman as bermaksud untuk kembali ke istana dan melihat keaaan rakyat baginda yang telah lama ditinggalkan. Baginda juga berhasrat untuk membawa isteri baginda bersama-sama tetapi merasa keberatan kerana ditakuti isterinya akan menjadi bahan ejekan berpunca dari kehitaman rupanya itu. Baginda lalu berdoa kepada Allah Taala supaya mengubah rupa isterinya yang hodoh itu menjadi cantik. Doa baginda dimakbulkan sehingga merasa cemburulah teman-teman yang pernah menghina dan mengejek isterinya dahulu.

Baginda beserta isterinya kembali ke istana dengan disambut meriah oleh rakyat jelata yang telah menyedari kesilapan meraka.

Kemudian pada suatu hari, dikumpulkanlah sekalian rakyatnya, baik dari golongan manusia, jin dan juga binatang kerana Nabi Sulaiman ingin mengetahui siapakah yang telah mencuri cincin baginda dan menyesatkan rakyat dengan perbuatan durjana. Sesiapa yang telah melakukan kesalahan pasti takut untuk bertemu dengan baginda.

Setelah sekalian rakyat berkumpul, ternyata yang tidak hadir aalah jin Ifrit. Dengan ini, diisytiharkan bahawa Ifritlah yang telah mencuri cincin baginda. Mendengar kenyataan ini, merasa marahlah golongan jin terhadap Ifrit kerana telah memalukan bangsa mereka di khalayak ramai. Lalu Nabi Sulaiman as memerintahkan beberapa orang bangsa jin untuk menangkap Ifrit. Bangsa jin yang diperintah itu segera pergi mencari tempat persembunyian Ifrit.

Akhirnya ditemui Ifrit bersembunyi di batu karang di dasar lautan. Ifrit lalu dihadapkan kepada Nabi Sulaiman as dan baginda menghukum sesuai dengan kesalahannya.

Abdul Rahman Bin Auf "Manusia Bertangan Emas"

ABDUL RAHMAN BIN AUF ra.

Abdul Rahman Bin Auf adaltah salah seorang sahabat Rasulullah yang akrab. Beliau juga adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang terkaya sebagaimana juga halnya dengan Saiyidina Uthman Bin Affan r.a. Menurut ahli sejarah, Abdul Rahman Bin Auf dilahirkan 10 tahun sesudah tahun gajah dan beliau hidup sebagai seorang pemuda Quraisy dikota Mekah yang ketika itu penuh dengan bermacam-macam kemaksiatan jahiliah berupa penyembahan berhala maupun kejahatan-kejahatan lainnya. Namun demikian Abdul Rahman terhindar dan bermacam-macam kejahatan yang berleluasa ketika itu. Bahkan sebelum memeluk agama Islam lagi, Abdul Rahman Bin Auf telah mempunyai anggapan bahawa minuman arak itu adalah terlarang.

Abdul Rahman Bin Auf telah memeluk Islam sebelum Rasulullah s.a.w memasuki Darul Arqam lagi. Dengan hal demikian nyatalah bahawa beliau tergolong orang-orang Islam yang permulaan dan menurut riwayat beliau adalah orang yang 8 dan orang-orang permulaan yang memeluk Islam. Adalah diriwayatkan bahawa ibu Abdul Rahman Bin Auf sesudah mengetahui Abdul Rahman Bin Auf memeluk Islam, iapun berkata kepada anaknya, "Aku akan berjemur dipanas matahari yang terik di waktu siang dan di waktu ma1am yang sejuk aku akan bermalam diruang lapang, hinggalah engkau mengaku akan kembali semula kepada agama nenek moyangmu. Dimikian ibunya mengancam. Sungguhpun begitu Abdul Rahman Bin Auf tetap tegak memeluk ugama suci dan mencintai Rasulullah S.A.W. 

Adapun nama asal Abdul Rahman sebelum beliau memeluk Islam ialah Abdul Ka'abah, tetapi kemudian setelah Islam beliau menukar namanya kepada Abdul Rahman. Sebagai seorang sahabat Rasulullah yang akrab, Abdul Rahman mempunyai satu keistimewaan yang khas iaitu berjuang untuk menegakkan ugama Allah bukan saja dengan pedangnya bahkan dengan harta dan kekayaannya. Beliaulah antara para sahabat yang banyak sekali mengorbankan kekayaannya untuk memperjuangkan kepentingan Islam. Abdul Rahman pernah membahagikan dua kekayaannya untuk dibahagikan kepada fakir miskin dan pernah pula menyerahkan seluruh kekayaannya untuk keperluan sabilillah demi menegakkan panji-panji Islam. 

