KISAH NABI ZAKARIA a.s.

Nabi Zakaria adalah ayah dari Nabi Yahya putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna, ibu saudaranya Maryam, Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah agar dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya memimpin Bani Israil. Ia khuatir bahawa bila ia mati tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sekehendak hati mereka. Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari generasi sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.

Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan sembahyang serta menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nazarnya sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima bayi Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara isterinya sendiri yang hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh Tuhan.

Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi pada suatu hari ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu sudut mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan musim panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Ia tidak sabar menanti anak saudaranya selesai sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya kepadanya: "Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua?"

Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan aku minta. Di waktu pagi dikala matahari terbit aku mendapatkan rezeki ku ini sudah berada di depan mataku, demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?"


Maryam binti Imran

Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran seorang daripada pemuka-pemuka dan ulama Bani Isra'il. Ibunya saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.

Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernazar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikabulkan, akan menyerahkan dan menghebahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.


Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahawa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imaran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.


Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang, Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan , tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin mesra. Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan.


Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernazar untuk dihebahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: "Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernazar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.


Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi di antara mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.


Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar di atas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga. Zakaria merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.


Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudara isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.


Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: "Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini."

Maryam menjawab: "Inilah pemberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?"

Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Almasih a.s.

Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

Siapa Yakjuj dan Makjuj (siri 2)

Ya'juj dan Ma'juj atau Gog dan Magog dalam tradisi Ibrani (Yahudi) adalah sebutan yang muncul dalam kitab suci umat Islam, al-Quran serta kitab-kitab agama lain mengenai sekelompok manusia yang memiliki kekuatan sebagai perosak dan penghancur kehidupan di muka bumi.Ya’juj dan Ma’juj dalam tradisi keagamaan digambarkan dalam istilah yang tidak jelas. Ada yang menyebutnya sebagai manusia, mahkluk berbentuk raksasa, suatu bangsa atau negeri. Ya’juj dan Ma’juj juga muncul dalam banyak mitos dan cerita rakyat di banyak negara. Walau bagaimanapun, Ya'juj dan Ma'juj seringkali disebut sebagai Gog dan Magog di Dunia Barat. Ketika kemunculannya, mereka dikatakan akan menuju ke sebuah tasik di Palestin dan akan minum air tasik itu hingga kering.

· Memiliki zuriat yang ramai dan dikatakan tidak akan mati sehingga melahirkan 1,000 zuriat.
· Tiada siapa mampu menewaskan mereka dan hanya binasa dengan kekuasaan Allah
· Muncul selepas turunnya Nabi Isa AS dan dajal
Dalam sebuah hadis, Rasulullah menyatakan kebimbangannya apabila pada zaman baginda, Yakjuj dan Makjuj dikatakan sudah berjaya menebuk benteng Zulkarnain menjadi sebesar bulatan ibu jari dan jari telunjuk. Disebalik pembinaan kota besar hasil kemajuan pembangunan dan kemodenan yang melanda hampir seluruh pelosok dunia hari ini, masih ada kawasan rahsia di muka bumi ini yang menyimpan ribuan makhluk misteri. Hingga kini, penerokaan demi penerokaan di seluruh kawasan bumi masih belum menemui wilayah asing itu sekali gus menyebabkan kemujudan makhluk terbabit tidak akan dikenal pasti. Bagaimanapun, kemujudan makhluk itu adalah sahih dan suatu harti nanti, mereka akan muncul juga di hadapan manusia. Akan tetapi, ketika makhluk itu muncul, sudah terlambat untuk manusia berbuat apa apa. Tiada lagi kajian mengenai sejarah mewujudan atau penyelidikan sains dilakukan terhadap makhluk itu seperti penemuan artifak atau spesis baru ketika ini kerana waktu munculnya makhluk dikenali Yakjuj dan Makjuj itu, dunia sudah terlalu hampir dengan kiamat!
Sejak dikurung ribuan tahun lalu, kemujudan dan lokasi ‘pusat tahanan’ Yakjuj dan Makjuj masih menjadi misteri kepada manusia. Bagaimanapun, kemujudan dua makhluk itu adalah pasti lantaran ia dinyatakan dalam al-Quran serta tergolong dalam perkara ghaib yang wajib diimana manusia menerusi tanda besar berlakunya kiamat. “Ulama juga cenderung mengatakan Yakjuj dan Makjuj berasal dan dikurung di benua Asia Tengah berdasarkan tafsiran ayat ke 90 dari surah al-Khafi yang menyebutkan Zulkarnain sampai ‘ditempat terbit matahari’ iaitu timur dunia”