Ramai sahabat yang telah memimpin penjuangan Islam dan menyibarkan syiar Islam yang berjuang sebagai panglima atau sebagai pahlawan Islam yang dikenal sejarah, tetapi Abdul Rahman Bin Auf telah melakukan kepahlawanannya dengan jalan menyerahkan seluruh kekayaannya dalam menegakkan Islam. 

Sebagai seorang Islam yang permulaan, Abdul Rahman Bin Auf juga telah mengalami berbagai penderitaan dan penyiksaan dari masyarakat Quraish di Mekah. Oleh kerana memandangkan keadaan kaum Muslimin yang sangat sedikit itu sementelahan pula mengalami berbagai macam ancaman maka Rasulullah s.a.w akhirnya telah memerintahkan para pengikutnya supaya melakukan hijrah ke negeri Abbysinia kerana menurut Rasul disana ada sebuah kerajaan yang tidak berlaku zalim terhadap rakyatnya. Tidak lama kemudian maka berangkatlah rombongan pertama yang melakukan hijrah yang terdiri dan 10 orang lelaki dan 4 orang wanita dan 17 wanita serta anak-anak. Dan diantara yang melakukan hijrah yang terdiri dan 10 orang lelaki dan 4 orang wanita lalu disusul dengan rombongan kedua yang terdiri dan 83 lelaki dan 17 wanita serta anak-anak. Dan di antara yang melakukan hijrah tersebut termasuklah Abdul Rahman Bin Auf. 

Tidak lama kemudian Abdul Rahman Bin Auf dan beberapa temannya telah kembali ke kota Mekah sehingga sampai pada waktu Allah s.w.t memenintahkan kepada Rasulullah s.a.w untuk melakukan hijrah keYathrib( Madinah) dilakukan Rasulullah sendiri dan para sahabatnya dan diantaranya termasuk juga Abdul Rahman Bin Auf. 

Setiba di Madinah sebagaimana yang diperlakukan oleh Rasul terhadap lain-lain sahabat dalam rangka memberikan bantuan, maka Abdul Rahman Bin Auf telah dipersaudarakan oleh Baginda dengan Sa'ad Bin Rabi' seorang daripada golongan Ansar. 

Demi kecintaan Saad Bin Rabi' kepada saudaranya dan golongan Muhajirin, beliau telah mengatakan kepada Abdul Rahman demikian antara lainnya, "Saudara, ketahuilah bahawa saya adalah seorang Ansar yang banyak harta, dan kiranya saudara sudi ambillah separuh dan kekayaan saya itu. Saya juga mempunyai dua orang isteri dan kiranya Saudara sudi mana satu antaranya, saya sedia mencaraikannya supaya boleh saudara mengahwininya. Mendengarkan kata-kata sahabatnya itu Abdul Rahman Bin Auf seraya menjawab, "Saudaraku, semoga Allah akan memberikan berkat terhadap keluarga dan hartabenda saudara. Janganlah disusahkan tentang din saya ini, yang penting bagi saya ialah kiranya saudara sudi menunjukkan saya jalan menuju ke pasar. 

Sungguh beliau memang seorang pedagang yang berbakat dan pintar. Dalam sekejap masa saja beliau berjaya menunjukkan keahliannya dalam berdagang hingga berjaya memperoleh harta yang banyak. Beliau mempunyai 100 ekor kuda yang dapat dipergunakan dalam peperangan 100 ekor unta dan 10,000 ekor kambing sehingga diwaktu beliau meninggal, tatkala dihitung seperempat dan kekayaannya menyamai jumlah 84 ribu dinar. Akan tetapi disamping kekayaannya yang melimpah-limpah itu, bellau termasuk orang yang paling dermawan dan paling pemurah juga merupakan seorang tokoh sahabat yang paling banyak berbuat kebajikan terhadap kaum fakir miskin. 

Pada zaman Rasulullah S.A.W, beliau pernah membahagikan seluruh kekayaannya dan menyerahkan yang sebahagian itu kepada orang-orang yang memerlukannya. Pernah terjadi dalam satu peristiwa, Abdul Rahman Bin Auf mengeluarkan sedekah sekali duduk sebesar 40 ribu dinar, dan pernah ia membiayai peperangan dengan menyediakan perlengkapan sebanyak 500 ekor kuda tempur lengkap dengan senjatanya pakaian makanan untuk dipergunakan oleh para perajurit dan juga dalam waktu yang sama membawa konvoi perbekalan yang diangkut oleh 500 unta. 