“Cerita mengenai sejarah Yakjuj dan Makjuj tertera dalam al-Quran menerusi surah al-Kahfi, ayat ke 92 hingga 98 manakala kebangkitan dinyatakan dalam surah an-Anbiyaa’, ayat ke96 dan 97,” katanya.

Allah berfirman menerusi ayat surah al-Kahfi itu:
“Kemudian dia (Zulkarnain) menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia sampai antara dua gunung, dia mendapati di hadapan kedua dua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.“Mereka berkata:‘Hai Zulkarnain, sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu orang yang membuat kerosakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara mereka?’
“Zulkarnain berkata: ‘Apa yang dikuasakan Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (Manusia dan peralatan), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan potongan besi’. “Hingga apabila besi itu sudah sama rata dengan kedua dua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulkarnain: ‘Tiuplah (api itu)’. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti ) api, dia pun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) akan aku tunangkan ke atas besi panas itu. “Maka mereka tidak dapat mendakinya dan mereka tidak dapat melubanginya. Zulkarnain berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat daripada Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku (kiamat), Dia akan menjadikannya hancur luluh dan janji Tuhanku itu adalah benar.’” Dalam ayat surah an-Anbiyaa’ pula Allah berfirman:
“ Hingga apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj; dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan sudah dekatlah kedatangan janji yang benar (kiamat) maka tiba tiba terbelahlah mata orang kafir.(Mereka berkata): Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’.”
Selain dua surah al-Quran itu, terdapat banyak hadis kuat yang membicarakan mengenai Yakjuj dan Makjuj tetapi ada juga perbezaan pendapat di kalangan ulama mengenai ciri ciri bangsa itu yang tidak diterangkan nas.
“Hadis riwayat Imam Ahmad pula menerangkan ciri fizikal Yakjuj dan Makjuj yang antara lain bermuka bulat dan kulit kekuningan seperti wajah kebanyakan penduduk Asia tengah. Pendapat lain menambah yang Yakjuj dan Makjuj berkemungkinan berasal daripada bangsa Tartar dan Mongul manakala lokasi tahanan mereka adalah kawasan pergunungan luas Caucasus. Beliau berkata, kebanyakan ulama menyatakan yang bangsa itu terus wujud sehingga kini tetapi dipisahkan daripada dunia manusia oleh Allah SWT menerusi tembuk dibina Zulkarnain itu. Katanya, tugas bangsa itu setiap hari sejak ribuan tahun lalu adalah mengorek tembok itu untuk tembus ke dunia manusia tetapi Allah masih menghalang mereka dengan kembali meneguhkan benteng berkenaan sehinggalah hampir hari kiamat. “Allah akan mengizinkan tembok itu runtuh dan Yakjuj dan Makjuj bebas ke dunia manusia apabila hampirnya kiamat dan peristiwa itu menjadi satu daripada 10 tanda besar kiamat,” katanya. Yakjuj dan Makjuj juga muncul selepas kematian Dajal yang dibunuh Nabi Isa AS dan bangsa itu akan mendatangkan kerosakan besar di muka bumi. Kekuatan mereka dikatakan luar biasa dan terlalu hebat sehingga tiada siapa yang mampu menewaskan kumpulan itu. “Nabi Isa AS memerintahkan manusia yang masih beriman berlindung di pergunungan bagi mengelak menjadi mangsa Yakjuj dan Makjuj, baginda kemudian berdoa kepada Allah SWT dan Allah membinasakan mereka dengan mengutuskan seekor burung besar untuk mengangkut dan membersihkan mayat itu daripada bumi,” katanya. Menyoroti dalil kewujudan Yakjuj dan Makjuj, manusia seharusnya yakin mempertahankan akidah Islam dan tidak bertangguh memohon keampunan dan keredaan Allah kerana mereka yang masih lalai adalah golongan yang diterangkan dalam surah an-Anbiyaa’ di atas seperti firmanNya: “(Mereka berkata): ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang zalim’.”
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Hari ini dinding Yakjuj dan Makjuj telah terbuka sebesar ini. Wuhaib (perawi hadis) melingkarkan jarinya membentuk angka sembilan puluh (menekuk jari telunjuk sampai ke pangkal ibu jari).

Yakjuj dan makjuj (siri 1)

Nama Yakjuj dan Makjuj disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran, iaitu di dalam surah al-Kahfi ayat 94 dan surah al-Anbiya ayat 96. Di dalam surah al-Kahfi diterangkan bahawa Yakjuj dan Makjuj adalah orang-orang yang membuat kerosakan di muka bumi yang ditakuti oleh suatu kaum yang tinggal di antara dua pergunungan sehingga ketika Zulkarnain datang ke tempat itu, kaum tersebut memohon kepadanya agar dibuatkan tembok penghalang daripada serangan mereka. Di dalam surah al-Anbiya, disebutkan bahawa Yakjuj dan Makjuj itu akan segera turun dengan cepat dari tempat yang tinggi ketika tembok penghalang mereka terbuka sebagai tanda telah dekatnya kedatangan janji Allah s.w.t.

Al-Quran tidak menerangkan siapa sebenarnya Yakjuj dan Makjuj, daripada bangsa dan keturunan mana mereka itu. Al-Quran hanya menjelaskan sifat-sifat mereka, iaitu kaum pembuat kerosakan di bumi; kalau tembok penghalang dibuka, mereka akan turun mengalir seperti mengalirnya air bah, dan apabila tembok penghalang kukuh, mereka tidak masuk dan tidak dapat membuat kerosakan. Oleh kerana itu timbullah beberapa tafsiran, antara lain:

(1) Ahmad Mustafa al-Maragi dalam kitab tafsirnya menyatakan bahawa Yakjuj adalah berbangsa Tartar, dan Makjuj adalah berbangsa Mongol. Mereka berasal daripada satu bapa yang bernama Turk, tempat tinggal mereka di bahagian utara Asia. Daerah mereka memanjang dari Tibet dan China sampai ke Laut Baku Utara, di barat sampai Turkestan.

Dalam pelbagai zaman, bangsa-bangsa ini sering menyerang, membuat kerosakan di muka bumi dan menghancurkan bangsa-bangsa lain. Di antara mereka terdapat bangsa-bangsa yang kejam, turun dari bukit-bukit di Asia Tengah dan pergi ke Eropah pada masa dahulu, seperti bangsa Semith, Simeria, dan Hun. Mereka banyak menyerang negeri-negeri China dan Asia Barat. Dengan munculnya Temujin yang dikenal dengan nama Genghis Khan (di dalam bahasa Mongol bermaksud “Raja Alam”; 1167-1227), pada awal abad ke-7 H / 12 M, berikutan tenteranya yang perkasa keluar jauh ke Asia Tengah. Ia menundukkan China Utara kemudian pergi ke negeri-negeri Islam, lalu menundukkan Sultan Qutbuddin bin Armilan, salah seorang raja Seljuk yang menganut aliran Khawarij. Genghis Khan melakukan kekejaman yang belum pernah berlaku sebelumnya di negeri tersebut.

(2) Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), seperti dikutip Ibnu Kasir menyebutkan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Nuh memiliki tiga orang anak, iaitu Sam, nenek moyang orang Arab; Ham, nenek moyang orang Sudan; dan Yafis, nenek moyang orang Turk.” Menurut sebahagian ulama, Yakjuj dan Makjuj adalah keturunan Yafis, putera Nuh ini. Demikian juga pendapat Nasafi, seorang ahli fekah, usul fekah dan tafsir yang bermazhab Hanafi yang menyatakan bahawa Yakjuj berasal daripada suku Turk, manakala Makjuj pula berasal daripada suku Jail serta Dailam keturunan Yafis yang membuat kerosakan di muka bumi. Mereka tidak mati dan masing-masing memiliki seribu keturunan yang diperlengkapi dengan senjata.