Memandangkan jasa dan pengorbanan menegakkan Islam dengan hanta kekayaannya Rasulullah S.A.W pernah bersabda, "Abdul Rahinan Bin Auf adalah saudagar Tuhan " sebagai memujinya atas peranannya menegakkan ugama ALlah dengan harta kekayaan. Dalam satu riwayat lain pula Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya mereka yang memelihara keluarga saya setelah saya meninggal dunia adalah manusia yang benar dan manusia yang mempunyai kebajikan. Dalam hal ini Abdul Rahmanlah salah seorang sahabat yang menyahut seruan Rasulullah s.a.w kerana beliaulah yang menyiapkan kemudahan untuk Ummul Mu'minin dalam melakukan ibadah haji dibawah lindungan beliau. 

Disamping memiliki kekayaan yang melimpah-limpah beliau adalah seorang yang takut dan benci kepada harta kekayaan dan selalu menghindarkan din dan penganuh kekayaannya. Adalah diriwayatkan bahawa pada suatu han Abdul Rahman Bin Auf menangis tersedu-sedu lalu ia ditanyai orang apakah yang menyebabkan beliau menangis itu, lalu dijawabnya, "Sesungguhnya Mas'ab adalah lebih baik daripadaku kerana ia meninggal dunia di zaman Rasul dan diwaktu meninggal dunia ia tidak memiliki sepotong kain yang dapat dijadikan kafan untuk membungkusnya.

Sesungguhnya Hamzah Bin Muttalib adalah manusia yang lebih utama daripada saya padahal ia tidak mempunyai kain yang dapat dijadikan kafan untuk memakamkannya. Saya khuatir saya ini termasuk di antara orang-orang yang dipercepat untuk menikmati kebahgiaan dunia fana ini dan saya khuatir bahawa saya akan tersisih daripada para sahabat Nabi diAkhirat kelak disebabkan kerana saya mempunyai banyak harta. Dalam satu riwayat yang lain pula diceritakan orang bahawa tatkala Abdul Rahman Bin Auf memberikan makanan kepada tamunya beliau tiba-tiba menangis lalu ditanyai orang, "Mengapakah engkau menangis hai Ibnu Auf ?" Ia lalu menjawab, "Nabi telah wafat, sedangkan ia dan keluarganya tidak pernah kenyang oleh roti gandum. 

Demikianlah jiwa Abdul Rahman Bin Auf salah seorang sahabat besar Rasulullah. Memandangkan besarnya semangat pengorbanannya itu maka tidaklah hairan kiranya Rasulullah s.a.w mengatakan bahawa Abdul Rahman adalah di antara sepuluh orang yang telah digembirakan oleh baginda Rasul akan memasuki syurga. 

Dizaman Khalifah Umar Al Khattab, Abdul Rahman Bin Auf telah memperoleh kehormatan dan keutamaan di sisi Khalifah. Di zaman Khalifah, beliau pernah dilantik oleh Khalifah Umar untuk memimpin rombongan haji pada tahun pertama setelah Saiyidina Umar dipilih sebagai khalifah. Malah beliau jugalah salah seorang yang telah diwasiatkan oleh Khalifah Umar Al Khattab sebelum kewafatan beliau menjadi salah seorang ahli dalam majlis jawatankuasa di antara enam orang anggota bagi memilih calon khalifah yang akan menggantikan baginda. Beliaulah juga tokoh yang mengetuai tugas untuk menentukan siapakah yang bakal menggantikan Khalifah Umar Al Khattab sebagai khalifah ketiga umat Islam yang akhirnya jatuh ketangan Saiyidina Uthman Bin Affan r.a. 

Pada tahun 31 Hijrah, setelah menempuh hidup didunia yang fana mi selama 74 tahun, berpulanglah tokoh sahabat besar ini kerahmatullah. Dalam usia 75 tahun. Dan sebelum meninggalnya, Ummul Mu'minin Aisyah telah menawarkan bahawa jika ia menghendakinya akan ditempatkan kuburannya nanti di sisi kuburan Nabi, Abu Bakar dan Umar r.a. Dengan suara yang merendah diri ia menjawab bahawa ia malu jika diberi kedudukan yang sedemikian tingginya untuk berkubur di samping Rasul.

Dan ia juga menyatakan bahawa dirinya telah terikat janji dengan Uthman Bin Mazh'un bahawa jika salah satu di antara mereka berdua meninggal dunia lebih dahulu, maka ia akan berkubur di samping kuburan kawannya yang lain. Jenazah beliau telah dikebumikan di Baqi dan disembahyangkan oleh Saiyidina Uthman Bin Affan, Zubair Ibnul Awwam dan lain-lain tokoh sahabat. 

Please Subscribe my youtube channel. Tq.

Translate

CLOSE