(3) Hamka pula memberi tafsiran bahawa Yakjuj dan Makjuj adalah segala gerakan yang telah dan akan merosakkan dunia ini. Oleh hal yang demikian, baik diri, keluarga, mahupun negara serta bangsa wajib mendirikan tirai besi sebagai benteng agar Yakjuj dan Makjuj tidak dapat masuk. Mungkin Yakjuj dan Makjuj dapat ditafsirkan sebagai berfikiran jahat, bermaksud buruk, dan ideologi yang menyesatkan yang dianuti sebahagian manusia. Manusia yang menganutnya dengan kelicikan kejahatannya boleh mempergunakan manusia sesamanya sebagai alat untuk merosakkan bumi ini. Sebab itu, fikiran yang baik, cita-cita yang mulia, dan ideologi yang sihat harus ditanam dengan teguh pada setiap diri, keluarga, dan negara serta bangsa untuk membentengi Yakjuj dan Makjuj. Yakjuj dan Makjuj laksana air, senantiasa mencari tempat untuk masuk walaupun hanya sebesar lubang jarum.

Abu Bakar as-Siddiq seorang peniaga kain

ABU Bakar as-Siddiq dilahirkan pada tahun 573 Masihi. Nama sebenar beliau ialah Abdullah bin Abi Quhafah. Berasal dari keturunan Bani Tamim, Abu Bakar terkenal sebagai seorang usahawan yang berjaya. Semasa hidupnya, beliau pernah menjadi penjual kain.

Sebelum memeluk agama Islam beliau terkenal dengan gelaran Abdul Kaabah. Selepas Abu Bakar memeluk Islam, gelaran as-Siddiq diberikan oleh Nabi Muhammad kepadanya kerana keikhlasan dan kejujurannya mengembangkan agama Islam.

Beliau juga taat dan setia kepada Nabi Muhammad.

Selepas Nabi Muhammad meninggal dunia, Abu Bakar dilantik menjadi khalifah pada tahun 11 Hijarah dan meninggal dunia pada 13 Hijrah.

Walaupun bergelar khalifah, Abu Bakar masih terus berniaga bagi menyara kehidupan keluarganya.

Malah pada hari selepas dilantik sebagai khalifah, beliau tetap berniaga kain di pasar.

Semasa dalam perjalanan ke pasar beliau terjumpa sahabatnya, Umar.

Selepas Umar melihat kelibat Abu Bakar, beliau hairan dan bertanya sendirian: "Bukankah Abu Bakar sudah dilantik menjadi khalifah. Mengapakah beliau masih lagi berniaga di pasar?"

Tanpa berlengah, Umar terus bertanya kepada Abu Bakar. "Adakah kamu hendak ke pasar?"

"Ya. Saya perlu berniaga pada hari ini bagi mencari rezeki," jawab Abu Bakar sambil memegang kain-kain yang mahu dijualnya itu.

Umar menjadi semakin hairan dan bertanya: "Sekiranya kamu masih sibuk dengan perniagaan kain, siapakah yang melaksanakan tugas sebagai seorang khalifah?"

Lalu Abu Bakar menjawab: "Saya perlu mencari rezeki bagi menampung keperluan keluarga saya. Sekiranya saya tidak berniaga seperti ini, saya tidak dapat menyara kehidupan keluarga saya. Siapa yang perlu membantu saya mencari rezeki ini?"

Selepas mendengar penjelasan Abu Bakar, Umar terus mengemukakan ideanya. Umar mencadangkan supaya mereka berjumpa ketua pegawai Baitulmal, iaitu Abu Ubaidah al-Jarrah.

"Mari kita berjumpa Abu Ubaidah. Beliau ialah ketua pegawai Baitulmal. Kamu perlu mendapatkan bantuan wang sara diri daripada Baitulmal," kata Umar kepada Abu Bakar.

Mereka berdua pergi berjumpa ketua pegawai Baitulmal. Sampai sahaja di sana, Abu Ubaidah berkata: "Wang sara diri yang saya berikan kepada Abu Bakar serupa dengan wang sara diri yang diterima oleh orang yang layak menerima bantuan, tidak lebih atau kurang."

Bermula dari hari itu, Abu Bakar menerima bantuan wang sara diri daripada Baitulmal. Abu Bakar juga menumpukan sepenuh masanya menguruskan negaranya. Beliau tidak lagi menjalankan perniagaannya.

wang sara diri

Pada suatu hari, isteri Abu Bakar mahu makan makanan yang enak. Pada waktu itu Abu Bakar tidak mempunyai wang bagi membeli makanan itu kerana kehidupan mereka sekeluarga hanya bergantung kepada wang Baitulmal.

Isterinya mendapat satu idea: "Saya cuba bahagikan wang sara diri yang kita dapat ini sedikit demi sedikit. Sikit-sikit lama-lama jadi bukit. Apabila wang itu sudah cukup, dapatlah saya beli makanan yang saya idam-idamkan itu".

Kemudian Abu Bakar menjawab, "Saya bersetuju dengan pendapat kamu itu".

Lama kelamaan wang yang disimpan oleh isterinya semakin banyak. Wang itu sudah cukup bagi membeli makanan yang dimahukan oleh isterinya.

Pada hari isterinya mahu pergi membeli makanan itu, Abu Bakar merasakan bahawa wang sara diri yang diterimanya sudah berlebih-lebihan. Wang itu sudah melebihi daripada keperluan hidup keluarganya.

"Isteriku, saya rasa elok kita kembalikan semula wang yang terlebih itu kepada pihak Baitulmal," kata Abu Bakar kepada isterinya.

Isterinya tidak membantah suruhan suaminya itu. Malah Abu Bakar turut meminta pihak Baitulmal mengurangkan bayaran wang sara diri yang diperolehinya itu.

Begitulah kehidupan seharian Abu Bakar. Hasil usahanya menjadi peniaga mendatangkan pendapatan yang cukup bagi menampung keperluan hidup keluarganya.

Menurut anaknya Aisyah, selepas meninggal dunia, Abu Bakar ada meninggalkan seekor unta betina, sebuah mangkuk dan seorang orang gaji. Malah Abu Bakar juga berpesan menyerahkan kebun kurma yang dimilikinya kepada Baitulmal.

Abu Bakar berbuat demikian kerana beliau mahu menggantikan semula wang sara diri yang diterimanya daripada Baitulmal selama beliau menjadi khalifah.

Fatimah Ibu Mithali


Fatimah Ibu Mithali

FATIMAH binti Asad ialah ibu kepada Ali bin Abu Talib. Abu Talib adalah bapa saudara Nabi Muhammad. Selepas Aminah meninggal dunia, Abu Talib mengambil tanggungjawab menjaga Nabi Muhammad.

Semasa Nabi Muhammad tinggal dengan Abu Talib, Fatimah menjaga anak saudaranya dengan baik. Segala makan minum, tempat tinggal dan pakaian Nabi Muhammad disediakan oleh pasangan suami isteri itu mengikut kemampuan mereka. Nabi Muhammad merupakan seorang yang baik, jujur, amanah dan menghormati orang yang lebih tua daripadanya.

Fatimah adalah antara wanita yang awal memeluk agama Islam. Semasa Nabi Muhammad dilantik menjadi nabi, Fatimah memberi sokongan padu kepada Nabi Muhammad bagi menegakkan agama Islam. Anak-anak Fatimah juga turut mengikuti jejak langkah ibunya dengan memeluk agama Islam. Antara anak Fatimah yang memeluk Islam ialah Uqail, Jaafar, Ali, Ummu Hani dan Talib.

Nabi Muhammad sangat menghormati Fatimah seperti ibunya sendiri. Semasa Fatimah tinggal di Madinah, Nabi Muhammad sering berkunjung ke rumah Fatimah dan berehat serta tidur pada siang hari di rumah itu. Begitu juga keadaan berlaku semasa Fatimah tinggal di Mekah. Nabi Muhammad sering ke rumah Fatimah untuk berjumpa dengan ibu saudaranya itu.

Ada seorang lelaki tua bercerita kepada jirannya tentang Fatimah binti Asad. Lelaki tua itu berkata: “Nampaknya keluarga Fatimah sangat rapat dengan Muhammad. Fatimah menjaga Muhammad dengan baik sekali”. Lalu jiran itu berkata pula: “Bukankah Fatimah itu isteri kepada Abu Talib? Abu Talib adalah bapa saudara Muhammad”.

“Ya,” jawab lelaki tua itu.

Jiran itu menambah lagi: “Sekarang ini Muhammad sudah berkahwin dengan Siti Khadijah. Saya dapat tahu bahawa Ali, anak Fatimah tinggal bersama Muhammad”.

“Ya. Saya juga dengar berita itu,” kata lelaki tua itu pula.

Lelaki tua itu tersenyum mendengar cerita jirannya itu. Lelaki tua itu berkata lagi: “Sejak kecil Fatimah mendidik dan menjaga Muhammad. Sudah tentu Fatimah mengetahui sifat-sifat yang ada pada Muhammad.

“Saya sendiri melihat Muhammad itu baik orangnya. Dia seorang yang amanah, jujur dan baik budi pekerti. Muhammad tidak pernah memungkiri janji”.

“Patutlah Fatimah sanggup membiarkan Ali tinggal bersama Muhammad. Sekiranya saya ada anak, sudah tentu saya juga ingin melihat anak saya tinggal bersama Muhammad. Pasti Muhammad dapat mendidik anak saya menjadi orang baik,” kata jiran itu panjang lebar.

Rata-rata orang yang mengenali Fatimah binti Asad akan memuji sifat keibuannya. Dia pandai mendidik anak sehingga anak-anaknya menjadi anak yang baik. Sejarah Islam mencatatkan bahawa anak Fatimah iaitu Ali bin Abi Talib telah dilantik menjadi Khalifah yang ketiga selepas Khalifah Umar al-Khattab menghembuskan nafasnya yang terakhir. Fatimah juga menyumbang usahanya kepada Islam. Dia adalah seorang wanita yang suka menghafal dan melaporkan hadis dari Nabi Muhammad. Sepanjang hayat, dia telah melaporkan sebanyak 46 buah hadis.

Ali bin Abi Talib iaitu anak Fatimah telah berkahwin dengan anak Nabi Muhammad iaitu Fatimah az-Zahra. Semasa Fatimah az-Zahra menjadi menantunya, Fatimah menjaga menantunya dengan baik. Ada satu peristiwa yang berlaku semasa Fatimah di rumahnya. Ali meminta ibunya membantu isterinya di rumah. Ali berkata kepada ibunya: “Wahai ibu, bolehkah ibu membantu isteri saya mengambil air dan membuat pekerjaan yang lain. Isteri saya akan membantu ibu membuat roti untuk kita makan pada hari ini”.

“Boleh. Ibu sedia buat apa sahaja untuk anak dan menantu ibu yang disayangi itu,” kata Fatimah kepada anak lelakinya. Semasa Fatimah menghembuskan nafasnya yang terakhir, Nabi Muhammad datang menziarahi jenazah Fatimah. Nabi Muhammad berdoa kepada Allah, “Semoga Allah menyayangi diri Fatimah. Dia merupakan ibu bagi diri saya. Walaupun dia lapar, dia tetap memberi saya makan sehingga kenyang.

“Apabila pakaian saya koyak dan kotor dia akan beri pakaian yang baik kepada saya. Dia akan menghidangkan saya makanan yang enak dan lazat. Semoga Allah membalas jasa dan kebaikan Fatimah di akhirat kelak”.

Kisah srikandi Fatimah merupakan kisah teladan yang boleh dijadikan contoh. Ibu mithali sangat dihormati dan disayangi oleh anak-anak.

Kredit/Sumber: Buku Bidadari Syurga terbitan PTS Publication & Distributors Sdn. Bhd.

Kisah bulan terbelah dua



UMAT di zaman Rasulullah SAW dianggap sangat bertuah. Tidak sahaja mereka berpeluang bertemu dengan baginda namun yang lebih beruntungnya lagi dapat melihat sendiri segala kejadian-kejadian mukjizat yang Allah kurniakan kepada baginda.

Ini termasuklah kejadian bulan terbelah dua, antara yang benar-benar berlaku dalam usaha Nabi Muhammad untuk menyakinkan kebenaran dakwah baginda itu.

Jika kita menjadi pengikut baginda ketika itu, tentu segala kejadian mukjizat yang berlaku akan menambahkan lagi keimanan atau kepercayaan kepada Allah SWT.

Namun, perkara seperti ini sukar diterima oleh puak-puak kafir Quraisy. Mereka tetap dengan sikap degil mereka.

Walaupun peristiwa Israk dan Mikraj tidak ada sebarang kesangsian, dengan segala macam bukti dan keterangan daripada al-Quran namun kedegilan tetap makin menebal!

Malah mereka sendiri kadang kala meminta baginda tunjukkan bukti! Kononnya dengan bukti tersebut mereka akan menyerah kalah kepada kebenaran.

Namun yang sebenarnya mempunyai niat yang busuk, kononnya Rasulullah tidak akan mampu menunjukkan sebarang bukti kerana yang diminta semuanya bersifat luar biasa dan tidak masuk dek akal.

Andai, bukti tersebut gagal ditunjukkan oleh baginda maka semakin galaklah mereka memusuhi dan mengeji Nabi.

Namun baginda tetap menyahut apa juga cabaran, asalkan mereka akhirnya percaya kepada keesaan Allah yang Maha Agung.

Iaitu pada suatu hari, sekumpulan pembesar Quraisy itu datang menemui baginda, iaitu di antara mereka termasuklah Al Walid Al Mughirah, Abu Jahal Hisham, Al As Wail, Al Aswad Muthalib, An Nadhru Al Harith.

Peristiwa ini dikatakan berlaku sebelum baginda melakukan hijrah ke Madinah dan diriwayatkan dalam banyak catatan sejarah sehinggalah mengikut sastera Melayu klasik sendiri, kisah bulan terbelah dua ini menjadi kisah-kisah penglipur lara yang popular.

Dalam Hikayat Nur Muhammad dan Nabi Bercukur dan Nabi Wafat misalnya, ada diceritakan mengenai kisah bulan terbelah ini, pada bahagian kedua dari tiga bahagian yang ada, iaitu: Hikayat Nabi Bercukur iaitu menceritakan mukjizat Nabi SAW, kisah bulan terbelah.

Hikayat ini telah diterjemahkan ke dalam rumi dengan tajuk Bunga Rampai Sastera Melayu Warisan Islam terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP).

Para pembesar itu mencabar baginda supaya menunjukkan mukjizat yang mereka mahu melihat sendiri melalui mata kepala walaupun mereka sepatutnya telah beriman dengan pengalaman perjalanan Nabi Muhamad sepanjang Israk dan Mikraj itu yang lalu, adalah benar.

Mereka berkata, "Jika kamu seorang yang benar (seorang nabi yang diutuskan oleh Allah) belahkan bulan yang sedang mengambang penuh pada malam ini kepada dua bahagian".

"Adakah jika permintaan ini dipenuhi, kalian berjanji untuk menerima dakwahku dan kita semua bersama-sama menyembah Allah, tuhan yang satu?" kata baginda pula.

Pembesar-pembesar itu pun menganggukkan kepala tanda bersetuju terhadap syarat yang Rasulullah berikan.

Lalu baginda pun berdoa dan memohon kepada Allah untuk membelah bulan sebagai perkara yang luar biasa untuk dijadikan tanda dan bukti kekuasaan Allah Yang Maha Tinggi.

Sejurus kemudian tanpa disangka oleh para pembesar Quraisy itu mereka dapat menyaksikan sendiri bagaimana bulan mengambang penuh yang menghiasi langit pada malam itu bukan sahaja terbelah kepada dua bahagian.

Tetapi terpisah menjauhkan diri antara satu sama lain.

Separuh boleh dilihat di sebalik gunung di sebelah kiri dan separuh atau sebahagian bulan lagi dapat disaksikan berada pada sebalik gunung di sebelah kanan dengan keadaan masih bercahaya.

Bulan tidak lagi berbentuk bulat sebagaimana lazimnya!

Mereka yang menyaksikan dalam antara percaya dengan tidak, hampir-hampir tidak mendengar apabila baginda berkata; "Saksikanlah kejadian ini iaitu sebagai bukti kebenaran mukjizat yang dikurniakan Allah dan risalah kenabian yang Allah amanahkan kepadaku,"

Begitu pun setelah menyaksikan kejadian yang sungguh luar biasa itu pun, kalangan kafir Quraisy tidak menepati janji, mereka tidak mahu mempercayai apa tah lagi untuk menerima dakwah nabi.

Sedangkan kejadian bulan terbelah ini memang benar-benar berlaku dan wajib dipercayai. Walaupun ada yang mempertikaikannya kerana bertentangan dengan sains dan akal yang waras namun atas nama mukjizat, kelebihan yang diberikan kepada Rasulullah ia tidak dapat dibuktikan secara saintifik.

Sebagaimana kebanyakan mukjizat-mukjizat yang Allah berikan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad.

Ini termasuk mukjizat Nabi Isa a.s yang boleh menghidupkan orang yang telah mati, tiada sesiapa yang dapat pertikaikan lagi.

Walaupun pada hakikatnya, yang mati tetap akan mati, tidak mungkin akan hidup kembali.

Kejadian bulan terbelah dua ini sebenarnya disaksikan oleh seluruh penduduk Tanah Arab ketika itu malah sebenarnya seluruh semenanjung Tanah Arab termasuk negara-negara lain yang mengalami waktu malam pada hari kejadian tersebut.

Tetapi sayangnya, mereka yang meminta supaya ditunjukkan sebarang kejadian luar biasa, akhirnya mereka sendiri tidak mahu percaya walaupun bulan benar-benar telah terbelah di hadapan mata!

Kafir Quraisy sangat mengagumi melihatkan kejadian itu tetapi tetap tidak dapat menerima kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi.

Mereka percaya kejadian itu benar, tetapi dituduhnya pula baginda seorang ahli sihir yang berkebolehan untuk membelah bulan tersebut!

Ini sebagaimana disebutkan dalam al-Quran; Telah hampir datangnya masa itu dan bulan terbelah. Dan setelah mereka melihat suatu tanda (mukjizat) mereka berpaling lalu berkata: "Ini adalah sihir yang luar biasa" dan mereka mendustakannya dengan mengikut hawa nafsu sedang setiap yang berlaku ada ketetapannya. (al-Qamar: 1-3)

Sebenarnya tidak menghairankan jika mereka tidak percaya, malah membuat pelbagai pertikaian termasuk sihir dan sebagainya. Ini termasuklah Abu Jahal dan Abu Lahab juga mempertikaikan kejadian itu walaupun melihat dengan mata sendiri peristiwa bulan terbelah itu.

Kerana itulah sifat degil yang dimiliki oleh kalangan kafir Quraisy, yang tidak mahu menyertai baginda kerana bimbang akan dipersendakan oleh mereka yang lain.

Sedangkan mereka juga bertanyakan kepada kafilah-kafilah yang selamat sampai ke Kota Mekah selepas berdagang di luar kota, adakah para pedagang itu juga melihat kejadian bulan terbelah itu semasa dalam perjalanan pulang itu.

Bulan terbelah dua

Masing-masing mengakui ada melihat kejadian bulan terbelah dua itu dan sangat tertanya-tanya apakah sebenarnya yang telah berlaku.

Apabila mendengarkan itupun, kalangan kafir Quraisy masih enggan untuk mempercayai Nabi Muhammad. Sedangkan jika baginda melakukan sihir, tentunya yang disihir hanya penduduk Mekah atau kalangan kafir Quraisy itu sahaja tidak mungkin melibatkan sehingga ke kawasan luar Kota Mekah.

Walau apa pun, kejadian yang sedemikian luar biasa, sebagai tanda kekuasaan Allah yang Maha Agung dan Maha Esa, langsung tidak dapat diterima oleh musuh-musuh baginda.

Pastinya kekecewaan menjalar masuk ke hati baginda walaupun ia begitu menguatkan lagi keimanan kepada para pengikut baginda yang setia dan taat.

Para pengikut baginda malah sesiapa pun sebenarnya mungkin agak ketakutan apabila tanpa disangka bulan boleh terbelah dua, tetapi mujur sahaja objek yang menerangi malam itu bercantum semula.

Namun, pengajarannya menunjukkan bahawa Allah itu sangat berkuasa, boleh melakukan apa sahaja; kun faya kun!

Tiada tandingannya dan sebagai hamba-hamba-Nya sewajibnya kita sujud dan menginsafi diri.




Credit to utusan.com.my
Please Subscribe my youtube channel. Tq.

Translate

CLOSE